Bisnis.com, MEDAN – Hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan bahwa kader PDIP yakni Djarot Saiful Hidayat yang berpasangan dengan Sihar Sitorus tak berhasil mendulang kemenangan pada Pilgub Sumut.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil hitung cepat, Edy dan Musa [Eramas] mengungguli pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus [Djoss].
Pengamat Politik dari Universitas Sumatra Utara Dadang Darmawan Pasaribu menyebutkan, ikatan emosional yang terjalin antara Edy-Musa dengan para pemilih yang terjalin melalui pendekatan agama menjadi salah satu penopang dominan.
“Saya kira faktor tunggal yang paling dominan adalah isu agama yang konsisten bahkan dipermanenkan oleh Eramas, digunakan sejak menit awal Pilgubsu ya. Itu aroma yang cukup dominan digunakan Eramas dalam berbagai kesempatan,” kata Dadang kepada Bisnis, Kamis (28/6/2018).
Pendekatan melalui agama ini, menurut Dadang, dilihat dari hadirnya Ustaz Abdul Somad dalam kesempatan yang sama dengan pasangan cagub-cawagub Sumut ini. Selain itu, pihak Eramas juga menjalin kedekatan melalui ibadah salat subuh berjamaah.
Kendati isu agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat di Indonesia, menurut Dadang, masuknya isu agama ke ranah politik bukanlah hal yang sehat. Isu kesamaan identitas ini perlu digeser atau setidaknya diimbangi dengan kualitas para calob gubernur dan wakil gubernur.
“Jadi, saya kira ke depan ini cukup menjadi pelajaran agar lebih menggeser isunya menjadi isu yang lebih kualitatif. Agama oke, karena agama itu di mana-mana juga digunakan dan tidak terlepas dari politik tapi penting bagi kita untuk menyandingkan agama itu dengan kualitas,” katanya.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap perolehan suara di pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumut adalah kesulitan di masyarakat untuk menyamakan atau menarik garis lurus antara pasangan Djarot-Sihar dengan Joko Widodo.
Sementara sebaliknya, sangat gampang bagi para pendukungnya untuk mendapat gambaran Prabowo Subianto dalam pasangan Edy-Musa.
Hal ini, terkati dengan dukungan partai-partai yang mengusung kedua belah pasangan calon. Seperti diketahui, dukungan partai yang didapat Edy-Musa, hampir secara keseluruhan menggambarkan dukungan partai yang merapatkan barisan dengan Prabowo.
Di sisi lain, pasangan Djaor-Sihar tidak demikian. Sebagian partai yang diketahui mendukung Presiden Joko Widodo juga merapatkan baris dengan pasangan rivalnya.
“Saya melihat itu di 2019 ya, untuk presiden. Kalau saya lihat dari konteks pilkada hari ini, Pilgubsu kita, orang kesulitan menyamakan antara Djoss [Djarot-Sihar] dengan Jokowi. Pemilih ini menyatukan pandangan antara Eramas dengan Prabowo, itu lebih kuat menyatunya karena sebagian partai [pendukung] Jokowi itu ada di Eramas, jadi itu juga menyumbang defisit bagi Djoss,” paparnya.