Bisnis.com, MEDAN – PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) optimistis mampu meraup dana pihak ketiga sebesar Rp12,8 triliun di wilayah Sumatra hingga akhir 2017, bertambah sekitar Rp300 miliar dari posisi September tahun ini.
Per September 2017, Danamon membukukan perolehan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp12,518 triliun, tumbuh 1,69% dibandingkan dengan periode yang sama 2016 (year on year/YoY) yaitu Rp12,310 triliun.
Regional Head Sumatra PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Riana Suagiat mengakui ke depannya akan fokus mengejar penghimpunan dana pihak ketiga, dan mengharapkan DPK di wilayah Sumatra bertambah sekitar Rp300 miliar hingga Desember 2017.
“Memang kami mengejar DPK, karena dari dulu Danamon kuat di penyaluran kredit. Untuk ke depannya kami fokus untuk menarik lagi DPK. Kredit tetap jalan, tetapi kami juga perlu menjaga LFR (loan to funding ratio). Kami berusaha kejar [DPK] Rp300 miliar lagi hingga Desember 2017. Harus optimis,” kata Riana Suagiat didampingi oleh Vice President Regional Transaction & Service Head Danamon, Jaruddin Silvanus, pada pertemuan dengan sejumlah media di Medan, Selasa (14/11).
Khusus di Sumatra Utara, Riana menambahkan penghimpunan DPK hingga posisi September 2017 mencapai Rp7,3 triliun, dan sekitar Rp4 triliun di antaranya merupakan kontribusi tabungan dan giro.
Secara total, dari delapan wilayah (region) di Tanah Air, Danamon mencatat perolehan DPK sebesar Rp99,93 triliun per September 2017. Secara YoY, kinerja penghimpunan DPK oleh Danamon tersebut tumbuh negatif 3,1% dibandingkan dengan posisi September 2016 yaitu Rp103,13 triliun.
Riana mengungkapkan perusahaan berupaya menyeimbangkan porsi giro dan tabungan (current account saving account/CASA) dengan deposito di wilayah Sumatra, yang saat ini perbandingannya sekitar 40% CASA dan 60% deposito.
“Untuk deposito kami masuk ke produk yang low cost, bukan lagi yang premium. Sejak 2 tahun lalu kami sudah shifting, kami mau masuk ke CASA dan deposito murah. Meski akhir tahun seperti ini, kami tidak menawarkan bunga premium. Kami menjual produk-produk giro unggulan yang menyasar kalangan pengusaha dengan menawarkan cash management dan lainnya,” papar Riana.
Terkait kinerja pembiayaan, Riana menjelaskan realisasi penyaluran kredit di wilayah Sumatra per September 2017 mencapai Rp13,33 triliun, melemah 0,8% secara YoY. Sekitar 65% dari realisasi kredit tersebut diserap oleh sektor perdagangan yaitu mayoritas bidang distribusi consumer goods dan untuk sektor UMKM sekitar 30%.
Khusus pembiayaan kepada pelaku UMKM, Riana menambahkan jumlah nasabah Danamon di sektor ini sebanyak 2.000 nasabah. Secara total, Danamon mencatatkan rasio kredit bermasalah (NPL) di wilayah Sumatra sebesar 2,9% (gross) dan berupaya menurunkannya ke level 2,5% hingga Desember 2017.
Melemahnya kinerja penyaluran kredit di wilayah Sumatra itu, lanjut Riana, dipengaruhi oleh kondisi pasar yang memang agak lesu, terpengaruh oleh harga komoditas yang melandai dan pengerjaan proyek-proyek infrastruktur yang bersumber dari APBD yang baru dikebut jelang tutup tahun ini.
“Otomatis kondisi perputaran roda perekonomian melambat. Khusus di daerah Sumatra Utara untuk penyaluran kredit kami mencapai target. Yang melambat di daerah Sumatra Bagian Selatan karena terpengaruh komoditas seperti sawit dan karet,” jelasnya.
Terkait prospek ekonomi 2018, Riana memperkirakan semestinya kondisi perekonomian pada tahun depan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini. Optimisme tersebut dipengaruhi oleh mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur di Sumatra, membaiknya harga komoditas, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi .
“Meski tahun depan merupakan tahun politik, sedikit banyak pasti ada pengaruhnya. Namun, mau tidak mau kami akan genjot produktivitas,” ujar Riana.