Bisnis.com, DENPASAR – Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TP3SR) Sidakarya, Kota Denpasar terbilang sukses membangun model bisnis pengolahan sampah plastik secara mandiri.
TP3SR Sidakarya yang dibangun sejak 2021 oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sari Amerta Sedana Sidakarya dan mulai beroperasi pada 2022 kini mengolah puluhan ton sampah plastik berbagai jenis, mulai dari botol plastik yang terbuat dari Polyethylene Terephthalate (PET) bening dan biru, botol kaca, kertas hingga kantong plastik.
Sampah plastik tersebut dikumpulkan dari 12 bank sampah yang tersebar di seluruh dusun atau banjar di Desa Sidakarya, kemudian dari mitra pengepul. Bahkan pengelolaan sampah plastik di Sidakarya sudah berbasis digital, melalui kerja sama dengan startup Sangkara, semua data dan transaksi sampah antara TP3SR dengan rumah tangga sudah terdata dengan baik. Sangkara juga berperan membantu pengelolaan dan berhubungan dengan pihak industri.
Direktur Bumdes Sari Amerta Sedana, I Wayan Tirtayasa menjelaskan melalui edukasi yang intens sejak 2021, proses pemilahan sampah berhasil dilakukan di tingkat rumah tangga.
Masyarakat yang mulai mengetahui manfaat ekonomi dari sampah plastik melakukan pemilahan secara mandiri, sampah plastik tersebut kemudian dibawa ke bank sampah secara berkala untuk ditimbang dan dicatat beratnya di aplikasi Sangkara.
Semua sampah plastik dibeli oleh TPS3R, sehingga masyarakat mendapat manfaat ekonomi. Mayoritas yang dibeli yakni PET bening karena harganya paling tinggi dibandingkan jenis sampah anorganik lainnya. TP3SR Sidakarya membeli PET bening seharga Rp4.500 per kg untuk botol PET grade A atau botol PET yang bersih, belum terkontaminasi zat lainnya.
Baca Juga
Untuk menjaga kualitas botol PET, di tingkat rumah tangga harus sudah dipisah dengan sampah lain, ditempatkan di wadah khusus untuk botol PET, dan juga cepat dibawa ke bank sampah. Menurut Tirtayasa semakin cepat dibawa ke bank sampah semakin baik. Kualitasnya bisa terjaga sehingga masyarakat yang mengumpulkan bisa mendapat harga yang optimal.
“Setiap minggu kami mengumpulkan 3 ton botol PET, belum termasuk jenis sampah lainnya. PET bening paling banyak diminta oleh industri, yang 3 ton itu langsung kami kirim ke Jawa. Per bulan kami mengirim minimal 12 ton. Harganya juga cukup tinggi, bisa mencukupi biaya operasional TP3SR dan memberi keuntungan,” jelas Tirtayasa kepada Bisnis, Selasa (10/6/2025).
Untuk bisa mandiri dalam bisnis sampah plastik seperti saat ini, Tirtayasa menyebut butuh proses, mulai dari edukasi kepada masyarakat bagaimana memilah yang baik. Kemudian mencari pasar yang tepat, yang mau menyerap plastik dengan harga yang bagus, sehingga menguntungkan bagi TP3SR. Untuk bisa masuk ke pabrik nasional, melalui sejumlah kurasi, terutama kurasi kualitas dan kapasitas botol PET yang bisa dikirim secara konsisten.
Founder Sangkara, Made Andy Kurnia Prayoga menjelaskan untuk jenis sampah lainnya seperti botol kaca, harganya tidak setinggi botol PET, permintaan industri juga kecil, tidak sebesar botol PET.
“Harga di industri hanya Rp750 per kg, jauh sekali dengan harga botol PET. Agar terserap juga kami harus merayu industri berkali – kali untuk mau menerima,” jelas Made Andy.
Walaupun harganya rendah, Made Andy menyebut tetap menyerap semua jenis plastik agar semua bisa diolah di TP3SR sehingga lingkungan di Desa Sidakarya terbebas dari dampak negatif sampah plastik.