Bisnis.com, PEKANBARU — Kebijakan kedaulatan pangan yang digencarkan Presiden Prabowo Subianto memberikan dampak nyata di lapangan.
Petani di Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Daman mengungkapkan dirinya merasakan langsung keuntungan dari naiknya harga jual gabah.
"Sekarang harga gabah kami dibeli Bulog Rp6.500 per kilogram. Bahkan tengkulak berani beli lebih tinggi lagi, karena Bulog sudah kasih standar harga," ujar Daman kepada tim Jelajah Daulat Pangan 2025 saat ditemui di areal sawahnya, Rabu (11/6/2025).
Dalam catatan Bisnis.com, pemerintahan Presiden Prabowo menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.500 per kg. Sedangkan HPP beras di gudang Perum Bulog dipatok sebesar Rp12.000 per kg dengan standar kualitas yaitu derajat sosoh minimal 100% yang kemudian disesuaikan menjadi 95%, kadar air 14%, butir patah maksimal 25%, dan butir menir maksimal 25%.
Penyesuaian itu tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No. 14/2025 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No. 2/2025 tentang Perubahan atas Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.
Sebagai petani yang telah menanam padi selama hampir 20 tahun, Daman menyebut kenaikan harga ini sangat membantu para petani yang sebelumnya kerap tertekan saat panen raya karena harga anjlok.
Baca Juga
"Dulu kalau panen raya, harga bisa jatuh. Musim kemarin gabah kami cuma dibeli sekitar Rp5.600. Tapi sekarang, berkat regulasi baru, semua bersaing. Harga bahkan bisa sampai Rp6.800 atau Rp6.900 per kg. Kini petani merasa dihargai," tuturnya.
Menurut Daman, perubahan signifikan tidak hanya terjadi pada harga, tetapi juga dalam hal mekanisasi pertanian. Jika dulunya semua proses mulai dari membajak hingga menanam dilakukan secara manual, kini petani telah terbantu dengan kehadiran mesin.
"Kalau dulu pakai sapi, sekarang semua pakai mesin. Memang pekerjaan menjadi lebih ringan dan efisien. Kami juga mulai dapat bantuan alat dari pemerintah walau belum semuanya masuk," katanya.
Dirinya juga mengapresiasi perhatian pemerintahan Presiden Prabowo terhadap petani lewat program-program bantuan dan pengawalan dari aparat setempat. Daman berharap program ini terus berlanjut dan diperluas agar petani kecil bisa lebih mandiri dan sejahtera.
Dengan adanya standar harga dari Bulog dan perhatian pemerintah yang semakin nyata, Daman menyebut masa depan petani padi di Bunga Raya kini lebih menjanjikan. "Petani jadi punya daya tawar dimana dengan HPP dari Bulog ini membuat petani menjadi untung," ujarnya.
Sementara itu, Danang Ferdiansah, petani padi dari Desa Jati Baru, Bunga Raya, Kabupaten Siak mengakui dulunya harga beli gabah ditekan oleh tengkulak pada saat panen raya.
“Dulu, sebelum ada kebijakan dari Bulog, harga gabah paling tinggi cuma Rp5.800, bahkan kadang cuma Rp5.200 per kilogram. Sekarang, setelah ada kebijakan dari Pak Prabowo dan Bulog yang menyerap gabah petani, harganya jadi minimal Rp6.500. Alhamdulillah, petani sangat terbantu dan pendapatan kami meningkat,” ujarnya.
Menurut Danang, keberadaan Bulog sebagai penjamin harga telah meredam dominasi tengkulak dalam menentukan harga beli gabah di tingkat petani. Kini, bahkan para tengkulak pun harus menawar di atas harga Bulog jika ingin bersaing membeli gabah dari petani.
“Kalau dulu tengkulak menekan harga seenaknya. Tapi sekarang dengan patokan Bulog, mereka tak bisa lagi menekan petani,” ujarnya.
Dirinya berharap, ke depan Bulog dapat terus menjaga kestabilan harga gabah dan bahkan meningkatkan lagi harga beli agar lebih menguntungkan bagi petani.
“Kami harap harga Rp6.500 ini bisa terus berlanjut, dan kalau bisa, lebih tinggi lagi. Itu akan semakin memotivasi petani untuk meningkatkan produksi,” tuturnya.
Menurutnya petani di Bunga Raya Siak biasanya menjual gabah ke beberapa titik pemasaran antar daerah seperti ke Sumatra Utara, dan di tingkat lokal seperti ke Sungai Pagar, Kampar dan wilayah sekitarnya. Namun dengan adanya pembelian langsung dari Bulog, jalur distribusi menjadi lebih terjamin dan harga lebih adil.
Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional serta menyejahterakan petani sebagai ujung tombak produksi beras dalam negeri.
Komitmen Bulog
Perum Bulog Wilayah Riau dan Kepulauan Riau terus mengintensifkan penyerapan gabah dan beras dari petani lokal sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas harga sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Riau-Kepri Ismed Erlando mengungkapkan hingga pertengahan tahun 2025, realisasi penyerapan beras telah melampaui target yang ditetapkan.
“Target pengadaan beras untuk Riau dan Kepri pada 2025 ini sudah mengalami lima kali perubahan. Dari semula 284 ton, terakhir ditetapkan menjadi 1.437 ton. Alhamdulillah, realisasinya saat ini sudah mencapai 1.538 ton atau 107% dari target,” ujar Ismed.
Ismed menegaskan Bulog tetap berkomitmen menyerap hasil panen petani lokal selama masa panen masih berlangsung. Selain itu, Bulog juga menyiapkan dukungan infrastruktur untuk membantu petani, terutama dalam proses pascapanen.
“Kami telah menyiapkan UV Dryer untuk mempercepat proses pengeringan gabah, agar mutu padi terjaga dan bisa segera diserap oleh Bulog,” jelasnya.
Kecamatan Bunga Raya di Kabupaten Siak Provinsi Riau menjadi salah satu wilayah sentra produksi padi yang diprioritaskan dalam kegiatan penyerapan ini. Menurut Ismed, keberhasilan pengadaan di atas target ini menunjukkan sinergi yang kuat antara Bulog dan petani lokal.
Melalui langkah konkret ini, Bulog berupaya menjaga harga gabah tetap stabil di tingkat petani serta memperkuat cadangan beras pemerintah dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.