Bisnis.com, PALEMBANG – Saat kita menghadapi perubahan yang tidak dapat dipulihkan dalam sistem bumi, ancaman perubahan iklim menjadi terlalu berisiko untuk diabaikan.
Terlampauinya ambas batas lingkungan menimbulkan kekhawatiran akan efek domino dalam sistem alam dan masyarakat global.
Transisi menuju pembangunan hijau kini menjadi fokus global dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Keberlanjutan dalam bisnis mengacu pada strategi dan tindakan perusahaan untuk mengurangi dampak yang merugikan pada lingkungan dan sosial yang disebabkan oleh operasi bisnis.
PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR) melakukan sejumlah upaya untuk mendukung Kesepakatan Paris yang dicapai melalui Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP21.
Direktur Utama Semen Baturaja Suherman Yahya menuturkan perseroan telah memiliki strategi keberlanjutan untuk memberikan manfaat bagi negeri, terutama pada bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Baca Juga
“Ini sesuai dengan visi Semen Baturaja menjadi ‘Green Cement Based Building Material Company terdepan di Indonesia’, di mana SMBR memiliki komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan di setiap aktivitas usahanya,” ujarnya dalam paparan publik (public expose), Jumat (6/12/2024).
Komitmen tersebut diwujudkan dalam empat pilar, yakni pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; iklim, energi, dan keanekaragaman hayati; ekonomi sirkular; serta karyawan dan komunitas.
Menurutnya, Semen Baturaja memaknai keberlanjutan sebagai sebuah pendekatan perseroan dalam menjalankan usaha dengan menyeimbangkan aspek profit, planet, dan people.
“Kami menyadari bahwa kegiatan operasional perusahaan tidak hanya mencetak laba, tetapi juga harus mengurangi dampak negatif dan memitigasi risiko terhadap lingkungan,” tegasnya.
Selain itu, keseimbangan terhadap aspek sosial dan tata kelola perusahaan juga perlu dicapai agar Semen Baturaja dapat memberikan manfaat kepada seluruh pemangku kepentingan.
Kontribusi Semen Baturaja
Direktur Operasi Semen Baturaja Muhammad Syafitri menambahkan net zero carbon atau net zero emission (nol emisi karbon) merupakan salah satu program pemerintah sesuai dengan kesepakatan negara-negara di dunia yang tertuang dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement).
Dalam perjanjian itu, Pemerintah Indonesia ikut berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari beberapa sektor, termasuk industri semen, dengan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 11,1%.
Dalam pencapaiannya, Semen Baturaja telah menunjukkan kontribusi dan keseriusan dalam penerapan net zero emission ini. “Kami berhasil melakukan penurunan emisi CO2 penyebab gas rumah kaca,” ungkapnya.
Pada kuartal III 2024, intensitas emisi karbon turun menjadi 567,4 kgCO2/ton Cem, dari kuartal 2023 sebesar 577 kgCO2/ton Cem. Sementara itu, thermal substitution rate meningkat dari 3,01% pada kuartal III 2023 menjadi 3,22% pada kuartal III 2024.
Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam usaha untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, antara lain menurunkan indeks penggunaan klinker pada pembuatan semen. Clinker factor turun dari 68,6% pada kuartal III tahun lalu menjadi 59,7% pada kuartal III 2024.
“Seperti kita ketahui, klinker dibuat dengan menggunakan pembakaran batu bara sehingga jika kita menggunakan batu bara makin sedikit berarti penggunaan batu bara makin sedikit,” ungkapnya.
Upaya lainnya adalah optimalisasi penggunaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan non-B3 yang digunakan sebagai bahan baku alternatif dan bahan baku alternatif untuk mengganti penggunaan bahan bakar batu bara sesuai dengan peraturan dan izin yang berlaku
Selanjutnya, implementasi atau penggunaan teknologi expert optimizer yang merupakan proses kontrol menggunakan sistem program intelligence berbasis IT pada peralatan utama untuk menurunkan konsumsi energi.
“Dengan menggunakan teknologi expert optimizer ini, kami berhasil menurunkan pemakaian energi listrik dengan pemanfaatan teknologi berbasis IT,” tuturnya.
Kemudian, manajemen prioritas plant yang beroperasi berdasarkan tingkat efektivitasnya. “Ini maksudnya adalah, kami memiliki 2 integrated plant yaitu plant Baturaja I dan plant Baturaja II. Plant Baturaja I dibangun menggunakan teknologi tahun 80-an yang tentunya tingkat efisiensinya lebih rendah sehingga saat ini kita memprioritaskan beroperasi di pabrik Baturaja II dibanding pabrik Baturaja I karena efektivitas pabrik Baturaja II yang lebih baik,” ujarnya.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di rumah dinas direksi, Mess Palembang, Mess Panjang, dan Wisma Ganesha Baturaja yang menghasilkan energi listrik yang dimanfaatkan untuk menggantikan listrik yang berasal dari PLN.
Terakhir, substitusi teknologi ramah lingkungan dengan lampu LED di area pabrik dan perkantoran Semen Baturaja, baik di Panjang, Palembang, maupun Baturaja.