Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maraknya Impor Baju Bekas Jadi Tantangan APR Kembangkan Viscose Rayon

PT Asia Pacific Rayon (APR) terus mendorong pengembangan industri fesyen lokal melalui penggunaan bahan baku yang berkelanjutan.
Model menggunakan busana dengan bahan viscose rayon produksi APR. Bisnis/Arif Gunawan
Model menggunakan busana dengan bahan viscose rayon produksi APR. Bisnis/Arif Gunawan

Bisnis.com, PEKANBARU-- PT Asia Pacific Rayon (APR), sebagai produsen viscose rayon terbesar di Indonesia, terus mendorong pengembangan industri fesyen lokal melalui penggunaan bahan baku yang berkelanjutan. 

Basrie Kamba, Presiden Direktur APR mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi APR dan industri fesyen Indonesia, termasuk maraknya impor pakaian bekas atau "thrifting" yang semakin merajalela. 

Menurutnya, impor pakaian bekas merupakan barang ilegal yang dapat menekan pertumbuhan UMKM lokal. Selain itu, rendahnya harga produk impor sering kali menjadi tantangan bagi para pelaku usaha lokal untuk bersaing. 

"Kami mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang mendukung fesyen lokal dan melarang impor pakaian bekas secara tegas. Indonesia dulu bisa menjual produk rayon ke India, namun sekarang akses tersebut semakin sulit. Kami berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap hal ini," ujarnya, Senin (21/10/2024).

Menurutnya sejak 2018, APR telah memproduksi rayon yang berasal dari bahan baku kayu eucalyptus dan akasia. Produk tersebut menjadi alternatif ramah lingkungan bagi industri fesyen, terutama karena semakin banyak brand besar yang berkomitmen menggunakan bahan berkelanjutan, termasuk rayon viscose.

Dia menyebut APR memproduksi viscose rayon sebanyak 300.000 ton per tahun dengan rantai pasok hulu ke hilir di satu lokasi, baik di Pangkalan Kerinci, Riau. Dari data pihaknya, dalam 5 tahun terakhir konsumsi serat viscose rayon domestik meningkat dari 15% menjadi 20%.

APR juga menjadi satu-satunya produsen viscose rayon di luar Pulau Jawa yang menghidupkan kembali potensi tekstil di Riau. 

Dengan menggandeng Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Riau yang memiliki 35 anggota dari UMKM dan APR, perusahaan ini bertujuan mengembangkan beragam jenis busana unggulan Riau ke pasar nasional dan internasional. 

"Kami melihat banyak sekali motif dan potensi produk tekstil di Riau yang bisa dikembangkan bersama," ujarnya.

Dengan potensi viscose kayu yang besar di Indonesia dan semua bahan baku yang sudah tersedia di dalam negeri, APR berharap dapat terus mendukung pertumbuhan industri tekstil lokal dan membawa produk fesyen Indonesia ke tingkat global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arif Gunawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper