Bisnis.com, PADANG - Bank Indonesia menyatakan penting bagi Provinsi Sumatra Barat untuk mempersiapkan sejumlah strategi ketersediaan pangan menyikapi di daerah itu merupakan rawan bencana alam.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar M. Abdul Majid Ikram mengatakan penting memahami potensi bencana alam di Sumbar, terutama di daerah produksi strategis pangan, karena potensi bencana alam berpeluang merusak lahan pertanian dan infrastruktur pendukung.
"Satu hal yang menarik bagi saya, Sumbar termasuk wilayah yang masuk kategori rawan bencana. Sehingga pemda dan semua pihak harus fokus dalam manajemen ekonomi yang berbasis potensi bencana," katanya, Kamis (1/8/2024).
Dia menyampaikan ketersediaan pangan menjadi persoalan yang penting untuk dibahas dan dikaji bersama. Karena melihat dari beberapa kali belakangan ini bencana alam yang melanda Sumbar, dampak yang sangat dirasakan adalah soal pangan, dan membuat harga-harga di pasar naik, dan berujung pada inflasi.
Seperti halnya yang terlihat kondisi inflasi di Sumbar pada Juni 2024 kemarin itu. Angka inflasi Sumbar yang termasuk tinggi dan menempati sepuluh besar inflasi tertinggi di Indonesia dengan angka 4,04%, dan hal kondisi itu terjadi salah satunya dampak dari bencana alam.
"Saya berharap ada semacam seminar untuk membahas strategi ketersediaan pangan di daerah rawan bencana alam itu. Kemudian ditindaklanjuti dengan program, sehingga apa yang diharapkan bisa terwujud," ucap Majid.
Baca Juga
Terkait persoalan inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara month to month (mtm) pada bulan Juli 2024 Sumbar mengalami deflasi sebesar 1,07%.
Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto mengatakan komoditas yang memberikan andil atau sumbangan deflasi mtm, seperti cabai merah, bawang merah, daging ayam hingga telur ayam.
Dia menyebutkan kalau melihat pada Juni 2024 lalu deflasi Sumbar itu 0,14% mtm. Artinya pada Juli 2024 ini cukup besar terjadi deflasi yakni 1,07%.
Menurutnya dengan adanya angka deflasi itu, inflasi Sumbar pada Juli 2024 ini secara yoy 2,44%. Hal tersebut menunjukan kondisi yang bagus, dan BPS berharap seiring mulai membaiknya penanganan dampak bencana, perekonomian pun bisa tumbuh lebih baik.
"Ketersediaan pangan maupun hortikultura diharapkan membaik, sehingga harga-harga komoditas di pasar bisa terkendali," harapnya.
Dia menyampaikan kalau melihat hasil pemantauan BPS Sumbar di 4 kabupaten dan kota, pada Juli 2024 terjadi inflasi yoy sebesar 2,44% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,22 pada Juli 2023 menjadi 106,76 pada Juli 2024. Sementara dari secara mtm pada bulan Juli 2024 mengalami deflasi sebesar 1,07%.
Inflasi yoy tertinggi terjadi di Kabupaten Pasaman Barat sebesar 3,32% dengan IHK sebesar 107,19 dan terendah terjadi di Kota Padang sebesar 2,11% dengan IHK sebesar 106,50.