Bisnis.com, MEDAN - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatra Utara mencatat peningkatan kredit produktif perbankan dari sisi lapangan usaha didorong oleh industri pengolahan sebesar 11,93% (year-on-year/yoy).
Kepala Kantor OJK Provinsi Sumut Khoirul Muttaqien mengatakan, pertumbuhan itu terbilang cukup tinggi sehingga industri pengolahan dapat disebut sebagai sumber pertumbuhan kredit perbankan terbesar pada periode ini.
Dikatakan Muttaqien, minyak goreng menjadi subsektor pengolahan yang menyumbang pertumbuhan tertinggi sektor tersebut, besarnya hingga mencapai 22,50%.
Sejumlah kondisi disebut Muttaqien menjadi pengungkit seperti permintaan domestik yang kuat, perbaikan kondisi pasca pandemi, serta penerapan program hilirisasi industri kelapa sawit nasional.
"Termasuk program B35 dan B40 yang dijalankan pemerintah, yang semakin meningkatkan kinerja industri pengolahan," kata Muttaqien dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (23/7/2024).
Adapun berdasarkan catatan OJK, kredit produktif mendominasi penyaluran kredit perbankan hingga semester I/ 2024.
Baca Juga
Sebelumnya, OJK menyebut bahwa kredit di Sumut tumbuh positif sebesar 7,26% (yoy). Ini menandakan pertumbuhan kredit di Sumut telah pulih dan solid dibanding dengan pertumbuhan negatif 2,40% (yoy) pada tahun 2023.
Muttaqien menyebut hal itu mencerminkan kekuatan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus berlanjut.
Total penyaluran kredit produktif hingga Mei 2024 mencapai Rp186,06 triliun atau 69,76% dari total kredit dengan pertumbuhan sebesar 5,06% (yoy).
"Peningkatan ini menunjukkan pemulihan setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif pada tahun lalu," tambah Muttaqien.
Dia menambahkan, peningkatan kredit produktif didorong oleh kredit Modal Kerja dengan porsi 44,49% atau bertumbuh sebesar 7,85% (yoy); serta kredit Investasi dengan porsi 25,27% atau tumbuh 0,48% (yoy).
Sementara kredit konsumtif disebut Muttaqien juga secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir, di mana pada Mei 2024 mencapai Rp80,66 triliun atau bertumbuh 12,71% (yoy).
Dijelaskannya, pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 12,67% (yoy), kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 10,60% (yoy), dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 17,43% (yoy).
Di samping itu, peningkatan kredit konsumtif turut didorong oleh peningkatan konsumsi pada bulan Ramadan dan peningkatan daya beli masyarakat yang tercermin dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 3,67% pada tahun 2024.
Muttaqien menilai, pertumbuhan kredit konsumtif mencerminkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses yang lebih baik ke layanan keuangan. (K68)