Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Hulu Migas Diharapkan Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Kepri

Kepri memiliki potensi migas yang melimpah. Berdasarkan data dari SKK Migas, rencana investasi di Kepri tahun ini mencapai US$0,87 miliar.
IOG SCM & NCB Summit 2024
IOG SCM & NCB Summit 2024

Bisnis.com, BATAM - Kepulauan Riau (Kepri) memiliki potensi migas yang melimpah. Berdasarkan data dari SKK Migas, rencana investasi di Kepri tahun ini mencapai US$0,87 miliar.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri optimis investasi sebesar itu akan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kepri.

Asisten I Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Kepri Luki Zaiman Kepri sebagian besar terdiri dari lautan dengan luas 417.012,97 km2, dan daratan dengan luas 8.201,72 km2.

"Berdasarkan itu, Kepri memiliki peran strategis dalam mendongkrak percepatan laju pertumbuhan ekonomi skala regional dan nasional sebagai Permata Biru Ekonomi Gerbang Utara Indonesia melalui potensi migas," katanya saat konferensi pers di acara Pre Indonesia Upstream Oil & Gas Supply Chain Management & National Capacity Building Summit 2024 (IOG SCM & NCB Summit 2024), 3-4 Juli 2024, Hotel Radison, Batam.

Luki menyebut di Kepri, ada 12 perusahaan Kontraktor Kerja Sama (KKKS), dimana tiga perusahaan bidangnya eksploitasi, empat perusahaan membidangi pengembangan eksploitasi, dan lima perusahaan membidangi eksplorasi.

"Saat ini dengan target lifting wilayah Kepri mencapai sekitar 17.491 barrel oil per day (BOPD) dan 229 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk tahun ini," jelasnya.

Pemprov Kepri juga memberikan apresiasi kepada SKK Migas atas realisasi dan rencana investasi di sektor usaha hulu migas dalam kurun waktu 4 tahun ini, yang bernilai total US$2,46 miliar dengan rencana tahun 2024 sebesar US$0,87 miliar. "Rencana ini dapat mendongkrak penguatan investasi," jelasnya.

Selain itu, Luki mengungkapkan program Company Social Responsibility (CSR) dari KKKS dan SKK Migas untuk dukungan Program Strategis Kepri Terang, yang dalam kurun waktu 2021- 2023 telah memberikan bantuan pasang baru listrik untuk 1.726 rumah tangga, Solar Home System (SHS) 29 unit dan bantuan mesin genset.

Luki juga melihat momentum IOG SCM & NCB Summit 2024 ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh vendor-vendor lokal di Kepri untuk menjalin hubungan baik dengan KKKS.

"Ini peluang yang bisa ditangkap. Peluang ini juga ada tantangannya bagaimana vendor dalam negeri bisa meningkatkan TKDN. Tapi ini peluang besar bagi pemain lokal di Kepri agar bisa aktif dengan adanya potensi ini," ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan khusus untuk Kepri, ada sejumlah proyek yang tengah dan segera berjalan, seperti proyek Forel dan West Belut, dimaan Medco Natuna Sea B sebagai KKKS-nya.

Proyek ini ditargetkan berjalan pada kuartal keempat 2024. Target produksinya mencapai 10 ribu BOPD, dan 50 juta standart kaki kubik per hari (MMSCFD).

Proyek berikutnya yakni Mako yang dikerjakan KKKS West Natuna Exploration Ltd. Target produksi di kuartal keempat 2024, dengan produksi sebesar 12 MMSCFD. Lalu Singa Laut dan Kuda Laut yang dikerjakan Harbour Energy.

Proyek Harbour terbagi atas dua, yakni untuk gas akan berjalan pada kuartal keempat 2026 dengan produksi sebesar 135 MMSCFD, sedangkan untuk minyak pada kuartal keempat 2028 dengan produksi sebesar 20.313 BOPD. Sedangkan proyek terakhir yakni Ande-Ande Lumut yang dikerjakan Prima Energy Natuna yang ditargetkan beroperasi pada kuartal pertama 2028, dengan produksi sebesar 20.000 BOPD.

"Potensi kita banyak kedepannya. Investasi tahun ini saja diperkirakan sebesar Rp 240 triliun. Makanya kegiatan poengeboran kita terus meningkat dan bisa penuhi TKDN nasional," ungkapnya.

Ia juga menegaskan momen IOG SCM & NCB Summit 2024 dapat menjadi momentum antara KKKS dan vendor untuk saling bekerja sama.

"Keduanya dapat saling memberi pemahaman menganai posisi masing-masing. KKKS butuh vendor, di sisi vendor harus penuhi kualitas, waktu dan harga yang dibutuhkan. Dari masing-masing vendor juga bisa saling kolaborasi, siapa yang kuat di sisi SDM atau fabrikasi, sehingga ada pilihan untuk memperkuat TKDN. Selanjutnya kolaborasi dengan pemangku kepentingan," pungkasnya.(K65)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper