Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

STAA Target Produksi Kelapa Sawit Tumbuh 10% di 2024

STAA menargetkan kenaikan volume produksi TBS sawit berkisar 5%-10% sambil berharap harga CPO kembali naik untuk menyokong pendapatan perseroan.
Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin membacakan ringkasan kinerja perusahaan Tahun Buku 2023, Kamis (30/5/2024).
Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin membacakan ringkasan kinerja perusahaan Tahun Buku 2023, Kamis (30/5/2024).

Bisnis.com, MEDAN - PT Sumber Tani Agung Resources Tbk., (STAA) menargetkan kenaikan volume produksi tandan buah segar (TBS) sawit berkisar 5%-10% sambil berharap harga CPO kembali naik untuk menyokong pendapatan perseroan.

Perusahaan kelapa sawit yang berbasis di Medan ini juga tengah membangun dua pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas 90 ton per jam di Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah untuk memperkuat bisnis ke depan.

Direktur Produksi STAA Go Kok Siong mengatakan, saat ini tanaman sawit di kebun perusahaan berada pada usia dengan produktivitas tinggi sehingga pihaknya yakin volume produksi TBS akan ikut terkerek.

"Usia tanaman kita rata-rata 13 tahun dan itu merupakan usia prima. Jadi dengan menerapkan best practice, efisiensi bjaya, kami yakin bisa mengoptimalkan capaian produksi di tahun 2024 ini," ujar Go Kok Siong dalam public expose STAA Tahun Buku 2023, Kamis (30/5/2024).

Sebagaimana dikatakan Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin, perusahaan yang memiliki kebun di empat provinsi ini mengalami penurunan pendapatan di tahun 2023 sekitar 12,6%.

Pada 2023, pendapatan STTA menjadi Rp5,2 triliun, atau turun sekitar Rp760 miliar dari tahun 2022 yang terekap Rp6 triliun.

Seiring turunnya pendapatan, EBITDA dan margin perusahaan juga ikut turun. EBITDA tahun 2022 tercatat Rp2,04 triliun, lalu turun sekitar Rp600 miliar (31%) menjadi Rp1,4 triliun di tahun 2023.

Sedangkan margin turun ke level 26,6% pada 2023 dari 33,8% di tahun sebelumnya, yang membuat laba perusahaan ikut melandai.

Dikatakan Yin, penurunan laba umumnya disebabkan oleh dua faktor, yakni produksi dan harga.

Efek el Nino membuat produksi TBS kebun STAA tahun 2023 turun 1%. Hal ini berdampak pada penurunan pengolahan TBS di pabrik hingga 5% lantaran pasokan baik dari kebun sendiri maupun dari mitra ketiga berkurang.

Namun menurutnya, penurunan produksi TBS sebesat 1% itu tidak signifikan.

"Itu [iklim] bukan faktor utama. Faktor utamanya ialah karena penurunan harga penjualan CPO (minyak sawit mentah), PK (inti sawit), dan CPKO (minyak inti sawit). Sedangkan produksi tidak jauh berbeda. Ini dialami oleh emiten lain di Indonesia," jelas Yin.

Diketahui, penjualan CPO STAA tahun 2023 turun 9,6% dibanding tahun 2022. Sedangkan penurunan drastis tampak pada penjualan Palm Kernel yang tercatat sebesar 31% dan CPKO yang turun 32%.

Penurunan yang besar ini, kata Yin, menyebabkan laba dan penjualan perusahaan turun.

Adapun aset turun dari Rp7 triliun ke Rp6,6 triliun yang lebih disebabkan oleh penurunan di perbankan dan persediaan.

Sementara liabilitas (utang yang harus dibayarkan) STAA menunjukkan tren yang bagus. Di tahun 2021 liabilitas STAA sebanyak Rp2,7 triliun, semakin turun hingga Rp1,8 triliun pada 2023.

Terkait ekuitas (jumlah uang yang akan dikembalikan kepada pemegang saham) tidak jauh berbeda dari 2022. Ada peningkatan dari R4,6 triliun ke Rp4,8 triliun.

STAA menjalankan proses bisnis yang teringtegrasi untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan bisnisnya.

Perusahaan yang telah IPO sejak 2022 ini memiliki 15 unit perkebunan dengan 9 pabrik minyak sawit dan 1 stasiun biogas.

Ada pula 1 unit pabrik pengolahan inti sawit dan 1 unit pabrik ekstraksi ampas inti sawit yang telah dimiliki STTA. Seluruhnya tersebar di 4 provinsi mulai dari Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Guna mengefisienkan operasional perusahaan, STAA juga mengadopsi penggunaan teknologi seperti AI (artificial inteligence) dan weather reporting.

Perusahaan yang berbasis di Medan ini juga menunjukkan komitmennya menjalankan industri sawit berkelanjutan dengan terus melakukan studi dan riset untuk mendapat sertifikasi ISPO.

Yin menyebut sampai saat ini proses sertifikasi ISPO STAA telah mencapai 75%. Perusahaan menargetkan bisa mencapai 100% sertifikasi di akhir tahun 2024. (K68)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper