Bisnis.com, PALEMBANG – Aktivitas ekspor di Provinsi Sumatra Selatan secara seri bulanan (month to month) dan tahunan (year on year) mengalami fluktuatif atau penurunan kinerja.
Kepala Badan Pusat Statistik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) Moh Wahyu Yulianto menerangkan ekspor bulan Februari tercatat naik 0,93% dibandingkan Januari 2024 dengan nilai US$445,47 juta.
Akan tetapi dibandingkan dengan Februari 2023 ekspor Sumsel mengalami penurunan sebesar -19% atau dari US$549,94 juta menjadi US$445,47 juta.
“Secara year on year (yoy) terjadi penurunan -19% namun untuk migas secara yoy naik 61,89% dan nonmigas melorot -23,62%,” katanya, Rabu (3/4/2024).
Wahyu memerinci dari total nilai ekspor yang terhimpun tersebut terdiri dari sektor pertanian US$4,12 juta, industri US$196,77 juta, dan pertambangan US$196,47 juta dan sektor migas US$48,11 juta.
“Dari empat sektor yang ada, sektor migas yang memiliki kinerja yang cukup bagus karena baik secara month to month, year on year dan c to c mengalami kenaikan,” jelasnya.
Baca Juga
Sementara dilihat dari struktur ekspornya periode Januari sampai Februari 2024, share terbesar berasal dari sektor industri sebesar 46,92%, dilanjutkan sektor tambang 42,26%, migas 9,89% dan sektor pertanian sebesar 0,93%.
Adapun ekspor nonmigas menyumbang hingga 90,11% dari total ekspor Sumsel dua bulan pertama tahun 2024 ini.
“Untuk perkembangan nilai ekspor tiga komoditas unggulan di Sumsel secara bulanan batu bara dan pulp mengalami kenaikan masing-masing 10,17% dan 4,50%. Sedangkan secara tahunan komoditas karet mengalami peningkatan 2,45%,” pungkasnya.
Selanjutnya pangsa ekspor Sumsel berdasarkan negara tujuan didominasi ke Tiongkok dengan komoditas lignit, bubur kertas dan batu bara.
Kemudian India dengan komoditas batu bara, karet remah dan minyak kelapa sawit, serta negara Malaysia melalui komoditas hasil minyak, batu bara, dan minyak kelapa sawit.