Bisnis.com, MEDAN – Badan Pusat Statistik Sumatra Utara (BPS Sumut) mencatat ada peningkatan ekspor dari Sumut pada Oktober 2023 sebesar 8,41% (month-to-month/mtm).
Dalam rilis statistik yang disampaikan Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin pada 1 Desember kemarin, nilai ekspor melalui pelabuhan muat di wilayah Sumut pada Oktober 2023 terhadap September 2023 naik dari US$874,78 juta menjadi US$948,39 juta.
Tercatat, sektor industri berkontribusi besar terhadap total ekspor Sumut di bulan Oktober, yakni sebesar 94,86%, diikuti sektor pertanian sebesar 5,14%.
Ekonom dari Universitas Islam Sumatra Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menyebut kenaikan ekspor Sumut secara bulanan pada Oktober 2023 kemarin setidaknya dipicu oleh tiga faktor, yakni kenaikan harga CPO, pelemahan mata uang Rupiah, serta membaiknya permintaan.
“Harga CPO dunia pada bulan September kemarin bergerak dalam tren menurun dalam satu buan penuh. Sempat menyentuh 4.000-an ringgit Malaysia per ton di awal bulan, lalu terus dalam tren penurun hingga menyentuh 3.600-an ringgit per tonnya. Sementara harga CPO dibulan oktober justru bergerak sebaliknya,” terang Gunawan kepada Bisnis hari ini.
Gunawan mengatakan pergerakan harga CPO di Bursa Berjangka Malaysia pada Oktober 2023 berfluktuasi, sempat terpuruk hingga ke level 3.500-an ringgit per ton, lalu berbalik naik dan cukup stabil di kisaran 3.800-an ringgit per ton.
Baca Juga
“CPO yang menjadi andalan ekspor Sumut harganya selama September turun sekitar 6%. Meskipun tidak jauh berbeda dengan bulan Oktober, namun tren kenaikan harga CPO pada bulan Oktober terjadi hingga berlanjut pada bulan November 2023 yang sempat kembali ke level 4.000 ringgit per tonnya,” papar Gunawan.
Akan tetapi, lanjutnya, yang paling terlihat memberikan penguatan pada kinerja ekspor adalah melemahnya mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika. Dari sisi perekonomian nasional, pelemahan Rupiah akan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan hidup masyarakat. Namun bagi ekspotir, kondisi ini justru menguntungkan kinerja ekspor.
“Mata uang rupiah yang bergerak dalam rentang 15.200 hingga 15.500 pada bulan September, melemah menjadi 15.500 hingga 15.920 pada bulan Oktober sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena pelemahan Rupiah itu sendiri,” jelas Gunawan.
Faktor ketiga yang disebut Gunawan berkontribusi menaikkan ekspor Sumut pada Oktober 2023 ialah sisi permintaan yang membaik. “Ini tercermin dari kenaikan ekspor dalam satuan berat (ton) pada bulan Oktober,” lanjutnya.
Sebagai informasi, dari data BPS Sumut kenaikan ekspor Sumut pada Oktober 2023 (mtm) disumbang dominan oleh sektor industri (94,86%) dan sektor pertanian (5,14%).
Sementara menurut golongan barang utama yang diekspor pada Oktober 2023 (mtm), kenaikan nilai ekspor tertinggi dicatatkan ampas/sisa industri makanan yakni sebesar US$22,20 juta (33,88%), lalu diikuti golongan lemak dan minyak hewan/ nabati yang nilai ekspornya naik US$19,33 juta (5,08%).
Sedangkan dari sisi share ekspor terbesar pada periode ini justru diduduki golongan lemak dan minyak hewan/ nabati dan berbagai produk kimia, masing-masing sebesar 42,19% (US$400,13 juta) dan 11,94% (US$113,25 juta).
Di tahun 2024 Gunawan mengkhawatirkan akan terjadi pelemahan kinerja ekspor Sumut lantaran masih lambatnya laju pertumbuhan ekonomi global serta perlambatan ekonomi negara tujuan ekspor Sumut seperti China.
Lebih lanjut, penerapan kebijakan EURDR atau Undang-undang Anti Deforestasi oleh Uni Eropa juga disebut Gunawan berpeluang menambah buruk kinerja ekspor nantinya. (K68)