Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taman Kehati Unilak, Tempat Lestarinya Keanekaragaman Hayati, Edukasi Hingga Rekreasi

Selain tanaman asli, di sini sudah banyak ditanam berbagai pohon dan tumbuhan lain yang berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air.
Pengunjung sedang menikmati suasana malam dengan melintasi jembatan di tengah waduk Ekoriparian, Kampus Unilak Pekanbaru Riau. Waduk ini memiliki konsep pengolahan air limbah di sekitar lokasi Taman Kehati, serta ditanami berbagai jenis tanaman wetland seperti eceng gondok, yang dapat membuat air waduk menjadi jernih dan ikan-ikan bisa berkembang dengan baik dengan dukungan ekosistem air bersih tersebut. /Istimewa
Pengunjung sedang menikmati suasana malam dengan melintasi jembatan di tengah waduk Ekoriparian, Kampus Unilak Pekanbaru Riau. Waduk ini memiliki konsep pengolahan air limbah di sekitar lokasi Taman Kehati, serta ditanami berbagai jenis tanaman wetland seperti eceng gondok, yang dapat membuat air waduk menjadi jernih dan ikan-ikan bisa berkembang dengan baik dengan dukungan ekosistem air bersih tersebut. /Istimewa

Bisnis.com, PEKANBARU -- Pohon-pohon tinggi menjulang tampak berjejer di sepanjang jalan, mulai dari gerbang masuk Universitas Lancang Kuning (Unilak), hingga ke lokasi samping kiri Gedung Rektorat. Di tempat itu terdapat trek ubin yang sudah dicor. Di gerbang masuknya yang berwarna merah, hitam, dan kuning itu tertulis Taman Kehati Arboretum Unilak.

Dari sinilah upaya pelestarian lingkungan itu berasal. Arboretum yang dibuka sejak 1998 silam itu awalnya ditujukan sebagai tempat pendidikan serta laboratorium alam untuk mahasiswa di Fakultas Kehutanan Unilak, Pekanbaru, Riau

Memang hutan ini tidak lagi alami. Karena selain tanaman asli, di sini sudah banyak ditanam berbagai pohon dan tumbuhan lain yang berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air. Hal itu disebabkan mahasiswa dan alumni yang telah lulus dan bekerja di kota-kota besar lainnya, datang kembali ke kampus dan Arboretum itu, lalu menanam bibit yang dimilikinya dengan tujuan sumbangsih dan objek penelitian untuk para adik kelas.

Di dalam hutan ini terdapat berbagai jenis kayu dengan nilai komersial tinggi. Sebut saja misalnya kayu ulin, trembesi, belian Kalimantan, hingga kayu gaharu. Memang untuk melihat kayu-kayu itu masih bisa dijumpai di hutan alam, meski luasan hutan di Indonesia terus mengalami penyusutan dan kerusakan seperti akibat kebakaran hutan. 

Namun untuk melihat langsung pohonnya dari dekat di perkotaan seperti di Arboretum Unilak ini, tentulah sangat memudahkan bagi para peneliti dan bagi generasi muda yang sulit mengakses hutan di luar tempat tinggalnya.

Untuk jenis tanaman di sini tidak hanya pohon saja, tetapi juga ada jenis lainnya seperti tanaman merambat atau liana, kemudian juga berbagai jenis tanaman buah yang jenisnya juga ada yang langka. Kemudian ada pula berbagai jenis tanaman rumput dan tanaman obat-obatan. 

Salah satu pohon langka yang ada misalnya pohon kruing yang bukan asli tanaman di Arboretum itu. Selanjutnya dari sisi fauna yang ada, misalnya satwa jenis tupai, monyet, biawak, serta berbagai jenis serangga. Lalu ada pula kera ekor panjang, beruk, berbagai jenis burung hingga primata yang juga langka seperti lutung hitam.

Rektor Unilak Prof. Dr. Junaidi memaparkan memang awalnya tujuan Arboretum yang luasnya sekitar 9 hektare tersebut sebagai tempat praktikum mahasiswa di Fakultas Kehutanan, tetapi dengan berbagai keunggulan itu akhirnya menjadi tempat belajar dan edukasi bagi semua kalangan termasuk para siswa dari berbagai sekolah. “Kami biasa menerima banyak kunjungan dari siswa sekolah yang ingin belajar tentang biologi, pohon, dan lainnya,” ungkapnya baru-baru ini.

Selanjutnya di lingkungan kampus itu juga memiliki danau resapan air yang berlokasi di depan Gedung Rektorat. Awalnya danau itu menjadi penampungan dan daerah resapan air dari aliran sungai di wilayah hutan sekitar lingkungan Unilak. 

Sempat menjadi lokasi favorit mahasiswa dan warga sekitar untuk memancing ikan, dan akhirnya karena dinilai bisa memberikan manfaat lebih dengan pemanfaatan air tersebut, akhirnya ikut direvitalisasi dalam program kolaborasi antara Unilak dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), menjadi Ekoriparian Patra Lancang Kuning.

Dari kunjungan kerja Menteri LHK Siti Nurbaya beberapa waktu lalu ke Riau, dilakukan pertemuan dengan perwakilan Mapala se-Riau dan NGO. Pertemuan itu membahas berbagai hal tentang lingkungan hingga sampailah kepada pengusulan Unilak untuk dibangunkan Taman Kehati, dan itu langsung diungkapkan oleh Siti Nurbaya. 

Permintaan menteri ini kemudian ditindaklanjuti KLHK dengan menggandeng Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mitra. Setelah ditugaskan oleh KLHK, pembangunan Taman Kehati dan Ekoriparian di Unilak telah diselesaikan oleh PHR. Program kerjasama pemerintah dan badan usaha ini merupakan kontribusi nyata dari kerja kolaborasi multipihak untuk menjaga lingkungan.

"Kami surprise dengan indeks keanekaragaman hayati yang sangat tinggi di Unilak. Bisa memecahkan rekor MURI menjadi satu-satunya Taman Kehati pertama dan terdepan melestarikan ekosistem hutan rawa Sumatera yang berada di tengah kota," ungkap peneliti BRIN, Prof. Hendra Gunawan.

Taman Kehati Unilak diketahui menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Dimana terdapat 173 spesies flora yang 16 persen diantaranya merupakan spesies langka, baik critically endangered (spesies terancam kritis), endangered (terancam), maupun vulnerable (rentan). Sedangkan untuk satwa liar, telah ditemukan 87 spesies yang 10 persen di antaranya termasuk kategori langka dan dilindungi.

Hendra menyebutkan ada tiga dokumen yang telah dihasilkan untuk mendukung pembangunan Taman Kehati di Unilak, yaitu: Buku Baseline Keanekaragaman Hayati Taman Kehati Unilak, Buku Rencana Aksi Pengembangan, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Taman Kehati Unilak, dan Buku Pangkalan Data Berbasis Satelit Taman Kehati Unilak. “Taman Kehati merupakan program nasional untuk mengkonservasi kekayaan hayati sebagai salah satu upaya pencapaian komitmen global SDG’s 2030,” tambahnya.

Sementara itu Dirjen PPKL KLHK, Sigit Reliantoro menyebutkan taman ini merupakan infrastruktur hijau hasil kolaborasi KLHK, dunia usaha, dan lembaga pendidikan. "Ciri infrastruktur hijau adalah penerapan pengetahuan yang inovatif tentang alam, terinspirasi dan meniru proses alam untuk memecahkan masalah sosial dan lingkungan secara efektif sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat," katanya.

Tenaga Ahli Menteri LHK, Afni Zulkifli mengatakan kekayaan hayati di Unilak harus benar-benar dijaga. PR selanjutnya adalah kesiapan kelembagaan pasca fasilitas ruang terbuka hijau ini selesai dibangun dan diresmikan. Harapannya pembangunan tersebut bermanfaat nyata bagi dunia pendidikan, sosial dan ekonomi civitas akademik Unilak, serta masyarakat sekitar dalam bentuk pemanfaatan eco eduwisata atau wisata berbasis ekologi.

"Begitulah harapan Menteri LHK Siti Nurbaya menunjuk Unilak sebagai lokasi pembangunan ruang terbuka hijau ini saat dialog dengan BEM Unilak. Pembangunan Taman Kehati dan Ekoriparian menjadi satu legacy bersama bahwa persoalan lingkungan bisa kita atasi dengan konsep kerja kolaborasi," ungkap Afni yang juga merupakan Dosen Unilak.

Rektor Unilak, Prof. Dr. Junaidi mengakui pihaknya telah menyiapkan rencana pengelolaan kedepan, setelah nantinya Taman Kehati dan Ekoriparian ini diresmikan dan diserahterimakan. Bentuk pengelolaan yang dibentuk adalah unit khusus di bawah rektor, yang akan mengelola kedua fasilitas tersebut sehingga bermanfaat bagi lingkungan internal kampus serta juga untuk masyarakat umum di wilayah tersebut.

“Karena komitmennya memang sejak awal dua fasilitas ini akan menjadi milik publik, tentu kami akan membentuk pengelola yang baik dan semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan dan menjaga fasilitas ini untuk masyarakat yang datang berkunjung,” pungkasnya.

Dari banyaknya program sosial dan lingkungan yang dilaksanakan PHR di Riau, seperti pelestarian rawa gambut, mangrove, serta perlindungan gajah, salah satu kegiatan sosial terbaru yang telah berjalan itu adalah Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) dan Ekoriparian di Kampus Unilak Pekanbaru.

Program Taman Kehati ini mulai dilirik perusahaan, sejak diputuskannya alih kelola dari operator sebelumnya kepada PHR. Perseroan melihat taman arboretum yang ada di Kampus Unilak Kota Pekanbaru, punya potensi dan bisa dikembangkan menjadi lokasi konservasi, edukasi, sekaligus tempat eduwisata bagi masyarakat ibu kota Bumi Lancang Kuning.

Manager Social Performance PHR WK Rokan Pinto Budi Bowo Laksono mengakui memang pihaknya berkomitmen dalam menjaga lingkungan serta selaras dengan berbagai program lingkungan pemerintah khususnya di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Memang kami memilih Unilak sebagai lokasi program Taman Kehati dan Ekoriparian ini berdasarkan asesmen oleh para ahli dan tentunya sejalan dengan program pemerintah dalam hal ini Kementerian LHK,” ungkapnya.

Sebelum menjadi Taman Kehati, diketahui Unilak punya taman atau hutan kampus dengan luas 9 hektare lebih yang sebelumnya merupakan taman arboretum. Selanjutnya dari hasil rekomendasi ahli seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pakar Ekoriparian Jawa Barat Dr Daisy, kini PHR sudah merampungkan pembangunan Taman Kehati di Unilak.

Ada sejumlah keunikan yang dapat dinikmati para pengunjung taman, misalnya setiap pohon yang ditanam telah memiliki barcode dan bisa discan melalui gawai. Lewat cara ini pengunjung bisa melihat keindahan taman sekaligus mendapatkan edukasi atau ilmu baru tentang pohon tersebut.

Kemudian untuk ekoripariannya, PHR menyiapkan konsep pengolahan air limbah di sekitar lokasi taman agar dapat dimanfaatkan kembali misalnya sebagai air untuk menyiram pepohonan sekitar lokasi taman. Selain itu di waduk yang telah ada, ditanami berbagai jenis tanaman wetland seperti eceng gondok, yang dapat membuat air waduk menjadi jernih dan ikan-ikan bisa berkembang dengan baik dengan dukungan ekosistem air bersih tersebut.

Setelah mulai menata dan menyiapkan Taman Kehati ini, PHR telah mengajukan taman tersebut agar bisa mendapatkan Rekor MURI sebagai Taman Kehati pertama dan terdepan dalam merawat ekosistem hutan rawa Sumatra di tengah kota.

Pinto mengakui program ini menjadi peluang hadirnya tempat eduwisata baru bagi masyarakat di Kota Pekanbaru. Kemudian sebagai kontribusi perusahaan kepada dunia pendidikan, khususnya di Kampus Unilak yang merupakan kampus tetangga PHR dan juga berada di lingkungan utama operasional perusahaan.

“Kalau ditanyakan tantangan, inilah yang kami sampaikan kepada kampus dan Rektor Unilak, bagaimana agar kampus ini bebas sampah, karena kita ketahui Unilak juga sudah menjadi mitra perusahaan dalam program Bank Sampah. Tinggal bagaimana Unilak bisa mengelola dengan baik,” ungkapnya.

Dia meyakini dengan beragam upaya pendampingan dan penguatan kapasitas pengelola nantinya, Taman Kehati dan Ekoriparian di Kampus Unilak dapat menjadi taman yang bersih dan menjadi pilihan masyarakat dalam bersantai sekaligus belajar mencintai lingkungan sekitarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arif Gunawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper