Bisnis.com, PADANG - Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai (KPPBC) TMP B Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatra Barat, mencatat penerimaan Bea dan Cukai Januari sampai dengan 30 Juni 2023 mencapai Rp383,6 miliar lebih atau 44,46% dari perubahan pertama target tahun 2023 atau tumbuh -78,58% (yoy) dikarenakan penurunan volume ekspor komoditas crude palm oil (CPO) dan turunannya.
Perubahan target penerimaan KPPBC TMP B Teluk Bayur berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Barat nomor KEP-74/WBC.06/2023 Tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Barat nomor KEP-12/WBC.06/2023 Tentang Distribusi Target Penerimaan Bea Masuk, Bea Keluar dan Cukai Per Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2023.
Kepala KPPBC Teluk Bayur Indra Sucahyo mengatakan realisasi penerimaan KPPBC TMP B Teluk Bayur Rp383,6 miliar atau 44,46% target APBN tahun 2023 dan kondisi itu mengalami penerimaan tumbuh -78,58%.
"Penerimaan didorong kinerja Cukai, Bea Masuk 204,43%, Bea Keluar 79,40%penerimaan cukai didapat dari sanksi administratif di bidang cukai sebesar Rp30,5 juta," katanya dikutip dari data KPPBC Teluk Bayur, Senin (7/8/2023).
Dia menjelaskan pertumbuhan bea masuk disebabkan karena adanya impor beras dengan tonase yang cukup besar pada bulan Januari sebanyak satu kali impor dengan nilai Bea Masuk Rp2,2 miliar tonase sebesar 5.008 ton. Lalu pada bulan Mei sebanyak satu kali impor dengan nilai Bea Masuk Rp2,7 miliar tonase sebesar 6.112 ton, dan pada bulan Juni sebanyak satu kali dengan nilai Bea Masuk Rp1,7 miliar tonase sebesar 3.832 ton.
Selain itu untuk periode Juni, harga referensi Crude Palm Oil (CPO) yaitu sebesar USD 811,68 per ton untuk periode 1-15 Juni 2023 dan USD 723,45 per ton untuk periode 16-30 Juni 2023 dengan rata-rata harga referensi CPO yaitu sebesar USD 767,57 per ton untuk periode 1-30 Juni 2023.
Baca Juga
"Tarif bea keluar CPO dan produk turunannya pada bulan Juni tahun 2023. Penurunan HR CPO dipengaruhi beberapa faktor, antara lain melambatnya permintaan atas kelapa sawit dunia akibat peningkatan stok," ujarnya.
Menurutnya terjadi penurunan harga minyak nabati lainnya seperti kedelai yang menyebabkan menurunnya ekspor kelapa sawit dari Malaysia, penurunan kurs Ringgit Malaysia terhadap Dolar Amerika Serikat, serta kekhawatiran pasar terkait peningkatan pasokan produksi kelapa sawit global dari Indonesia dan Malaysia.