Bisnis.com, PEKANBARU -- Asosiasi Petani Sawit Swadaya Anugrah di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau telah mengajukan 576 hektare kebun sawitnya, untuk mendapatkan sertifikasi Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dan kini tinggal menunggu hasil auditnya dan penerbitan sertifikat tersebut.
Ketua Asosiasi Anugrah Sutoyo mengatakan perjuangan kelompok tani sawit swadaya itu telah dimulai sejak 2014 silam, dimana ketika itu maraknya pegiat lingkungan atau non goverment organization (NGO) yang menghembuskan isu sawit merusak lingkungan sekitar.
"NGO kala itu bahasa kami adalah menyatroni dan kurang suka dengan dunia perkebunan serta perusahaan, juga menyampaikan sawit ini identik dengan deforestasi. Dari kondisi itulah kami mencari solusi bagaimana para pekebun bisa menjual hasil sawitnya dengan lebih baik," ungkapnya, Rabu (10/5/2023).
Tidak hanya kepada petani, NGO juga mengirimkan surat kepada perusahaan, yang memicu korporasi tidak bernyali untuk membeli sawit dari hasil produksi petani swadaya.
Akhirnya kelompok tani mencari langkah dan solusi dengan cara berdiskusi dan bernegosiasi dengan Asian Agri, untuk dapat menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut. Diantaranya dengan melakukan tracking atau penelusuran lahan sawit petani swadaya, yang ujungnya memang diketahui benar-benar diperuntukkan dan ditanam di area perkebunan.
Selanjutnya dilakukan pengurusan surat tanda daftar budi daya, dan diterima seluas 68 hektare untuk pertama kali bagi 1 kelompok tani. Seiring berjalannya waktu dengan kegigihan poktan serta bimbingan Asian Agri, akhirnya para petani mendapatkan legalitas lembaga dengan mengurus akta notaris pada 2016 lalu.
Tidak hanya itu, pada tahun yang sama juga keluar SK dari Dinas Perkebunan Indragiri Hulu bahwa total luas lahan 576 hektare milik poktan di asosiasi itu, berstatus HPL atau hak pengelolaan.
"Dengan berbagai tahapan dan perjuangan itu, pada akhirnya kami dari Asosiasi Anugrah dengan anggota 302 petani dari 19 poktan, dan luas lahan kebun 576 hektare, pada Februari 2023 lalu telah mengikuti proses sertifikasi RSPO, ada sebanyak 238 petani yang lolos memenuhi syarat tersebut dan kini tinggal menunggu hasil audit serta penerbitan sertifikatnya," ungkapnya.
Meski demikian, petani kelapa sawit masih menghadapi tantangan signifikan untuk meningkatkan produksi minyak sawit, sambil menjunjung tinggi kriteria keberlanjutan yang ketat.
Untuk menghadapi situasi tersebut, perusahaan pengolah minyak nabati Apical, bekerjasama dengan Asian Agri dan Kao dalam program Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment’ (SMILE) atau ‘Inklusi Petani untuk Kesejahteraan dan Pemberdayaan yang Lebih Baik’ pada 2020 lalu, telah berhasil meningkatkan taraf ekonomi ribuan petani sawit, termasuk di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Director of Sustainability Apical Bremen Yong mengatakan Program SMILE sejak dimulai pada Oktober 2020 lalu, telah melibatkan 3.018 petani dan 390 petani diantaranya tersertifikasi oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Program SMILE berencana untuk mengaudit tiga KUD baru pada 2023, dengan partisipasi dari sekitar 1.105 petani di Sumatera Utara dan Jambi," ungkapnya.
Dia menyebutkan Apical, Asian Agri dan Kao telah melakukan perjalanan bersama ke salah satu Koperasi Unit Desa (KUD) milik petani - KUD Anugerah, di Desa Air Putih, Kecamatan Lubuk Batu Jaya, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Pada kegiatan itu dilakukan dialog produktif dengan para petani swadaya dari KUD, untuk diperkenalkan dengan program SMILE dan diinformasikan mengenai peran penting yang dilakukan oleh Apical, Asian Agri dan Kao dalam program tersebut.
Para peserta juga menikmati tur ke perkebunan kelapa sawit petani, area sekolah, dan tempat tinggal petani, yang memberikan wawasan berharga tentang upaya masyarakat setempat untuk mempromosikan praktik perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.
"Kami berjuang untuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan dengan memberi para petani alat untuk memberdayakan dan mendorong mereka mempraktikkan praktik perkebunan yang bertanggung jawab."
Adapun kolaborasi program SMILE ini menggabungkan kekuatan antara Apical, Asian Agri dan Kao untuk membantu petani meningkatkan penghidupan mereka dan memberdayakan mereka untuk menjadi peserta aktif dalam perkebunan berkelanjutan.