Bisnis.com, MEDAN - Total volume ekspor karet Sumatra Utara (Sumut) pada pengapalan April tercatat sebesar 22.387 ton atau menurun 29,2 persen year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama 2022.
Padahal, volume ekspor per Maret lalu meningkat 18,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan secara kumulatif, pengapalan pada Januari - April 2023 juga mengalami penurunan menjadi 112.118 ton atau menurun 13,01 persen yoy jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 lalu. Padahal, normalnya ekspor bulanan karet mencapai 40.000 ton.
Adapun China, sebagai negara tujuan dengan volume penurunan paling besar, berkurang 2.282 ton dibandingkan pengapalan bulan lalu.
"Penurunan volume ekspor karet ke China karena lemahnya permintaan yang dipicu rendahnya harga transaski sehingga produsen Indonesia menahan penjualan untuk menghindari kerugian yang lebih dalam," ungkap Edy, Selasa (9/5/2023).
Tercatat ada 28 negara tujuan ekspor pada April, dengan 5 tujuan utama yaitu Jepang 35,6 persen, Brazil 11,1 persen, Kanada 7,6 persen, Amerika Serikat (AS) 7,3 persen, dan Turki 6,8 persen.
Selain itu, Edy juga memperkirakan ekspor pengapalan pada Mei masih akan ada peningkatan seiring dengan adanya kekhawatiran berkurangnya produksi karet alam karena adanya cuaca panas yang ekstrem di beberapa negara produsen utama karet alam.
"Harga masih belum menunjukkan tanda-tanda kenaikan yang signifikan, harga karet TSR20 di bura berjangaka Singapura (SGX) pada penutupan 8 Mei tercatat 139.1 sen AS per kilogram (kg) atau lebih tinggi sekitar 3,8 sen AS dari rataan bulan April."
Sementara itu produksi kebun karet di Sumut diperkirakan masih belum normal karena adanya anomali cuaca panas yang ekstrem.