Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Kopi Sumut Mencapai Rp5,5 Triliun

Kopi adalah komoditas yang paling tinggi frekuensi ekspornya, khususnya dalam 5 tahun terakhir.
Biji kopi Robusta./Bloomberg-Dimas Ardian
Biji kopi Robusta./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, MEDAN — Nilai ekspor komoditas kopi di wilayah Sumatera Utara (Sumut) pada 2022 mencapai Rp5,5 triliun.

Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Lenny Hartati Harahap mengatakan pada periode tersebut total ekspor yang tercatat sekitar 60.175 ton. Pengiriman komoditas kopi tersebut dari pelabuhan Belawan ke mancanegara sebanyak 2.547 kali.

"Kopi adalah komoditas yang paling tinggi frekuensi ekspornya, khususnya dalam 5 tahun terakhir," ujar Lenny kepada Bisnis, Jumat (24/2/2023). 

Berdasarkan data Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, hingga kini perusahaan yang tercatat melakukan aktivitas ekspor kopi ke mancanegara berjumlah 80 perusahaan dengan total 40 negara tujuan. 

Sedangkan negara dengan permintaan komoditas kopi terbanyak adalah Amerika Serikat dengan frekuensi pengiriman sebanyak 1.346 kali atau berat total 31.000 ton. Nilainya pun mencapai Rp3 triliun atau 60 persen dari nilai capaian keseluruhan di tahun 2022.

"Kalau di Sumatera, lumbung kopi terbesar itu dari Sumatera Selatan, yang kedua Lampung, dan yang ketiga Sumatera Utara. Potensi ini harus dimaksimalkan karena Sumut adalah salah satu provinsi yang mempunyai alam yang sangat bagus untuk kopi, terutama di daerah Sidikalang. Kopi Sidikalang itu mampu bersaing di dunia internasional," papar Lenny.

Begitu pun, Lenny menyampaikan bahwa untuk memastikan proses ekspor berjalan dengan mulus, ada hal-hal yang perlu menjadi perhatian khusus, baik itu untuk petani, maupun pengekspor terkait budi daya tanaman kopi mulai dari proses tanam hingga pengiriman.

"Setiap negara punya persyaratan yang berbeda-beda, itulah yang harus kita komunikasikan ke petani kita," jelas Lenny. Contohnya adalah Jepang, lanjutnya, yang salah satu persyaratannya adalah tidak boleh ada residu pestisida Isoprocarb di biji kopinya. 

"Jadi ini kita informasikan kepada masyarakat, bahwa dalam pemeliharaan budi daya kopi itu harus organik. Diusahakan jangan memakai herbisida atau pestisida. Karena itu mengandung logam berat," tutur Lenny lagi.

Sedangkan untuk pengekspor, Lenny menuturkan hal-hal yang perlu diperhatikan dan yang akan menjadi penilaian adalah bagaimana kondisi lokasi penyimpanan, serta bagaimana kualitas akomodasi-akomodasi lainnya.

"Bukan hanya sekadar menanam, kemudian panen, tapi ada hal-hal yang harus dipelajari terkait teknik-tekniknya, sehingga kopinya dapat diterima dengan baik di luar negeri," tutup Lenny.

Kepala Biro Perekonomian Sumut Naslindo Sirait, mengatakan ekspor merupakan salah satu faktor yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan dengan persentase yang cukup besar.

"Ekspor itu pengaruhnya ke pertumbuhan perekonomian Sumut sebesar 30 persen. Dan kopi merupakan produk unggulan ke 3, setelah CPO dan karet," pungkas Naslindo saat dihubungi Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper