Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kopi di Sumbar 13.770 Ton per Tahun, Didominasi Robusta

Sepanjang tahun 2022, luas kopi arabika di Sumbar yang menghasilkan itu 3.240 ha dengan produksi 2.680 ton.
Petani memanen kopi di kebun yang berada di kawasan Bukit Barisan, Sikayan Balumuik, Kota Padang, Sumatra Barat, Rabu (25/1/2023). Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Petani memanen kopi di kebun yang berada di kawasan Bukit Barisan, Sikayan Balumuik, Kota Padang, Sumatra Barat, Rabu (25/1/2023). Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Luas perkebunan kopi di wilayah Provinsi Sumatra Barat mencapai 15.444 hektare dengan produksi 13.770 ton per tahun.

Plt. Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan dari luas lahan itu, kopi di Sumbar didominasi oleh kopi robusta dibandingkan kopi arabika.

"Dari data sementara yang kita punya, kopi robusta yang paling luas kebunnya. Artinya produksinya juga paling banyak," katanya, Minggu (19/2/2023).

Dia menjelaskan berdasarkan data sementara, sepanjang tahun 2022, luas kopi arabika di Sumbar yang menghasilkan itu 3.240 ha dengan produksi 2.680 ton.

Sementara untuk luas kopi robusta yang menghasilkan 12.204 ha dengan produksi 11.090 ton.

Perkebunan kopi di Sumbar tersebar di sejumlah kabupaten dan kota yaitu di Kabupaten Solok, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Solok Selatan, Pasaman, dan Kota Padang.

"Bila bicara produk kopi, memang yang paling terkenal itu kopi yang ada di Kabupaten Solok yakni Solok Radjo. Karena kopi Solok Radjo telah menembus pasar dunia dengan jenis kopi arabika," ujarnya.

Sedangkan untuk kopi robusta sejauh ini masih mengisi pangsa pasar lokal. Kendati demikian, seiring bertumbuhnya kafe di Sumbar, kebutuhan kopi di Sumbar pun turut bertambah.

Bahkan di Kota Padang, yang juga terdapat perkebunan kopi juga memproduksi kopi robusta, tepatnya di daerah Sikayan Balumuik yang berada di Kecamatan Pauh.

"Kita tentu mendorong produksi dan perkebunan kopi di Sumbar terus meningkat. Dengan demikian perekonomian untuk petani kopi bisa membaik," harapnya.

Dukungan lainnya yang dilakukan dari Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar terhadap perkebunan kopi ini, selain ada pupuk juga ada bibit kopi. Bantuan itu mendapat alokasi dari Pemprov setiap tahunnya.

Perkebunan Kopi Arabika

Ferdinal juga menjelaskan penyebab luas dan produksi kopi arabika di Sumbar lebih sedikit dibandingkan robusta, karena memperhatikan karakteristik wilayah perkebunan kopi tersebut.

Untuk kopi robusta, terbilang cukup mudah dikembangkan, mulai dari dataran rendah hingga dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Hal tersebut akan memudahkan bagi petani yang ingin mengembangkan perkebunan kopi.

Berbeda dengan kopi arabika, wilayah perkebunannya minimal 1.000 meter di atas permukaan laut. Artinya, untuk karakteristik yang demikian, tidak begitu banyak petani yang ingin berkebun kopi.

"Jadi alasan tempat dimana kopi itu ditanam juga jadi penentu cita rasa kopinya. Makanya ada perbedaan rasa antara kopi robusta dan arabika," sebutnya.

Bahkan ada juga yang mencoba untuk menanam kopi arabika pada dataran rendah, hasilnya cita rasa kopinya tidak begitu baik. Melihat kondisi itu, maka kopi yang ditanam memang sesuai dengan karakteristik tempatnya, dan tidak bisa dipaksakan untuk menanam kopi yang seharusnya tumbuh di dataran tinggi, malah ditanam di dataran rendah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper