Bisnis.com, BATAM - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar -0,20 persen month to month/mtm dibandingkan Oktober 2022. Deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan kondisi pada Oktober 2022 yang mengalami deflasi sebesar -0,07 persen (mtm).
Deflasi pada November didorong oleh penurunan harga komoditas cabai merah, angkutan udara, kangkung dan bayam. Penurunan harga cabai dan sayuran sejalan dengan pasokan yang mulai normal seiring dengan panen di beberapa sentra produksi di Kepri maupun luar Kepri.
Sementara tarif angkutan udara mengalami penurunan sebagai dampak dari peningkatan jumlah armada, rute dan frekuensi penerbangan sejalan dengan perbaikan mobilitas masyarakat. Sementara itu, IHK Nasional mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm).
"Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,20 persen (mtm) dan -0,18 persen (mtm)," tutur Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kepri, yang juga Wakil Ketua Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau Musni Hardi K Atmaja dalam keterangannya, Jumat (2/12/2022).
Dengan demikian, secara year on year/yoy, Provinsi Kepri mengalami inflasi sebesar 5,26 persen. Inflasi tahunan tersebut terus melambat dalam 3 bulan terakhir namun masih di atas target sasaran inflasi nasional sebesar 3 ± 1 persen (yoy).
Sinergi TPID di Provinsi Kepri terus mendorong implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Selama bulan November 2022, telah dilakukan operasi pasar murah di Kota Tanjungpinang, Kota Batam, dan Kabupaten Bintan. Selain itu, TPID juga telah merealisasikan penyerahan paket bibit cabai dan pupuk kepada 5 kelompok wanita tani di Kabupaten Natuna.
Baca Juga
Operasi pasar murah disertai dengan pemantauan harga di pasar dilaksanakan secara intensif demi menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen khususnya komoditas penyebab inflasi. Kegiatan stabilisasi harga tersebut akan terus dilakukan terutama menjelang hari raya Natal dan Tahun baru yang secara historis mendorong peningkatan harga.
Dalam jangka panjang, TPID akan melanjutkan upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda dan digital farming. Selain itu, pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS) terus didorong untuk efisiensi rantai distribusi.
Memasuki Desember 2022, risiko tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, antara lain: (i) curah hujan yang tinggi dan musim angin utara berpotensi mendorong kenaikan harga pada komoditas bahan pangan terutama komoditas cabai, sayur, dan ikan di tengah permintaan yang lebih tinggi menjelang Hari Raya Natal dan momen Tahun Baru; serta (ii) peningkatan permintaan pada jasa transportasi utamanya jasa angkutan udara.
Berkenaan dengan hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Indonesia termasuk di Kepri terus memperkuat koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP). Hal ini dilakukan dengan melaksanakan pertemuan rutin mingguan secara daring guna mengantisipasi potensi kenaikan inflasi ke depan.
Sebagaimana diketahui, GNPIP merupakan langkah nyata pengendalian inflasi di tengah ekspektasi inflasi yang tinggi sebagai pengaruh dari kenaikan inflasi global. Gerakan ini dilakukan secara nasional dan berfokus pada 3 program yaitu, meningkatkan produksi pangan, memperkuat kerja sama antar daerah dan stabilisasi harga pangan melalui pelaksanaan operasi pasar. (K41)