Bisnis.com, BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam melalui Direktorat Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam tengah mengupayakan perubahan proses bisnis di terminal peti kemas Pelabuhan Batu Ampar, Batam.
Direktur BUP BP Batam Dendi Gustinandar menuturkan saat ini pihaknya menyiapkan infrastruktur agar tercapainya perubahan proses bisnis di Pelabuhan Batu Ampar yang rencananya mulai akan diterapkan pada tahun 2024 mendatang.
“Di seluruh dunia, ketika barang datang ke pelabuhan, akan masuk ke container yard. Kalau di Batam tidak, sebagian besar langsung keluar dan masuk. Karena saat ini masih konvensional. Nah kita akan meniru pengelolaan seperti pelabuhan lain, caranya kita siapkan container yard. Saat ini sudah ada 3,8 hektare dan masih ada tanah sekitar 7 hektar dan itu kita siapkan,” tutur Dendi.
Sejalan dengan peningkatan container yard, BP Batam juga sudah membeli satu unit container crane dari Korea Selatan (Korsel). Dendi menjelaskan, dengan alat yang baru dibeli seharga Rp123 miliar ini, bisa memobilisasi 24 kontainer dalam satu jam. Infrastruktur ini akan ditambah secara bertahap seiring dengan perbaikan sisi lain di pelabuhan ini.
“Kita perlu minimal 3 atau 4 alat tersebut. Kalau ini sudah terealisasi, akan meningkatkan efisiensi dan cost logistic jadi lebih murah. Saat ini, dengan alat yang ada, bongkar muat untuk peti kemas hanya bisa dilakukan sekitar 4 sampai 8 peti kemas dalam 1 jam,” tuturnya lagi.
Selain itu, proses pendalaman alur saat ini masih terus dikerjakan untuk memenuhi target kedalaman minimal 12 meter (-12) di kawasan pelabuhan sampai Desember 2022 mendatang. Saat ini masih ada bagian pelabuhan yang kedalamannya -6 atau kurang dari 12 meter.
Setelah peningkatan infrastruktur tuntas, Dendi menjelaskan tidak ada lagi kegiatan bongkar muat peti kemas selain dari BP Batam. Sementara untuk non container, masih bisa dilakukan oleh selain BP Batam.
“Perubahan proses bisnis ini ditargetkan bisa berjalan mulai tahun 2024. Kita namakan Terminal Peti Kemas Batam,” kata dia.
Lebih lanjut, Dendi mengatakan perubahan proses bisnis ini juga akan mendorong lahirnya penyesuaian tarif bongkar muat di terminal peti kemas yang dijalankan BP Batam. Meskipun ada penyesuaian tarif, hal tersebut diyakininya tidak akan dikeluhkan pengusaha karena efisiensi yang terjadi melalui perubahan proses bisnis akan ini jauh lebih dirasakan.
Setelah selesai, Dendi menjelaskan aka nada penyesuaian tarif, namun hal itu tidak akan berpengaruh karena manfaat dari efisiensi yang diciptakan dari perubahan proses bisnis di terminal peti kemas Batam. Yang semula lama akan menjadi lebih cepat. Kondisi ini jadi jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Mendorong hadirnya Transhipment di Pelabuhan Batu Ampar
Dendi menjelaskan, pihaknya mencatat pada tahun 2021 lalu, arus bongkar muat container di Batam sebanyak 611.000 TEUs. Dari jumlah ini tidak ada barang transhipment. Dengan perincian barang lokal Batam sebanyak 35 persen dan 65 persen sisanya barang dari Singapura ke Batam atau sebaliknya.
“Kita belum ada transshipment. Dengan peningkatan infrastruktur dan suprastruktur, akan memancing para liner untuk menjadikan Batam sebagai hub,” kata Dendi.
Dendi mencontohkan negara tetangga Singapura yang melayani bongkar muat peti kemas sebanyak 37 juta TEUs pada 2021 lalu. Dimana 7 juta TEUs pergerakan lokal singapura, sementara 30 juta TEUs sisanya adalah transshipment.
Pihaknya berharap dengan pembenahan yang dilakukan di Pelabuhan Batu Ampar, akan ada layanan transshipment yang akan menambah variasi aktivitas di Pelabuhan.