Bisnis.com, PADANG - Direktur Pusat Pengembangan Kesehatan Global Universitas Andalas yang juga ahli gizi, Denas Symond, menilai penting untuk melakukan pencegahan dan penurunan angka stunting sejak dari sekarang.
"Kalau tidak dari sekarang kita selamatkan anak-anak dari kekurangan gizi atau stunting itu, masa depan Sumbar atau Indonesia bakal jadi taruhan. Karena anak-anak sekarang lah yang akan menjadi harapan bangsa pada puluhan tahun akan datang," tegasnya, Selasa (8/11/2022).
Dia menilai persoalan stunting secara umum berawal dari kurangnya asupan gizi yang diterima anak, mulai dari dalam kandungan hingga kelahirannya.
Menurutnya persoalan stunting yang terjadi di Sumbar tidak terlepas dari persoalan ekonomi. Sehingga ada keluarga yang kesulitan untuk membeli asupan yang bernilai gizi.
Selain itu juga ada orang tidak tepat memberikan MPASI nya. Lalu diperparah kurang bersihnya lingkungan, sehingga berdampak kepada daya imun pada bayi rendah, sehingga membuat bayi gagal tumbuh.
Menurutnya hal yang perlu jadi perhatian adalah jika pun ada bayi yang selamat dari stunting berat, maka masalah gizi berimbas pada kehidupan selanjutnya. Seperti kemampuan belajar rendah, prestasi sekolah dan respons kepada lingkungan juga rendah.
"Jadi stunting ini adalah masalah intergenerasi. Kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kehidupan sebelumnya," tegas dia.
Denas menyatakan persoalan mencegah stunting itu penting dimulai dari remaja dan calon ibu, dengan dukungan suami dan keluarga.
Karena remaja yang menikah dan hamil sebelum 20 tahun beresiko melahirkan anak stunting. Atau remaja/wanita usia subur yang anemia dan kurang gizi berisiko melahirkan anak stunting.
"Kepada suami atau calon ayah, serta anggota keluarga lainnya dihimbau untuk sejak dini terlibat dalam pemeliharaan kesehatan keluarga," harapnya.
Selain saat ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus berupaya melakukan penurunan angka stunting di Sumbar.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar Nova Dewita mengatakan pada 2021 lalu angka stunting di Sumbar berada pada 23,3 persen. Angka tersebut ditargetkan turun pada 2023 menjadi 16,33 persen.
"Supaya angka stunting ini bisa semakin turun dari waktu ke waktu. BKKBN tidak akan maksimal jika bergerak sendiri, makanya dalam hal ini BKKBN merangkul sejumlah pihak yang disebut dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)," katanya.
Dia menjelaskan dalam melakukan upaya penurunan stunting itu, BKKBN Sumbar telah melakukan berbagai langkah-langkah jitu, agar upaya yang dijalankan benar-benar bisa menyeluruh hingga ke pelosok negeri.
Seperti telah dibentuknya Tim Pendamping Keluarga. Di dalam tim itu terdiri dari bidan, kader PKK, dan juga termasuk kader Keluarga Berencana. Tim tersebut orang-orang yang bakalan bersentuhan langsung dengan masyarakat di pedesaan.
"Kita juga membuat sejumlah program yang masih bertujuan untuk menurunkan angka stunting tersebut. Program itu juga disebar ke seluruh daerah di Sumbar," ujarnya.
Program tersebut yakni Dapur Sehat. Melalui program Dapur Sehat itu, akan memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat seputar mencegah stunting. Karena selama ini kondisi di lapangan yang ditemukan adalah masih ada masyarakat yang belum tahu soal stunting tersebut.
"Kalau masyarakat tidak paham soal stunting, bagaimana kita akan mengajak mereka untuk menjaga tumbuh kembangkan anak dengan baik. Tapi persoalan telah diatasi melalui Program Dapur Sehat," ungkapnya.
Nova juga menyatakan selain program Dapur Sehat, BKKBN Sumbar juga membuat program Bapak Asuh. Pada program tersebut BKKBN berkeinginan agar orang tua yakni ayah selaku kepala keluarga harus paham terkait asupan sehat yang harus diberikan kepada anak-anak mereka.
Untuk itu, melalui program-program tersebut secara tidak langsung BKKBN telah menyiapkan setiap keluarga untuk melakukan pencegahan terjadinya stunting pada anak.
"Kita terus memantau dan mengevaluasi program-program tersebut, agar bisa berjalan sesuai harapan," ucap Nova.