Bisnis.com, PALEMBANG -- Kota Palembang dan Kota Yogyakarta ternyata memiliki relasi budaya yang sangat erat, mulai dari tumbuh sebagai kota kerajaan hingga akulturasi dalam kuliner khas kedua kota itu yang berupa pempek dan bakpia.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan relasi antara Palembang dan Yogyakarta itu memang tidak terlepas dari sejarah muasal kedua kota tersebut berdiri.
"Jogja - Palembang sama-sama kota kerajaan, yang kemudian berkembang menjadi kota perniagaan. Dari situlah memang terbuka asimilasi budaya," katanya, dalam diskusi Sinergi Talk Lawatan Nusaraya di Palembang, Jumat (4/11/2022).
Yetti menerangkan bahwa keterbukaan dalam jalur perniagaan di kedua kota itu kemudian membentuk daerah-daerah yang khas dengan etnis yang datang ke kota itu, mulai dari Tiongkok, Arab, dan Tamil-India.
Dia mengemukakan bahwa di Yogyakarta terdapat Kawasan Petandan yang dikenal sebagai kawasan pecinan, ada pula Kawasan Sayidan yang mayoritas bermukim warga etnis Arab.
Jejak akulturasi itu juga terasa dalam gastronomi China dan Yogyakarta, yakni bakpia. Diketahui, mulanya bakpia dinamai tou luk pia yang artinya kue lembut berisi kacang hijau. Kemudian, namanya berupa menjadi bakpia lantaran masyarakat China saat itu mengganti isiannya dengan daging.
"Selera lidah nusantara menjadi ukuran untuk cita rasanya diadaptasi menjadi lebih manis dan kini diterima semua kalangan," katanya.
Sementara itu, perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Palembang Ismail Ishakmengatakan hal serupa juga terjadi di Kota Palembang, di mana kota ini memiliki kawasan pecinan dan kampung arab seiringdengan adanya jalur perniagaan.
Pun demikian dengan kuliner khas Palembang, yakni pempek. Makanan berbahan baku ikan itu mulanya dikenal dengan nama kelesan, yang tak lain merupakan alat untuk menghaluskan daging.
Nama pempek justru lahir dari apek, yang merupakan sebutan untuk laki-laki tua keturunan China. Apek inilah yang kemudian dipanggil warga saat akan membeli kelesan. Akhirnya, tanpa ada kesepakatan apapun, kelesan berubah nama menjadi pempek.
"Pempek ini pada tahun 1916 sudah mulai dijajakan di Keraton Palembang," kata dia.
Dia menambahkan Palembang memiliki pengaruh kerajaan Majapahit, sehingga memang terdapat ada irisan Jawa dan berkembang.
"Lalu masuk ada perdagangan dari Arab, China, dan India. Namun dominan di sini Arab dan China. Seperti legenda pulau Kemaro, putra Palembang dilamar anak raja China," katanya.
Menurut Ismail, peninggalan budaya Jawa juga ada di bahasa. Bahkan di Canddi Borobudur tertuang pula tulisan yang menceritakan Sriwijaya.
Sedangkan Dosen Sejarah Universitas Sriwijaya Dedi Irwanto menambahkan, Palembang dan Mataram sangat kuat, Demak pendiriannya Raden Patah yang lahir dan dibesarkan di Palembang.
Sebagai informasi kisah antara Joga dan Palembang ini dipamerkan di Rumah Sintas yang ada di Jalan Jambu nomor 4, 30 Ilir Kota Palembang.