Bisnis.com, MEDAN - Haizir Sulaiman mengakhiri masa tugas sebagai Direktur Utama (Dirut) Bank Aceh pada Jumat (7/10/2022). Haizir yang dilantik pada 8 Oktober 2018 lalu, mengakhiri masa tugas sesuai dengan mandat yang diberikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bank tersebut pada 2018 lalu.
Pria kelahiran Alur Pinang, Samadua, Aceh Selatan, 15 April 1963 ini memulai kiprahnya di Bank Aceh (saat itu masih bernama BPD) sejak 1989, yang diawali sebagai karyawan pelaksana administrasi. Lalu, pada 1992-1997, ia menjabat sebagai supervisor, dilanjutkan sebagai kepala bagian pada 1997-2004.
Tahun 2004, BPD Aceh mendirikan unit syariah dan Haizir Sulaiman menjadi orang pertama yang ditunjuk untuk memimpin unit tersebut. Kariernya semakin melejit ketika ia ditunjuk sebagai Direktur Syariah dan SDM pada 2015-2016.
Berikutnya, Direktur Dana dan Jasa (2016-2018), dan terakhir sebagai Direktur Utama PT Bank Aceh Syariah sejak 2018 sampai Jumat (7/10/2022).
Haizir bukanlah sosok asing di industri perbankan syariah nasional. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Ketua Bidang Syariah pada organisasi Asosiasi Bank Daerah (Asbanda). Peran penting dari sosok Haizir Sulaiman sangat dirasakan bagi akselerasi (percepatan) pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional.
Ia menjadi inisiator menjadikan Bank Aceh sebagai bank pertama di Indonesia yang melakukan konversi dari system konvensional ke syariah pada 19 September 2016 lalu. Proses konversi Bank Aceh berhasil menjadikan pangsa pasar (market share) perbankan syariah nasional menembus level psikologis di atas 5 persen.
Sebagai informasi, sejak Tim Perbankan Majelis Ulama Indonesia (MUI) berhasil membangun bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1 November 1991, pangsa pasar perbankan syariah tidak pernah berhasil menembus level psikologis di atas 5 persen atau 5 percent trap.
Apa yang dilakukan oleh Haizir Sulaiman memberikan paradgima baru bagi pengembangan perbankan syariah di Tanah Air. Terbukti, setelah konversi Bank Aceh, market share berhasil menembus level psikologis menjadi 5,35 persen. Saat ini, setidaknya ada dua bank umum yang sudah mengikuti jejak Bank Aceh melakukan proses konversi yakni Bank NTB Syariah dan Bank Riau Kepri Syariah.
Beberapa bank lain sekarang juga sedang melakukan proses konversi seperti Bank Nagari, Bank Sulselbar, dan Bank Bengkulu.
“Eksistensi Bank Aceh tidak hanya hadir sebagai sebuah lembaga keuangan, tapi juga sebagai sebuah gagasan, ide, maupun cita-cita yang besar bagi masa depan instrumen arsitektur ekonomi syariah di Aceh maupun nasional,” ujar Haizir saat perayaan HUT Ke-49 Bank Aceh, Agustus 2022 lalu.
Di tangan Haizir, Bank Aceh mengalami pertumbuhan yang pesat. Agenda transformasi bisnis, budaya, dan tampilan yang dicanangkannya membawa Bank Aceh adaptif terhadap perubahan yang terjadi melalui sejumlah layanan digital dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Bank Aceh juga berhasil menjadi bank syariah terbesar ketiga di Indonesia dengan 180 jaringan kantor yang terdiri atas 26 kantor cabang, 100 cabang pembantu, 24 kantor kas, dan 24 kantor payment point.
Hingga triwulan III 2022, ia masih memberikan capaian positif bagi kinerja keuangan Bank Aceh. Aset Bank Aceh saat ini mencapai Rp 29 triliun atau tumbuh sebesar 7,3 persen secara year on year (YoY), dana pihak ketiga sebesar tumbuh 7 persen menjadi Rp 23,7 triliun, pembiayaan tumbuh sebesar 5,3 persen menjadi Rp 17 triliun, dan laba bersih sebesar Rp 318 miliar atau tumbuh sebesar 22,7 persen.
Tak heran, apa yang ditorehkannya diapresiasi oleh sejumlah pihak. Pada tahun ini saja, Haizir Sulaiman berhasil meraih Top CEO dari Top Business serta Top Leadaer Awards dari Warta Ekonomi. Di sepanjang 2022, Bank Aceh juga berhasil meraih sejumlah penghargaan bergengsi seperti Indonesia Best BUMD Awards 2022 dari Warta Ekonomi, Indonesia Syariah Award 2022 dari The Iconomics, Top BUMD Awards dari Top Business, serta Sharia Finance Awards dari Warta Ekonomi.
Selain itu, dalam hal good corporate governance (GCG), Bank Aceh juga berhasil meraih Top Governance, Risk, Compliance (GRC) Award dari Top Business, dan berhasil meraih tingkat peringkat 2 nasional dalam hal penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Tingkat kesehatan bank (TKB) selama dua tahun berturut turut juga memperoleh skor 2 (dua) predikat baik.
Teranyar, Haizir Sulaiman juga berhasil membawa Bank Aceh menduduki peringkat pertama untuk kategori bank KBMI 1 dengan aset di atas Rp 25 triliun dari Majalah infobank. Awal 2022 lalu, Media internasional dari Dubai, Gulfnews, juga sempat mengulas keberhasilan sosok Haizir mengawal konversi dan transformasi Bank Aceh.
“Dunia berubah dengan pesat. Pendulum bisnis juga bergeser, mengukuhkan hanya organisasi yang responsif terhadap perubahan lingkungan dan zaman yang akan terus bertahan,” ujar Haizir.
Ia berharap, siapapun yang menjadi suksesornya nanti mampu menjadikan Bank Aceh lebih baik di masa mendatang. Bukan hanya sebagai regional bank, tapi juga menjadi go nasional dan bahkan juga mampu berkiprah dalam kancah global.