Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemkot Solok Janji Beri Rp1 Juta untuk Warganya yang Berhenti Merokok

Pemerintah Kota Solok berjanji beri insentif Rp1 juta kepada warganya yang mau menjalani program berhenti merokok.
Pekerja memproduksi rokok klobot di salah satu pabrik rokok, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (28/9/2022). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Pekerja memproduksi rokok klobot di salah satu pabrik rokok, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (28/9/2022). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Bisnis.com, SOLO - Pemerintah Kota Solok, Sumatera Barat mengumumkan akan memberi insentif Rp1 juta kepada warganya yang berhenti merokok.

Pemberian insentif tersebut dilakukan sebagai motivasi agar bisa meninggalkan kebiasaan merokok dan menerapkan perilaku hidup sehat.

"Saya melihat rata-rata pengeluaran masyarakat untuk membeli rokok hampir Rp400 ribu sebulan dan itu lebih banyak pada masyarakat kalangan tidak mampu, bahkan semakin miskin konsumsi rokoknya kian tinggi nomor dua sesudah pangan, kata Wali Kota Solok Zul Elfian di Padang, Senin usai memberikan kuliah umum di Unand.

Zul pun merasa heran mengapa banyak masyarakat memprioritaskan membeli rokok, di samping kebutuhan membayar pendidikan.

"Maka dengan berhenti merokok yang bersangkutan diberi Rp1 juta dan bisa hemat Rp400 ribu dari uang buat beli rokok yang bisa dipakai membeli kebutuhan yang lain," kata dia.

Ia kemudian mengatakan bahwa insentif sebesar Rp1 juta tersebut akan diberikan kepada 20 orang di setiap tahunnya.

Mekanismenya ada kader kesehatan yang membina dan mengajak warga untuk berhenti merokok. Lalu dicek di balai kesehatan setempat setelah pelaku bersedia diberi waktu tiga bulan untuk membuktikan apakah bisa berhenti merokok.

"Setelah tiga bulan akan diketahui masih ada kandungan nikotin di tubuhnya dan jika dari hasil pemeriksaan tidak ada maka berhak mendapatkan insentif Rp1 juta," kata dia.

Selain itu pihaknya juga menjadikan salah satu Puskesmas sebagai klinik berhenti merokok.

"Hingga saat ini sudah ada 30 orang yang berhenti merokok dan mendapatkan insentif," katanya.

Ia mengakui ada penolakan terhadap program ini karena masyarakat membeli rokok dengan uang sendiri namun ia menekankan ini bersifat imbauan.

"Kapan lagi mau berhenti merokok kalau tidak sekarang," ujarnya.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik Sumatera Barat mengungkap rokok masih menjadi komoditas penyumbang kemiskinan terbesar kedua di Sumatera Barat setelah beras berdasarkan survei sosial ekonomi yang dilakukan pada Maret 2022.

"Dari tahun ke tahun polanya masih sama, rokok tetap menjadi penyumbang kedua kemiskinan dengan andil 14,69 persen di perkotaan dan 17,03 persen di perdesaan," kata Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Sumbar Krido Saptono.

Menurut dia fenomena ini disebabkan karena masih dijumpai masyarakat yang lebih memilih merokok ketimbang tidak makan.

"Ini memang karakter yang sulit dihilangkan dan masih melekat di kita terutama pada rumah tangga miskin," katanya.

Ia menyampaikan salah satu tantangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama keluarga miskin adalah mengurangi konsumsi rokok.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper