Bisnis.com, PALEMBANG -- Laju inflasi Sumatra Selatan ditengarai bakal sulit berada dalam rentang target yang ditetapkan pemerintah sebesar 3 persen +- 1 persen untuk tahun 2022.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan (BI Sumsel) Erwin Soeriadimadja, saat acara High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumsel, Senin (10/10/2022).
"Pergerakannya [inflasi] sampai dengan akhir tahun akan berada di atas koridor [target] tersebut," kata Erwin.
Dia mengemukakan pihaknya memproyeksi besaran inflasi Sumsel bisa kembali berada di koridor awal pada Semester II/2023 mendatang.
Diketahui, inflasi tahunan Sumsel telah mencapai level 6,7 persen pada September 2022 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel. Angka itu pun tercatat di atas inflasi nasional pada periode yang sama, yakni sebesar 5,95 persen.
Meski besaran inflasi tahun 2022 bakal lebih tinggi dibandingkan tahun 2021, namun bank sentral memastikan laju tersebut masih terkendali.
Erwin mengatakan pemicu inflasi pada September 2022 adalah kelompok transportasi, lantaran adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Sehingga harga komoditas bensin, tarif kendaraan roda 2 online, dan solar berperan terhadap inflasi Sumsel," katanya.
Selanjutnya, TPID Provinsi Sumatera Selatan akan terus bersinergi dengan TPIP maupun TPID Kabupaten/Kota untuk melakukan pengendalian inflasi berpedoman pada strategi pengendalian inflasi 4K, yakni Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif, serta 7 program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GBNPIP).
"Berbagai upaya yang telah dilakukan, antara lain pelaksanaan pasar murah, operasi pasar beras di 30 lokasi sejak 2 Oktober lalu, optimalisasi Gerakan Sumsel Mandiri Pangan, serta perluasan lahan komoditas hortikultura," katanya
Erwin memaparkan perluasan di sisi hulu itu untuk komoditasm cabai merah dan bawang merah di sentra produksi, antara lain Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir (OKI) secara bertahap sampai dengan bulan November.
Dia menambahkan, selama sisa waktu dua bulan terakhir ini, TPID pun bakal melaksanakan berbagai kegiatan, seperti optimalisasi Kerja sama Antar Daerah (KAD), perluasan implementasi digital farming baik di sisi hulu maupun hilir, serta melanjutkan pelaksanaan pasar murah dan operasi pasar di 17 Kota dan Kabupaten Sumsel lainnya, khususnya ketika terjadi kenaikan harga.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Sumsel Supriono meyakini bahwa kondisi inflasi Sumsel masih terkendali.
"Meskipun pada akhir tahun ada momen Natal dan Tahun Baru, saya pikir tidak akan [berpengaruh] signifikan terhadap inflasi. Berbeda ya dengan momen Ramadan dan Idulfitri," katanya.