Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Riau Dorong Peran BUMD Pangan Atasi Lonjakan Inflasi

BUMD pangan bisa menjadi tulang punggung untuk menjaga pasokan bahan pangan yang memang menjadi pemicu kenaikan angka inflasi.
Ilustrasi./Antara-Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi./Antara-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, PEKANBARU — Bank Indonesia Provinsi Riau mendorong peran badan usaha milik daerah (BUMD) bidang pangan untuk dapat membantu mengamankan suplai bahan pangan strategis, sebagai salah satu upaya menjaga dan mengendalikan angka inflasi daerah itu yang terus meningkat.

Kepala BI Riau Muhamad Nur menjelaskan sebagai bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan memiliki fungsi koordinasi, pihaknya melakukan komunikasi intens dengan lembaga terkait mulai dari pemerintahan hingga stakeholder lainnya.

"Terkait inflasi yang cukup tinggi di Riau, kami sudah menjalankan fungsi koordinasi dengan intens berkomunikasi bersama Asisten II Bidang Perekonomian Setdaprov Riau dan dinas terkait dalam waktu sepekan terakhir itu dua kali pertemuan, salah satu poin utama adalah menjaga ketersediaan bahan pangan strategis seperti cabai merah, bawang merah hingga telur ayam," ujarnya Minggu (31/7/2022).

Menurutnya dari hasil komunikasi itu kedua belah pihak sepakat mendorong peran BUMD pangan yang saat ini dimiliki oleh Pemkot Pekanbaru, yaitu PT Sarana Pangan Madani (SPM). Perusahaan daerah itu diharapkan bisa memberikan kontribusi lebih besar yaitu tidak hanya membantu memenuhi suplai bahan pangan di ibu kota Riau saja tetapi juga kota besar lainnya di wilayah tersebut.

Dia mengakui BUMD pangan bisa menjadi tulang punggung untuk menjaga pasokan bahan pangan yang memang menjadi pemicu kenaikan angka inflasi, karena memang Riau bukan sentra penghasil salah satu bahan pokok itu.

Dari hasil koordinasi juga diketahui BUMD pangan PT SPM telah bergerak, dan bank sentral ikut mendukung upaya pemenuhan suplai melalui onfarm atau kebun mandiri berupa tanaman cabai yang ada di beberapa lokasi di Pekanbaru.

"Jadi memang melalui BUMD pangan ini diharapkan suplai bahan pangan strategis dijaga betul agar tidak mengalami kekurangan stok yang tentu bisa memicu kenaikan harga dan ujungnya naiknya angka inflasi," ujarnya.

Adapun sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat pada Juni 2022, daerah itu mengalami inflasi sebesar 1,86 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,44. Penyumbang utama inflasi bulan lalu di antaranya akibat kenaikan harga sembako atau bahan pangan.

Kepala BPS Riau Misfaruddin mengatakan dengan angka tersebut, inflasi Tahun Kalender Januari - Juni 2022 di Riau menjadi sebesar 5,30 persen dan inflasi Tahun Ke Tahun periode Juni 2021 - Juni 2022 di Riau sebesar 6,46 persen.

"Dari tiga kota IHK di Riau, semua kota mengalami inflasi yaitu, Kota Pekanbaru sebesar 2,00 persen, Dumai sebesar 1,56 persen dan Tembilahan sebesar 0,79 persen," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sembilan indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,28 persen diikuti oleh, kelompok kesehatan sebesar 0,83 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,60 persen.

Selanjutnya kelompok transportasi sebesar 0,50 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,46 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,17 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,10 persen dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09 persen.

"Komoditas yang memberikan andil peningkatan harga pada Juni 2022, antara lain cabai merah, bawang merah, telur ayam ras, cabai rawit, ikan serai, angkutan udara, cabai hijau, dan tarif rumah sakit," ujarnya.

Di sisi lain satu kelompok mengalami deflasi yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen. Adapun komoditas yang memberikan andil penurunan harga, antara lain daging ayam ras, ayam hidup, bawang putih, dll. Sedangkan kelompok pendidikan relatif stabil dibanding bulan sebelumnya.

Dari 24 kota di Sumatera yang menghitung IHK, dua puluh dua kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 2,72 persen, diikuti oleh Pekanbaru sebesar 2,00 persen dan Dumai sebesar 1,56 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Lhokseumawe sebesar 0,45 persen. 

Sementara itu deflasi terjadi di dua kota, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 0,22 persen diikuti Kota Tanjung Pandansebesar 0,03 persen. Berdasarkan urutan inflasi kota-kota di Sumatera, kota-kota di Provinsi Riau berturut-turut, yakni Pekanbaru urutan ke-2, Dumai urutan ke-3 dan Tembilahan urutan ke-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arif Gunawan
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper