Bisnis.com, PALEMBANG – Sumatra Selatan diperkirakan bakal menghadapi awal musim kemarau pada akhir Mei hingga Juni 2022.
Sebagai provinsi yang memiliki hutan dan lahan gambut cukup luas, prakiraan cuaca itu berpotensi untuk menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Sinta Andayani mengatakan berdasarkan perkiraan awal musim kemarau untuk Sumsel berlangsung pada akhir Mei hingga Juni 2022.
“Di Sumsel juga sedang terjadi hawa panas, di mana panas terik atau terasa gerah disebabkan oleh berkurangnya tutupan awan karena menjelang awal musim kemarau ini. Potensi pertumbuhan awan hujan mulai mengalami penurunan,” katanya, Selasa (17/5/2022).
Dia menjelaskan, potensi turun hujan masih tetap ada karena wilayah Indonesia yang merupakan kepulauan dan memiliki perairan yang luas.
“Air sebagai bahan baku hujan menyebabkan proses konvektif selalu ada,” ujarnya.
Baca Juga
Sinta menjelaskan, dalam hal ini faktor dinamika atmosfer yang dapat mempengaruhi terjadinya hujan sekali waktu juga masih aktif. “Hanya saja pasokan uap air yg tersedia tidak sebanyak pada saat musim hujan,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau agar semua pihak dapat mewaspadai adanya potensi kebakaran hutan dan lahan.
Sementara itu, Pemprov Sumatra Selatan sudah menetapkan status siaga darurat sebagai upaya mencegah dan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
Hal itu dilakukan agar tak lagi terjadi kebakaran hutan dan lahan seperti beberapa tahun sebelumnya. Seperti diketahui Gubernur Sumsel telah mengeluarkan Surat Keputusan nomor 292/BPBD-SS/2022 pada 19 April 2022 terkait ini.
“Sejumlah daerah di Sumatra sudah mulai mengalami kebakaran, seperti Lampung dan Riau. Dengan adanya SK ini maka upaya pencegahan karhutla sudah bisa kita lakukan,” kata Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatra, Ferdian Krisnanto.
Ferdian menjelaskan beberapa upaya pencegahan karhutla dilakukan seperti memastikan tinggi muka air di wilayah gambut. Menurutnya, gambut yang mengalami kekurangan air memiliki risiko cepat terbakar. Kondisi ini diantisipasi dengan memastikan curah hujan tetap ada menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
"TMC merupakan salah satu upaya pencegahan kebakaran dan efektif. Dalam 15 hari pelaksanaan, TMC mampu meningkatkan curah hujan hingga 15 persen dibanding dua tahun sebelumnya," ujar dia.
Ferdian mengatakan pihaknya masih terus memantau kondisi di lapangan. Meski belum ada kejadian karhutla yang mengkhawatirkan, upaya pencegahan dini harus mulai dilakukan.
Pihaknya juga terus mengevaluasi untuk mencari cara lain mencegah karhutla di lokasi rawan. Beberapa daerah rawan yang dimaksud adalah Muara Medak di perbatasan Jambi-Musi Banyuasin, Cengal, dan Pangkalan Lampam di Ogan Komering Ilir.