Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan berharap larangan ekspor CPO tidak diterapkan terlalu lama lantaran dapat berpengaruh terhadap perekonomian daerah penghasil kelapa sawit tersebut.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) Ahmad Rizali mengatakan dampak larangan ekspor CPO tersebut terutama dirasakan petani yang menjual tandan buah segar (TBS).
“Petani merasakan harga TBS turun, artinya ekonomi masyarakat yang mengolah kelapa sawit menurun,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/5/2022).
Rizali menilai pemberlakuan larangan ekspor CPO pun hingga memasuki pekan kedua itu belum mampu menurunkan harga minyak goreng di pasaran.
“Harganya masih tinggi, larangan ekspor CPO tidak otomatis berpengaruh terhadap harga minyak goreng,” katanya.
Dia memaparkan saat ini harga minyak goreng di pasaran masih tinggi, yakni berkisar Rp23.000 per liter – Rp24.000 per liter.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, CPO masuk dalam lima besar komoditas yang memberikan andil terhadap ekspor nonmigas provinsi tersebut.
Kepala BPS Sumsel Zulkipli mengatakan bahwa ekspor CPO sepanjang triwulan I/2022 mencapai US$40,94 juta.
“CPO berkontribusi sebesar 2,94% atau menduduki peringkat ke-4 dalam nilai ekspor nonmigas Sumsel,” katanya.
Nilai ekspor CPO tersebut tercatat turun 34,59% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, senilai US$62,6 juta.