Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi Tembus 0,44 Persen April 2022, Perekonomian Sumut Terancam Stagnan

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara Nurul Hasanudin, laju inflasi tingkat nasional melonjak jadi 0,95 persen pada April 2022. Sedangkan laju inflasi Sumatra Utara masih berada di bawahnya.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, MEDAN - Sumatra Utara mengalami inflasi sebesar 0,44 persen pada April 2022. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.

Pada April lalu, lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumatra Utara kompak mengalami inflasi.

Kota Sibolga mengalami inflasi sebesar 0,38 persen, Kota Pematangsiantar sebesar 0,39 persen, Kota Medan sebesar 0,43 persen, Kota Padangsidimpuan sebesar 0,78 persen dan Kota Gunung Sitoli sebesar 0,22 persen.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara Nurul Hasanudin, laju inflasi tingkat nasional melonjak jadi 0,95 persen pada April 2022. Sedangkan laju inflasi Sumatra Utara masih berada di bawahnya.

Walau demikian, Nurul mewanti-wanti pemerintah daerah agar memberi perhatian terhadap catatan ini. Sebab, kenaikan harga tingkat nasional tak pelak juga bakal turut berdampak pada harga di daerah.

"Sebagai mana kita ketahui, di sini inflasi sebesar 0,44 persen. Inflasi ini tentu lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 0,95 persen," kata Nurul, Selasa (10/5/2022).

Pada April 2022, sebagian besar indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga.

Antara lain kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,08 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,25 persen, kemudian kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,56 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,23 persen dan kelompok transportasi sebesar 1,78 persen.

Selanjutnya kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya juga naik sebesar 0,04 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,23 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,90 persen.

Selain itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mengalami deflasi sebesar 0,08 persen.

Sedangkan lima kelompok pengeluaran lainnya tidak memberikan andil apapun, baik inflasi atau deflasi, di Sumatra Utara pada April 2022.

Kelimanya adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, lalu kelompok kesehatan, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok pendidikan.

Di antara komoditas utama penyumbang inflasi selama April 2022 adalah minyak goreng, angkutan udara, bensin, daging ayam ras, upah asisten rumah tangga, anggur, dan pir.

Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain cabai merah, tomat, ikan dencis, sawi hijau, beras, bayam, dan cabai rawit.

Jika dihitung kurun Januari-April 2022, maka tingkat inflasi di Sumatra Utara tercatat sebesar 1,99 persen. Sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy), inflasi pada April 2022 meningkat sebesar 3,63 persen.

Menurut Pengamat ekonomi asal Universitas Islam Sumatera Utara Gunawan Benjamin, inflasi sebesar 0,44 persen pada April 2022 lalu tidak boleh dianggap remeh.

Angka tersebut membuat laju inflasi tahun berjalan Sumatra Utara nyaris mendekati 2 persen. Tepatnya 1,99 persen.

Meski berada di bawah laju nasional, namun inflasi sebesar 0,44 persen yang dialami provinsi tersebut relatif tinggi.

"Padahal inflasi sebesar itu baru dilalui selama empat bulan dan masih menyisakan delapan bulan lagi hingga tutup akhir tahun," kata Gunawan.

Dilihat dari berbagai catatan, Gunawan khawatir inflasi Sumatra Utara pada 2022 ini akan menyentuh 3 - 4 persen. Angka tersebut berada di ambang batas atas target inflasi Bank Indonesia.

"Jadi delapan bulan tersisa nanti akan benar-benar membuat ekonomi Sumatra Utara dalam tekanan, khususnya jika dikaitkan dengan pengendalian inflasi," kata Gunawan.

Berdasar data BPS, perekonomian Sumatra Utara mengalami kontraksi -0,13 persen secara quartal to quartal (qtq) pada Triwulan I 2022. Namun secara year on year (yoy), perekonomian provinsi ini memang tumbuh 3,90 persen.

Namun, menurut Gunawan, perbandingan antara Triwulan I 2022 dengan Triwulan I 2021 tidak relevan. Sebab, pada tahun lalu terdapat berbagai pembatasan kegiatan masyarakat yang sangat berdampak pada roda ekonomi.

"Terlihat sekali bahwa motor penggerak ekonomi didominasi oleh konsumsi selama hari-hari besar. Ekonomi kuartal kedua tahun ini bisa saja tumbuh 7 persen karena ada Ramadan dan Lebaran. Tetapi pertumbuhan tersebut tidak akan mampu dipertahankan di kuartal selanjutnya," kata Gunawan

Gunawan juga mengingatkan kerugian yang bakal dialami jika laju pertumbuhan ekonomi selaras dengan tingkat inflasi. Contohnya, pertumbuhan ekonomi sebesar 3 - 4 persen namun laju inflasi juga di rentang yang sama.

Jika skenario buruk itu benar-benar terjadi, maka perekonomian Sumatra Utara bakal mentok alias stagnan.

"Kalau nantinya pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2022 hanya berkisar 3 - 4 persen, sementara inflasi juga berada di kisaran 3 - 4 persen, maka jelas tidak mendapatkan apa-apa. Buat apa ekonomi tumbuh tapi inflasi juga tinggi. Pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara bakal sia-sia," kata Gunawan.

Pada Maret 2022 lalu, inflasi di Sumatra Utara mencapai 0,71 persen (mtm) atau 3,26 persen (yoy). Gelombang inflasi ini didorong oleh kenaikan harga tanaman hortikultura seperti cabai merah.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Doddy Zulverdi sempat memperkirakan inflasi Sumatra Utara pada April 2022 akan lebih rendah dibanding inflasi Maret 2022 lalu. Khususnya pada komponen volatile food atau komoditas hortikultura dan perikanan.

Kondisi itu dipengaruhi dengan melimpahnya pasokan pada musim panen yang juga didukung dengan faktor cuaca.

Namun, prediksi Bank Indonesia sedikit meleset. Tingkat inflasi pada April 2022 justru lebih tinggi dibanding Maret 2022.

Sebab jika dihitung kurun Januari-April 2022, maka tingkat inflasi di Sumatra Utara tercatat sebesar 1,99 persen. Sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy), inflasi pada April 2022 meningkat sebesar 3,63 persen.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga memprediksi inflasi keseluruhan Sumatra Utara pada 2022 ini akan lebih tinggi dibanding 2021. Namun, angkanya diperkirakan tetap dalam rentang sasaran nasional 3%±1 persen.

"Berbagai potensi sumber tekanan inflasi, baik dari internal maupun eksternal, perlu menjadi perhatian untuk menjaga pengendalian inflasi tahun 2022," kata Doddy beberapa waktu lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper