Bisnis.com, MEDAN - Perekonomian Sumatra Utara tumbuh 3,90 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada Triwulan I 2022.
Sedangkan dibanding Triwulan IV 2021, perekonomian Sumatra Utara pada Triwulan I 2022 tercatat kontraksi - 0,13 persen (qtq).
Secara spasial, struktur perekonomian Pulau Sumatra didominasi oleh Riau sebesar 24,56 persen pada Triwulan I 2022. Lalu disusul Sumatera Utara sebesar 22,92 persen dan Sumatra Selatan sebesar 13,05 persen.
Berdasar catatan Badan Pusat Statistik (BPS), perbaikan perekonomian mulai terjadi di semua provinsi setelah sekitar dua tahun dilanda pandemi Covid-19. Level pertumbuhannya bervariasi.
Secara tahunan atau year on year (yoy), pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara menempati posisi keempat dari 10 provinsi di Pulau Sumatra. Seperti dituliskan di atas, pertumbuhannya sebesar 3,90 persen pada Triwulan I 2022.
Sedangkan pertumbuhan tertinggi pada Triwulan I tahun ini dialami Sumatra Selatan sebesar 5,15 persen. Lalu disusul Riau sebesar 4,72 persen dan Jambi sebesar 4,64 persen.
Meski demikian, menurut Kepala BPS Sumatra Utara Nurul Hasanudin, pertumbuhan Sumatra Utara masih tercatat di atas sejumlah provinsi lainnya di Pulau Sumatra.
Antara lain di atas Sumatra Barat yang sebesar 3,64 persen, kemudian Kepulauan Bangka Belitung sebesar 3,26 persen, lalu Aceh yang sebesar 3,24 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Sumatra Utara juga masih di atas Bengkulu yang sebesar 3,03 persen pada Triwulan I 2022. Lalu juga di atas Lampung yang sebesar 2,96 persen dan Kepulauan Riau yang sebesar 2,83 persen.
"Pada Triwulan I 2022 ini, pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara lebih tinggi dari Aceh, Lampung dan Sumatra Barat. Tapi masih lebih tinggi Riau dan Sumatra Selatan," kata Nurul, Selasa (10/5/2022).
Berdasar data BPS Sumatra Utara, besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Triwulan I 2022 atas dasar harga berlaku di Sumatra Utara mencapai Rp225,42 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp138,88 triliun.
"Ini artinya ekonomi Sumatra Utara di Triwulan I 2022 ini mengalami kontraksi secara q to q. Yakni 0,13 persen. Sementara itu, secara year on year tumbuh 3,90 persen," kata Nurul.
Menurut Nurul, perekonomian Sumatra Utara mulai menunjukkan pertumbuhan positif. Akan tetapi, lajunya belum menyentuh pertumbuhan di masa pra pandemi.
"Pertumbuhan ekonomi 3,90 persen (yoy) tentunya hal positif, cukup signifikan untuk menunjukkan pemulihan ekonomi sudah terjadi di Sumatra Utara. Namun tentunya masih belum sepenuhnya kembali dalam kondisi sebagaimana sebelum pandemi. Masih ada beberapa catatan yang menjadi perhatian," kata Nurul.
Dibanding Triwulan IV 2021 (qtq), pertumbuhan tertinggi pada sisi produksi dialami Lapangan Usaha Jasa Keuangan, yaitu sebesar 6,57 persen pada Triwulan I 2022. Sedangkan dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang/Jasa menjadi yang paling tumbuh, yakni mencapai 2,30 persen.
Lapangan usaha yang memiliki peran penting terhadap perekonomian Sumatra Utara adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Pertumbuhannya mencapai 1,73 persen. Disusul sektor Perdagangan Besar/Eceran, dan Reparasi Mobil/Sepeda Motor yang tumbuh sebesar 0,55 persen.
Sedangkan sektor Industri Pengolahan justru mengalami kontraksi sebesar -0,50 persen. Begitu juga dengan sektor Konstruksi yang terkontraksi sebesar -3,69 persen.
Dibanding Triwulan I 2021 (yoy) lalu, sisi produksi yang tumbuh tertinggi adalah Lapangan Usaha Jasa Kesehatan. Pertumbuhannya mencapai 7,78 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Ekspor Barang/Jasa, yaitu sebesar 14,64 persen.
Lapangan usaha penting masih dipegang oleh Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh sebesar 5,00 persen, lalu Industri Pengolahan sebesar 0,68 persen.
Kemudian Perdagangan Besar/Eceran dan Reparasi Mobil/Sepeda Motor sebesar 5,61 persen serta Konstruksi sebesar 2,50 persen.
Berdasar lapangan usaha atas dasar harga berlaku, struktur PDRB Sumatra Utara pada Triwulan I 2022 tidak menunjukkan perubahan berarti.
Perekonomian Sumatra Utara masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 22,90 persen.
Diikuti oleh Industri Pengolahan sebesar 19,59 persen, lalu Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 18,75 persen dan Konstruksi sebesar 13,15 persen.
Peranan keempat lapangan usaha tersebut menyumbang peran 74,39 persen pada perekonomian Sumatra Utara.
Dibanding tahun lalu, lapangan usaha pada Triwulan I 2022 yang berhasil tumbuh usai terdampak pandemi Covid-19 antara lain Informasi dan Komunikasi, yaitu tumbuh sebesar 7,38 persen.
Kemudian Penyediaan Akomodasi/Makan Minum yang tumbuh sebesar 4,06 persen dan Transportasi/Pergudangan yang tumbuh sebesar 5,86 persen.
Berdasar data BPS di atas, perekonomian Sumatra Utara tercatat kontraksi 0,13 persen pada Triwulan I 2022 dibanding Triwulan IV 2021 lalu.
Hal ini tak lain disebabkan karena hampir seluruh komponen PDRB pengeluaran mengalami kontraksi. Antara lain Komponen PK-P yang terkontraksi sebesar -19,02 persen, lalu Komponen PMTB sebesar -1,02 persen dan Komponen PK-RT sebesar -0,07 persen.
Sedangkan Komponen Ekspor Barang dan Jasa tumbuh justru sebesar 2,30 persen. Diikuti komponen PK-LNPRT yang juga tumbuh sebesar 0,57 persen.
Sebaliknya, Komponen Impor Barang Jasa mengalami kontraksi sebesar -1,06 persen.
Berdasar pengeluaran atas dasar harga berlaku, struktur PDRB Sumatra Utara pada Triwulan I 2022 juga tidak menunjukkan perubahan berarti.
Perekonomian Sumatra Utara masih didominasi oleh Komponen PK-RT sebesar 50,60 persen, lalu Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 41,42 persen, kemudian Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 30,92 persen.
Selanjutnya Komponen PK-P sebesar 5,60 persen, Komponen Perubahan Inventori sebesar 1,86 persen dan Komponen PK-LNPRT sebesar 0,84 persen.
Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB memiliki peran sebesar 31,25 persen.
Terpisah, Pemprov Sumatra Utara menempuh berbagai upaya demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Menurut Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Pemprov Sumatra Utara Naslindo Sirait, inovasi menjadi satu di antara kunci dalam strategi pemulihan. Pemprov Sumatra Utara juga akan memaksimalkan potensi daerah dengan menempuh pendekatan sektor.
Selama ini, sektor pertanian memberi kontribusi terbesar terhadap perekonomian provinsi. Untuk itu, mereka berniat melakukan ekspansi.
Pada 2021 lalu, pertumbuhan sektor pertanian Sumatra Utara tercatat 3,87 persen atau hanya berjumlah 67 persen dari pertumbuhan rata-rata.
Pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten dan kota akan mendorong sektor riil melalui stimulus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Seperti pemberian bibit hibrida, sarana produksi pertanian dan membenahi jaringan infrastruktur di daerah. Harapannya tak lain demi mendongkrak produktivitas produk pertanian, perkebunan dan pangan yang berdaya saing tinggi.
Pendekatan kedua adalah penciptaan nilai tambah dan pengembangan pasar. Menurut Naslindo, Pemprov Sumatra Utara terus mendorong transformasi struktur ekonomi dengan pendekatan hilirisasi.
Naslindo mencontohkan soal larangan CPO dan minyak goreng oleh pemerintah pusat belakangan ini. Menurutnya, kebijakan itu sepatutnya disikapi secara bijaksana. Kalangan industri kelapa sawit di Sumatra Utara diharap mampu membangun industry downstream.
Selama ini, menurut Naslindo, pelaku industri kelapa sawit kerap puas diri dengan industry upstream, yakni sebatas menghasilkan komoditas CPO. Padahal, produk turunan CPO akan memberi nilai tambah yang jauh lebih tinggi.
Seperti diketahui, sebanyak 43 persen dari perekonomian Sumatra Utara disumbang oleh sektor perkebunan kelapa sawit. Jika hilirisasi produk turunan CPO diterapkan, maka Naslindo yakin pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara bakal signifikan.
Di sisi lain, Naslindo pun berharap industri manufaktur bisa unggul dalam struktur perekonomian provinsi kurun lima tahun mendatang. Saat ini, sektor manufaktur masih menyumbang 19 persen terhadap struktur perekonomian Sumatra Utara.
"Momentum inilah yang harusnya kita manfaatkan. Jadi tidak lagi ekspor CPO ke luar negeri, tapi sudah ekspor produk turunannya yang begitu besar dan sangat bernilai tinggi, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan luar negeri," kata Naslindo.
Upaya ketiga adalah pendekatan pelaku usaha. Di Sumatra Utara, pelaku ekonomi terbesar adalah Usaha Kecil Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Persentasenya mencapai 98 persen.
Oleh karena itu, kata Naslindo, sudah seharusnya pelaku UMKM memeroleh berbagai intervensi kebijakan dari pemerintah. Seperti mendorong kemitraan, menciptakan kemudahan usaha, memberi bantuan stimulus serta membangun ekosistem yang produktif.
Saat ini, Pemprov Sumatra Utara sudah memberi berbagai program pembiayaan yang murah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penjaminan kredit.
Selain itu, Pemprov Sumatra Utara juga mendorong pelaku UMKM untuk merambah dunia pemasaran digital. Sehingga cakupan produksi maupun pemasarannya mampu lebih luas.
"Ketiga strategi ini apabila kita padukan, di samping dengan program pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang sedang diinisiasi gubernur, kami optimis ekonomi bisa tumbuh pada rentang 3,7 - 4 persen pada 2022," kata Naslindo.
Pada 2021, laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara mentok di angka 2,61 persen (yoy). Meski tak sesuai harapan, angkanya meningkat dibanding catatan 2020 yang sempat terkontraksi dalam, yakni -1,07 persen (yoy).
Pada tahun ini, ekonomi Sumatra Utara diperkirakan berada di rentang 3,7 persen hingga 4,5 persen (yoy), laju yang sesungguhnya masih di bawah angka pertumbuhan pra pandemi.
Bank Indonesia memperkirakan pemulihan ekonomi Sumatra Utara akan terus berlangsung pada tahun ini meskipun secara gradual.
Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yakni di kisaran 3,7 - 4,5 persen.
"Didorong oleh terus meluasnya vaksinasi yang dapat mendorong mobilitas dan konsumsi masyarakat, serta tetap tingginya harga komoditas utama yang dapat menjaga kinerja ekspor Sumatra Utara," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Doddy Zulverdi beberapa waktu lalu.