Bisnis.com, BINJAI - Masih jelas terkenang dalam ingatan Ritami impian Muhammad Raga Prayuga, anak lelakinya yang kini merantau ke Ukraina.
Raga bermimpi dapat membahagiakan sang ibu serta membantu biaya sekolah adiknya. Sejak beberapa tahun lalu, Raga menjadi tulang punggung keluarga setelah orang tuanya bercerai.
Raga merupakan satu di antara sembilan Warga Negara Indonesia (WNI) asal Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, yang kini terjebak perang Ukraina-Rusia.
Dengan air mata bercucuran, Ritami memohon kepada pemerintah agar lekas mengevakuasi dan memulangkan anaknya tersebut ke Tanah Air.
"Dia anak baik, jangan sampai terjadi apa-apa sama dia. Saya tidak punya harta apa-apa kecuali dia," kata Ritami usai mengikuti telekonferensi yang digelar Kedutaan Besar Indonesia di Ukraina, Senin (7/3/2022).
Sejak beberapa tahun lalu, Muhammad Raga Prayuga mengadu nasib sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kota Chernihiv, Ukraina.
Namun mimpi Raga untuk membahagiakan keluarganya sempat diwarnai ketakutan. Seperti diketahui, Rusia telah membombardir Ukraina sejak 12 hari lalu.
Di tengah kecamuk perang, Raga dan delapan WNI asal Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, lainnya hingga kini masih terjebak di Chernihiv. Pemerintah belum berhasil mengevakuasi dan memulangkan mereka ke Tanah Air.
Hal inilah yang membuat Ritami cemas sekaligus dihantui rasa takut karena anaknya dalam bahaya.
"Dia tulang punggung keluarga. Dia berharap kalau pulang ke rumah dengan selamat mau peluk saya," ujar Ritami bercucuran air mata.
Ritami sudah berkomunikasi dengan Raga via telepon saat perang pecah antara Ukraina dan Rusia. Ritami pun sempat meminta Raga agar tidak mengunggah video mereka ke media sosial. Permintaan itu disampaikan Ritami karena khawatir keluarganya menjadi bahan olok-olokan.
Namun, permintaan sang ibu ditolak. Raga tetap mengunggahnya ke media sosial dengan harapan Pemerintah Indonesia mengetahui kondisi mereka sehingga cepat melakukan evakuasi.
"Di situlah hancur perasaan saya. Berarti kondisinya lagi bahaya di sana," kata Ritami sambil menenteng foto anaknya tersebut.
Walau sudah memeroleh informasi bahwa anaknya bakal dievakuasi, namun Ritami tetap cemas. Apalagi dari video yang dikirim Raga tergambar jelas suasana mencekam saat perang antara Ukraina dan Rusia berkecamuk.
"Disuruh jangan cemas, tapi saya lihat langsung, 'lari..lari'. Sebelahnya bom. Bagaimana saya bisa tenang," katanya sembari menangis histeris.
Selama ini, Raga bekerja di pabrik plastik di Kota Chernihiv, 143 kilometer dari ibu kota Ukraina, Kiev. Pabrik plastik itu milik pengusaha asal Jordania. Kontrak kerja Raga sebenarnya akan berakhir pada September 2022 mendatang.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Prof Yuddy Chrisnandi mengatakan, pemerintah masih tetap berupaya mengevakuasi sembilan WNI asal Sumatra Utara yang kini terjebak di Kota Chernihiv, Ukraina.
Chernihiv, kata Yuddi, merupakan kota yang terletak di antara Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan Belarusia. Kedutaan Besar Indonesia untuk Rusia saat ini juga tengah mengupayakan jalur evakuasi.
Namun, lanjut Yuddi, diperlukan waktu untuk melewati jalur evakuasi ke Kiev. Apalagi Pemerintah Ukraina belum mengizinkannya karena masih darurat militer dan pemberlakuan jam malam.
"Pemerintah Indonesia segera menjemput mereka. Semua kami hubungi agar secepat mungkin menjemput mereka supaya bisa keluar. Saya yakin mereka pulang dengan selamat," ujar Yuddi melalui telekonferensi.
Seperti diberitakan sebelumnya, terdapat sembilan WNI asal Kota Binjai dan Kabupaten Langkat yang kini terjebak di Ukraina. Mereka adalah Iskandar, Muhammad Raga Prayuda, Muhamad Aris Wahyudi, Syahfitra Sandiyoga, Agus Alfirian, Rian Jaya Kusuma, Dedi Irawan, Zulham Ramadhan, dan Amri Abas.
Perang Ukraina-Rusia telah memasuki hari ke-12 sejak meletus pada Kamis (24/2/2022) lalu. Sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah memulangkan 80 WNI. Selain itu juga terdapat empat WNI yang telah dievakuasi dari Kharkiv, Ukraina. Sedangkan 14 WNI lainnya masih tertahan di Bucharest, Romania.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, pemerintah kini fokus mengevakuasi sembilan WNI yang berada di Chernihiv, Ukraina. Menurut Retno, evakuasi belum dapat dilakukan karena kondisi tak memungkinan.
"Tetapi kami terus melakukan melakukan komunikasi dengan WNI yang ada di sana. Fokus kami sekarang, yang tantangannya lebih berat, adalah bagaimana mengeluarkan dan mengevakuasi WNI kita di Chernihiv," kata Retno.