Bisnis.com, BINJAI - Sejak beberapa tahun lalu, Muhammad Raga Prayuga mengadu nasib sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kota Chernihiv, Ukraina.
Langkah itu ditempuh lelaki berumur 21 tahun ini demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebab, Raga telah menjadi tulang punggung keluarga akibat orang tuanya bercerai.
Selain membantu sang ibu, Raga juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolah adiknya yang masih duduk di bangku SMA.
Namun mimpi Raga untuk membahagiakan keluarganya sempat diwarnai ketakutan. Seperti diketahui, Rusia telah membombardir Ukraina sejak 12 hari lalu.
Di tengah kecamuk perang, Raga dan delapan Warga Negara Indonesia (WNI) asal Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, lainnya hingga kini masih terjebak di Chernihiv. Pemerintah belum berhasil mengevakuasi dan memulangkan mereka ke Tanah Air.
Hal inilah yang membuat Ritami, ibu kandung Raga, cemas sekaligus dihantui rasa takut karena anaknya dalam bahaya.
"Dia tulang punggung keluarga. Dia berharap kalau pulang ke rumah dengan selamat mau peluk saya," ujar Ritami bercucuran air mata usai mengikuti telekonferensi yang digelar Kedutaan Besar Indonesia di Ukraina, Senin (7/3/2022).
Ritami berharap pemerintah segera memulangkan anaknya ke Indonesia. Apalagi belum diketahui sampai kapan perang kedua negara itu berlangsung.
Dia sudah berkomunikasi dengan Raga via telepon saat perang pecah antara Ukraina dan Rusia. Ritami pun sempat meminta Raga agar tidak mengunggah video mereka ke media sosial. Permintaan itu disampaikan Ritami karena khawatir keluarganya menjadi bahan olok-olokan.
Namun, permintaan Ritami itu ditolak. Raga tetap mengunggahnya ke media sosial dengan harapan Pemerintah Indonesia mengetahui kondisi mereka sehingga cepat melakukan evakuasi.
"Di situlah hancur perasaan saya. Berarti kondisinya lagi bahaya di sana," kata Ritami sambil menenteng foto anaknya tersebut.
Walau sudah memeroleh informasi bahwa anaknya bakal dievakuasi, namun Ritami tetap cemas. Apalagi dari video yang dikirim Raga tergambar jelas suasana mencekam saat perang antara Ukraina dan Rusia berkecamuk.
"Disuruh jangan cemas, tapi saya lihat langsung, 'lari..lari'. Sebelahnya bom. Bagaimana saya bisa tenang," katanya sembari menangis histeris.
Selama ini, Raga bekerja di pabrik plastik di Kota Chernihiv, 143 kilometer dari ibu kota Ukraina, Kiev. Pabrik plastik itu milik pengusaha asal Jordania. Kontrak kerja Raga sebenarnya akan berakhir pada September 2022 mendatang.
Pihak keluarga WNI asal Kota Binjai lainnya, Ayi Rodiah, juga mengutarakan permohonan serupa. Ayi merupakan istri dari Iskandar, satu di antara sembilan WNI tersebut.
Sejak beberapa tahun lalu, Iskandar dan anak lelakinya merantau ke Chernihiv, Ukraina. Sama seperti Raga, mereka juga bekerja di pabrik plastik.
"Setiap malam, di sana terjadi ledakan. Kami keluarga di sini takut. Kami berharap pemerintah evakuasi orang-orang yang masih di dalam bungker, termasuk suami dan anak saya," ujar Ayi.
Sembilan warga asal Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, hingga kini masih tertahan di Ukraina meski invasi Rusia terus berlangsung.
Mereka adalah Iskandar, Muhammad Raga Prayuda, Muhamad Aris Wahyudi, Syahfitra Sandiyoga, Agus Alfirian, Rian Jaya Kusuma, Dedi Irawan, Zulham Ramadhan, dan Amri Abas.
Perang Ukraina-Rusia telah memasuki hari ke-12 sejak meletus pada Kamis (24/2/2022) lalu. Sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah memulangkan 80 WNI. Selain itu juga terdapat empat WNI yang telah dievakuasi dari Kharkiv, Ukraina. Sedangkan 14 WNI lainnya masih tertahan di Bucharest, Romania.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, pemerintah kini fokus mengevakuasi sembilan WNI yang berada di Chernihiv, Ukraina. Menurut Retno, evakuasi belum dapat dilakukan karena kondisi tak memungkinan.
"Tetapi kami terus melakukan melakukan komunikasi dengan WNI yang ada di sana. Fokus kami sekarang, yang tantangannya lebih berat, adalah bagaimana mengeluarkan dan mengevakuasi WNI kita di Chernihiv," kata Retno.