Bisnis.com, PANDAI SIKEK - Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Barat bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menjadikan Nagari/Desa Pandai Sikek, yang berada di pinggang Gunung Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, sebagai Nagari Taxus.
Taxus merupakan salah satu spesies tumbuhan obat atau dikenal dengan Taxus Sumatrana. Tanaman ini terbilang langka, karena tidak semua daerah di Indonesia mempunyai jenis tanaman obat tersebut.
Di Indonesia Taxus hanya tumbuh di 4 provinsi dan itu hanya di Pulau Sumatra. Seperti di Jambi, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Kini di Sumbar, melalui Dinas Kehutanan bersama BKSDA, memulai upaya konservasi terhadap tanaman Taxus. Di Nagari Pandai Sikek atau Nagari Taxus yang telah dicanangkan oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi pada Selasa (30/11) itu, telah ditanam 1.000 bibit tanaman Taxus.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumbar Yozawardi mengatakan kawasan tempat konservasi tanaman Taxus itu berada di Gunung Singgalang dengan ketinggian 1.550 mdpl, atau berada di kawasan taman wisata alam Singgalang.
"Upaya konservasi kita lakukan ini, tidak hanya sekedar upaya untuk mengembangkan tanaman obat langka Taxus. Tapi juga berupaya untuk mengajak masyarakat untuk menjaga dan melindungi hutan," katanya, Rabu (1/12/2021).
Selain itu, Taxus juga bisa diolah atau dijadikan sebuah minum obat dengan cara di ekstrak dari daun Taxus. Airnya terlihat seperti teh, namun mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan.
Namun terkait hasil esktraknya itu, diakuinya, belum bisa memproduksi jumlah yang banyak. Mengingat saat ini tengah diupayakan untuk bekerja sama dengan farmasi, sehingga jelas pemasarannya.
"Dikarenakan Taxus adalah tanaman obat, kita coba untuk menawarkannya ke farmasi. Jika ada kabar baik, maka penanaman Taxus kedepannya akan diperluas menjadi 10.000 bibit Taxus," jelasnya.
Yozawardi menegaskan untuk tanaman Taxus dipastikan hanya dikembangkan di Pandai Sikek saja, artinya Pemprov Sumbar menginginkan agar Taxus sentranya itu hanya ada di Gunung Singgalang.
Dengan demikian, tanaman Taxus Sumatrana ini bisa meningkatkan nilai tambah dan produktivitas produk pertanian dan kehutanan bagi masyarakat setempat. Karena upaya ini juga bagian dari program Perhutanan Sosial.
“Seperti yang kita ketahui, Taxus ini memiliki nilai tambah yang banyak terutama di bidang farmakologi dan ekonomi. Maka dengan terjaganya kelestarian taxus di Singgalang merupakan aset negara ini kedepannya," ucapnya.
Harapan ke depan, sinergitas yang ada hingga saat ini antara Dinas Kehutanan Sumbar, BKSDA Sumbar, BPDASHL Agam Kuantan, BP2TSTH Kuok, pemerintah daerah dan pemangku adat yang ada di Nagari Pandai Sikek tetap terlaksana.
Dengan demikian, Taxus Sumatrana, salah satu kekayaan plasma nutfah di negara mega biodiversitas terbesar kedua di dunia ini tetap terjaga.
"Kita juga menginginkan agar Taxus ini juga bisa ditanam di masing-masing rumah warga. Sehingga manfaat dari Taxus ini bisa dinikmati oleh masyarakat, serta juga bisa menambah nilai ekonomi," harapnya.
Adanya upaya dari Dinas Kehutanan ini, diapresiasi oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi, karena telah turut menambah nilai ekonomi bagi masyarakat, serta menyelamatkan Taxus dari ancaman kepunahan.
"Hal-hal semacam ini perlu kita dukung. Karena tanaman Taxus tidak semua daerah ada di Indonesia, cuma di Pulau Sumatera dan salah satunya di Sumbar," tegasnya.
Dia menyebutkan berdasarkan uji yang dilakukan peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK) sudah memastikan jenis tanaman itu memiliki kandungan zat aktif anti kanker.
"Kabar gembira bagi kita semua, bahwa salah satu populasi Taxus Sumatrana terletak di Gunung Singgalang yang memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan dalam industri farmasi, memiliki kandungan zat aktif anti kanker," ujar gubernur.
Namun pada sisi lain, Taxus memiliki sifat pertumbuhan yang lambat dan regenerasi yang relatif sulit, ditambah lagi daerah penyebaran yang terbatas, menyebabkan populasi spesies Taxus sumatrana sangat kecil dan mengarah pada kelangkaan.
"Oleh karena itu, perlu upaya kita bersama untuk melakukan konservasi dan pengembangan terhadap jenis tanaman Taxus ini," ungkapnya.
Di satu sisi, Mahyeldi berharap mudah-mudahan dengan melakukan inisiatif acara pencanangan tersebut, akan menggaungkan Sumbar dan mendorong masyarakat di Nagari Pandai Sikek dan umumnya masyarakat dapat di kaki Gunung Singgalang, bisa mengembangkan tanaman Taxus secara mandiri, yang akhirnya menambah populasi Taxus Sumatrana terhindar dari kepunahan.
"Dengan menanam pohon berarti kita telah menanam doa dan harapan untuk masa akan datang. Menanam merupakan bentuk kesadaran dan kepedulian kita terhadap pemulihan pemulihan sumber daya hutan dan lahan, di samping menanam pohon juga memberikan manfaat langsung terhadap kesejahteraan masyarakat," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok, Priyo Kusumedi, menyebutkan, dari hasil eksplorasi Taxus yang dilakukan Tim Peneliti BP2TSTH Kuok bekerja sama dengan BKSDA Sumbar dan masyarakat Pandai Sikek telah memperkaya informasi dan temuan baru terkait potensi dan penyebaran Taxus di Pulau Sumatera, khususnya di Sumbar.
"Pencanangan ini merupakan salah satu bentuk kiprahnya terkait pelestarian Taxus sumatrana yang lebih dikenal dengan cemara sumatra ini," terang Priyo Kusumedi.
Selain itu, Litbang Kuok juga membimbing Kelompok Tani Hutan (KTH) Taxus Singgalang dalam pembuatan proposal kemitraan kepada perusahaan BUMN. Upaya tersebut dilakukan untuk merealisasikan Pandai Sikek sebagai icon taxus melalui skema pemberdayaan masyarakat, guna mengembangkan wisata ilmiah tanaman langka Taxus Sumatrana sebagai bahan bio herbal dari aspek hulu hingga ke hilir.
"Semoga dengan penanaman pohon Taxus ini bisa memperoleh manfaatnya, terutama bagi masyarakat sekitar hutan sekaligus menjaga kelestariannya, perlu dilakukan domestikasi dan pengembangan jenis ini menjadi produk herbal," ujarnya.
Kepala Balai KSDA Sumbar Ardi Andono menambahkan dengan telah dicanangkannya Nagari Pandai Sikek sebagai Nagari Taxus, berawal dari keberhasilan Kelompok Tani Hutan (KTH) Taxus Singgalang, karena berhasil mengembangbiakkan tanaman Taxus.
KTH Taxus Singgalang merupakan salah satu kelompok desa binaan BKSDA Sumbar yang berhasil mengembang biakkan tanaman Taxus diluar habitatnya di TWA Singgalang Tandikat.
"Tanaman Taxus dengan nama latin Taxus Sumatrana ini masuk dalam daftar tanaman yang dilindungi dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/Menlhk/Setjen/ Kum.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/ 6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi," jelasnya.
Tidak hanya dilindungi, Taxus ini sangat terkenal di dunia pengobatan. Ekstrak tanaman Taxus ini yaitu paclitaxel telah lama dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker khususnya kanker ovarium dan kanker payudara dan juga telah diuji coba untuk pengobatan beberapa jenis kanker lainnya.
Mengetahui begitu banyaknya manfaat Taxus ini, maka KTH Taxus Singgalang mencoba mengembangkan jenis tanaman ini di luar tempat tumbuh liarnya di alam. (k56).