Bisnis.com, MEDAN - Sebagai pemain tunggal dalam negeri, PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) memandang 2022 sebagai prospek cerah untuk bisnisnya.
MARK merupakan produsen cetakan sarung tangan kesehatan berbahan dasar porselen di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, MARK mematok target penjualan hingga Rp1,6 triliun dengan laba sekitar Rp500 miliar pada tahun depan.
Optimisme perseroan meningkat seiring situasi perekonomian global yang mulai pulih. Di samping itu, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang meningkat pada masa pandemi Covid-19 membuka peluang tersendiri. Antara lain turut mendongkrak konsumsi terhadap produk-produk sarung tangan.
Sehingga, menurut Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk Ridwan Goh, bisnis ini masih begitu menjanjikan pada 2022 mendatang.
"Potensi bisinis tahun 2022 akan cukup cerah dengan mulai pulihnya ekonomi regional maupun global. Terus ada peningkatan kebutuhan akan produk-produk kesehatan seiring dengan meningkatnya kesadaran kesehatan akibat pandemi ini," kata Ridwan, Minggu (7/11/2021).
Prediksi Ridwan bukan tanpa dasar. Pada tahun ini saja, kinerja perseroan telah mencatat capaian yang memuaskan. Kapasitas produksi terus mengalami tren positif.
Pada Kuartal I 2021, MARK mampu memproduksi 1,1-1,2 juta pieces cetakan sarung tangan kesehatan per bulan. Jumlah itu meningkat jadi 1,2-1,4 juta pieces per bulan pada Kuartal II. Dan pada Kuartal III, produksi mencapai 1,4 - 1,7 juta pieces per bulan.
Cetakan sarung tangan kesehatan buatan Indonesia ini diekspor ke sejumlah negara tujuan. Seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan China. Hasilnya, perseroan menorehkan laba bersih senilai Rp.276,2 miliar pada Kuartal III 2021.
Laba bersih tersebut meningkat sebesar 207 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu senilai Rp89,97 miliar. Manajemen pun optimis memenuhi target penjualan konsolidasi sekitar Rp1,1 triliun dengan laba bersih sekitar Rp400 milar pada akhir 2021.
Kinerja fantastis tahun 2022 mampu dicapai berkat perjuangan keras. Peningkatan permintaan dari konsumen tidak cuma menjadi peluang. Namun juga memberi tantangan tersendiri.
Perseroan mesti berakselerasi sekaligus berinovasi demi memenuhi dan melayani kebutuhan pelanggan. Memastikan penambahan kuantitas produksi tanpa menurunkan kualitasnya. Strategi ini terbukti berhasil. Kinerja perseroan juga terdongkrak berkat pabrik ketiga yang telah rampung dan beroperasi sejak Mei 2021.
"Selain itu, MARK terus melakukan inovasi di bidang proses produksi untuk meningkatkan kualitas produk sesuai dengan permintaan pelanggan," kata Ridwan.
Tahun depan, MARK berencana melebarkan pangsa pasar ekspor ke sejumlah negara lain. Yakni India dan beberapa negara di Afrika serta Amerika. Mereka yakin mampu memenuhi kapasitas produksi hingga 2 juta pieces per bulan dengan harapan meraup laba bersih senilai Rp500 miliar.
Demi menjaga peluang dan mewujudkan harapan itu, MARK tetap menggunakan formula yang tak jauh berbeda. Selain fokus memenuhi kapasitas permintaan yang terus meningkat, mereka juga akan memastikan kualitas produksi tetap terjaga dan berkembang.
"Strategi MARK untuk menjaga peluang dan konsistensi di tahun 2022 yaitu dengan fokus kepada pemenuhan permintaan pelanggan yang semakin meningkat dengan tetap menjaga kualitas produk yang terbaik," kata Ridwan.
PT Mark Dynamics Indonesia Tbk atau MARK merupakan emiten yang memproduksi cetakan sarung tangan berbahan porselen untuk keperluan medis, rumah tangga dan industri manufaktur.
Perseroan ini berdomisili di Kawasan Industri Medan Star, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. MARK merupakan satu-satunya produsen cetakan sarung tangan berorientasi ekspor dari dalam negeri.
Oleh sebab itu, manajemen MARK berharap agar pemerintah memastikan perekonomian Indonesia stabil. Sehingga sederet potensi di depan mata nantinya dapat digapai.
"Serta terus meningkatkan peran pemerintah pada kemudahan-kemudahan investasi agar iklim investasi semakin kondusif," kata Ridwan.
Pengamat ekonomi asal Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Gunawan Benjamin mengatakan, industri cetakan sarung tangan maupun sarung tangan masih memiliki kans bisnis besar pada 2022 mendatang.
Tak dipungkiri, golongan industri di atas termasuk yang memeroleh benefit tersendiri pada masa pandemi Covid-19. Hal itu seiring kebutuhan global yang meningkat terhadap kesadaran kesehatan.
Akan tetapi, menurut Gunawan, industri cetakan sarung tangan tetap bakal stabil meskipun, seandainya, pandemi bakal melandai ataupun berakhir pada tahun depan.
"Kondisi ekonomi yang pulih bukan berarti akan menjadi bencana bagi perusahaan tersebut. Jadi kembali lagi ke perusahaannya. Kita perlu melihat seberapa siap perusahaan dalam melakukan penjualan atau melakukan diversifikasi produk," kata Gunawan.
Menurut Gunawan, sektor perekonomian sangat bergantung pada kebijakan pemerintah menangani pandemi. Jika kondisi membaik, tentu berbagai sektor yang sempat mati suri akan kembali bangkit.
Seperti bisnis pariwisata serta perhotelan dan restoran. Sektor ini diprediksi bakal melejit hingga double digit. Apalagi jika kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM berakhir pada tahun depan.
Sebaliknya, membaiknya kondisi era pandemi justru akan berpengaruh terhadap sektor bisnis telekomunikasi dan jasa kesehatan. Namun begitu, khusus industri cetakan sarung tangan diprediksi tidak akan terdampak begitu signifikan.
"Tetapi saya yakin bisnis cetakan sarung tangan ini masih tetap eksis. Karena sekalipun kinerja penjualan bisa saja turun karena Covid-19 mulai pergi, namun bukan berarti perusahaan mengalami masalah serius," katanya.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara Soekowardojo, provinsi ini memang tempat yang tepat bagi industri manufaktur. Industri ini merupakan satu di antara penyumbang pertumbuhan ekonomi daerah.
Di Sumatra Utara, terdapat sejumlah fasilitas pendukung yang mumpuni bagi bisnis ini. Sebut saja Kawasan Industri Medan, Kawasan Industri Kuala Tanjung serta Kawasan Ekonomi Khusus Sei Semangkei.
"Pada dasarnya seluruh perusahaan memiliki peluang usaha dan potensi yang besar untuk berkembang dan meningkatkan kinerjanya dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki Sumatra Utara," ujar Soeko.
Soeko mengatakan, kontribusi perusahaan begitu berarti bagi perputaran ekonomi Sumatra Utara. Antara lain menyerap tenaga kerja, menggerakkan kinerja ekspor serta memberi dampak kepada pelaku usaha lain.
Akan tetapi, lanjut Soeko, Sumatra Utara perlu mendorong penciptaan industri manufaktur memiliki daya saing tinggi dan hilirisasi. Sehingga mampu bersaing dengan daerah lainnya.
"Sehingga peningkatan nilai tambah suatu produk jadi dilakukan di Sumatra Utara akan memberi dampak akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata Soeko.