Bisnis.com, MUARA ENIM – Kebun kelapa sawit terhampar luas saat kami memasuki Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. Ada kelapa sawit yang tinggi menjulang, ada pula yang masih kecil sebagai tanda baru dilakukan peremajaan (replanting). Selain kelapa sawit, sesekali ada juga kebun karet, meskipun tak banyak kami temui.
Masyarakat desa setempat mengandalkan hidupnya dari berkebun, terutama kelapa sawit dan karet. Dulu, Sidomulyo ini termasuk desa tertinggal. Lalu, pemerintah membuat program transmigrasi sehingga berbondong-bondong masyarakat dari Pulau Jawa berdatangan ke desa itu sekitar tahun 1980-an.
“Saat itu, transmigran diberi pemerintah lahan masing-masing 1 hektare untuk digarap,” cerita Yudiansyah, Kepala Dusun 1 Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim.
Seiring waktu berjalan, pemerintah menggalakkan program peremajaan kelapa sawit (replanting) pada 2019. Sebagian besar masyarakat setempat pun mengikuti program tersebut.
Proses replanting itu berdampak pada perekonomian petani sawit. Pasalnya, kebun sawit tak lagi berproduksi. Aktivitas sehari-hari petani berjalan tidak seperti biasanya karena mereka terpaksa harus menunggu dalam waktu yang cukup lama.
Adanya program replanting pada perkebunan sawit dan karet membuat warga setempat kehilangan pendapatan untuk sementara waktu. Oleh karena itu, muncul ide dari warga untuk mencari penghasilan pengganti kepada petani kelapa sawit yang terimbas program replanting itu.
Terinspirasi dari ‘desa kreatif’ di Ponggok, Klaten—yang mendirikan obyek wisata Umbul Ponggok, mantan Kepala Desa Sidomulyo H. Surono mengajak warganya untuk menyulap lahan milik Kantor Desa Sidomulyo seluas 6 hektare itu menjadi destinasi wisata.
Dengan bergotong-royong dan swadaya, dimulailah perintisan obyek wisata yang bernama Lembah Dewi Sri. Dalam bahasa Jawa, Dewi Sri berarti dewi pertanian, dewi padi, dan sawah.
“Lokasi ini adalah lembah yang paling rendah di desa ini. Kebetulan di lembah ini ditanami padi yang digarap masyarakat desa,” ujarnya.
Di Lembah Dewi Sri, pengunjung bisa melakukan beragam aktivitas, mulai dari bertanam, memancing, hingga swafoto di spot-spot yang telah disediakan. Bahkan, ada kolam renang serta ruang edukasi bagi pengunjung.
Rencana membangun desa wisata ini sebenarnya sudah dirintis pada 2017, tetapi terkendala persiapan. Setelah adanya kerja sama dengan PT Pertamina Gas, maka rencana itu akhirnya terealisasi.
Pada tahun lalu, Lembah Dewi Sri diresmikan oleh pemerintah daerah setempat. Setelah dibuka, desa wisata berbasis edukasi ini dikunjungi hingga 1.500 orang per hari. Sempat tutup karena pandemi, itu tak menyurutkan semangat warga sekitar untuk tetap bertahan mengelola obyek wisata itu.
Apalagi, Pertamina Gas tetap konsisten mendampingi warga desa untuk tetap kreatif dan inovatif dalam mengelola obyek wisata itu. Tak hanya fokus pada pengelolaan desa wisata, Pertamina Gas juga aktif memberikan pembekalan dan pelatihan kepada masyarakat setempat, mulai dari pelatihan ecobrick dan pemberdayaan masyarakat dalam membangun UMKM sebagai modal tambahan penghasilan masyarakat.
Aditya Widhi Hapsoro, Kaur Desa Sidomulyo, menambahkan adanya Lembah Dewi Sri telah memberikan multiplier effect pada masyarakat desa setempat, terutama saat pandemi dan masa replanting kelapa sawit.
Hal itu terlihat dari keterlibatan warga dalam pengembangan obyek wisata itu, mulai dari pengelola Lembah Dewi Sri hingga UMKM, seperti kuliner, kerajinan, dan kreasi olahan pupuk organik cair.
“Alhamdulillah, kami bisa memberdayakan masyarakat dengan kekompakan. PR kami ke depan adalah terus berinovasi untuk memunculkan ide baru dalam mengembangkan desa wisata,” tuturnya.
Dengan semangat gotong-royong, akhirnya Desa Sidomulyo yang sebelumnya adalah desa tertinggal menjadi salah satu desa terdepan di Kabupaten Muara Enim maupun Provinsi Sumsel. Sejumlah prestasi sudah dikantongi Desa Sidomulyo dengan adanya desa wisata ini, di antaranya juara harapan 1 lomba desa tingkat Provinsi Sumsel 2021, juara 2 lomba desa tangkal Covid-19 Polda Sumsel 2020, juara harapan 1 lomba desa inovatif tingkat Provinsi Sumsel 2019, dan penghargaan tingkat nasional Program Kampung Iklim (Proklim) KLHK 2019.
External Relation Pertagas Operation West Region Sumbagsel, Fasya Amalia Ardi, menuturkan pihaknya mulai masuk ke Desa Sidomulyo sejak 2019.
“Sejak 2019, kami bekerjasama yang bertepatan dengan Proklim KLHK. Sampai saat ini kita kontinyu bermitra melakukan program-program untuk mengembangkan desa wisata,” ungkapnya.
Selain area menanam dan spot foto, di desa wisata ini pengunjung juga dapat berkunjung ke pusat oleh-oleh yang digerakkan UMKM masyarakat desa setempat.
“Kita sudah memberikan pelatihan kepada masyarakat desa untuk lebih mengembangkan UMKM agar masyarakat lebih mandiri dan berdaya saing,” katanya.
Apresiasi Pendukung Proklim 2021
Pertagas Operation South Sumatera Area (OSSA) menerima penghargaan kategori Apresiasi Pendukung Proklim 2021 dalam acara puncak Festival Iklim Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa (19/10/2021).
Penghargaan tersebut diberikan kepada Pertagas OSSA karena dinilai telah mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitar area operasi maupun untuk lingkungan melalui berbagai program corporate social responsibility (CSR).
Pertagas OSSA memiliki tiga program CSR unggulan, yakni Kampung Asman Tanaman Obat Keluarga (Toga) Melati di Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih; Desa Seirama di Kelurahan Cambai, Prabumulih yang berfokus pada bidang pertanian dan peternakan; dan Taman Wisata Lembah Dewi Sri Berbasis Edukasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim.
Komitmen Pertagas OSSA dalam mengembangkan program di Desa Sidomulyo ini berhasil mengantarkan Desa Sidomulyo meraih Proklim Lestari Tingkat Nasional pada 2019.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Siti Nurbaya mengapresiasi program-program terkait Proklim yang dilaksanakan oleh berbagai perusahaan.
Begitu banyaknya kegiatan dalam rangka penurunan emisi gas rumah kaca dan peningkatan ketahanan iklim untuk Indonesia, membuktikan bahwa isu perubahan iklim semakin dipahami dan internalisasi, di kalangan masyarakat Indonesia dan instansi dalam kepedulian dan aksi mitigasi.
“Maka dari itu, KLHK patut memberikan penghargaan yang tinggi dan rasa terima kasih yang banyak pada peran berbagai perusahaan dan instansi di Festival Iklim 2021 KLHK,” papar Siti.
General Manager Operation West Region Pertagas Hendra T. P. Nasution menyampaikan terima kasihnya atas penghargaan yang diberikan oleh KLHK kepada Pertagas OSSA.
“Ini adalah bentuk apresiasi bagi perusahaan dan perwira Pertagas. Penghargaan ini juga akan memacu kami memberikan yang lebih baik lagi untuk kedepannya,” ungkap Hendra saat acara penerimaan penghargaan Apresiasi Pendukung Proklim 2021.
Menurutnya, Pertagas ingin memberikan manfaat yang lebih kepada lingkungan sekitarnya. Pengakuan ini juga sekaligus memotivasi perusahaan untuk bekerja lebih baik dan terus berbuat lebih banyak lagi tidak hanya pada bisnis dan operasi, namun juga dalam implementasi program CSR.
“Kami harap hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar dapat terus membangun kepercayaan dan kepedulian untuk bersama-sama mengembangkan potensi desa dan masyarakat di sekitar area operasi Pertagas OSSA,” lanjut Hendra.