Bisnis.com, MEDAN - Minyak kelapa sawit masih menjadi primadona komoditas yang diekspor Sumatra Utara pada September 2021.
Total ada 102 juta kilogram minyak kelapa sawit yang diekspor ke sejumlah negara seperti Rusia, China, Australia, Filipina, Algeria, Polandia, Georgia, Senegal, Yunani, Turki, Irak, Mesir, Vietnam dan Estonia. Nilai ekonomis yang diraup dari ekspor komoditas tersebut mencapai Rp1,5 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Subkoordinator Insartek Karantina Tumbuhan Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Sari Narulita Hasibuan, Selasa (12/10/2021).
"Minyak sawit menjadi komoditas pertanian paling banyak yang diekspor bulan lalu," kata Sari kepada Bisnis.
Setelah minyak kelapa sawit, komoditas pertanian penyumbang nilai ekonomis ekspor tertinggi pada September 2021 adalah kopi biji sebanyak 5,6 juta kilogram dengan nilai ekonomi mencapai Rp354 miliar.
Lalu disusul pinang biji sebanyak 9,2 juta kilogram dengan nilai ekonomis Rp263 miliar, RBD Palm Olein sebanyak 6,5 juta kilogram dengan nilai ekonomis Rp106 miliar, RBD Palm Stearin sebanyak 9,4 juta kilogram dengan nilai ekonomis Rp104 miliar.
Kemudian ampas sawit sebanyak 29 juta kilogram dengan nilai ekonomis Rp62 miliar, disusul Palm Kernel Stearin sebanyak 2,9 juta kilogram dengan nilai ekonomis Rp61 miliar, kayu oak putih sebanyak 2 ribu meter kubik senilai Rp52 miliar, minyak kelapa mentah sebanyak 2,5 juta kilogram senilai Rp50 miliar dan karet lempengan sebanyak 2,2 juta kilogram dengan nilai ekonomis Rp48 miliar.
Sebelumnya, nilai ekspor Sumatra Utara pada Agustus 2021 lalu. Berdasar data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, nilai ekspor meningkat hingga US$1,16 miliar atau 16,37 persen dibanding Juli 2021. Sedangkan nilai impor pada periode yang sama sebesar 11,12 persen.
Peningkatan ekspor dipicu faktor tertentu. Beberapa negara sedang membutuhkan banyak pasokan komoditi asal Sumatra Utara.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemprov Sumatra Utara Aspan Sopian Batubara, peningkatan nilai ekspor yang signifikan terjadi pada golongan barang seperti lemak, minyak hewan atau minyak nabati.
Golongan barang tersebut meningkat hingga US$105,86 juta atau 23,12 persen.
Aspan pun bersyukur sektor tersebut mampu merangkak naik di tengah masa sulit pandemi Covid-19. Apalagi jika dibanding tahun lalu, peningkatan nilai ekspor pada Agustus 2021 mencapai 69,38 persen.
"Tentu kami merasa senang. Karena produk-produk pertanian dan perkebunan kita diminati dan dibutuhkan negara-negara eksportir," kata Aspan kepada Bisnis.
Aspan mendorong para petani dan pelaku usaha perkebunan untuk mendongkrak produktivitas. Sebab, permintaan dari negara-negara eksportir sedang meningkat.
"Produk kita di tingkat petani, kalau bisa ditingkatkan. Karena pemintaan dari negara-negara lain sedang baik-baiknya," kata Aspan.
Aspan berharap perolehan Agustus 2021 mampu bertahan atau terus meningkat. Sehingga turut membantu peningkatan ekonomi di tingkat petani.
Berdasar data yang dirilis BPS Sumatra Utara, negara asing yang menjadi tujuan ekspor terbesar pada Agustus 2021 adalah Tiongkok. Nilainya mencapai US$166,18 juta.
Diikuti Amerika Serikat sebesar US$133,79 juta, lalu India sebesar US$130,75 juta. Jika ditotal, kontribusi ketiganya mencapai 37,24 persen.
Dibanding Juli 2021, sektor industri mengalami kenaikan US$159,70 juta atau 16,90 persen pada Agustus 2021. Demikian pula pada sektor pertanian, naik sebesar US$2,97 juta atau 6,06 persen.
Ekspor golongan barang yang mengalami kenaikan terbesar adalah lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$105,86 juta atau 48,74 persen. Diikuti ampas atau sisa industri makanan naik sebesar US$38,14 juta atau 335,85 persen.
Di sisi lain, golongan karet dan barang dari karet mengalami penurunan ekspor terbesar pada 10 golongan barang utama, yaitu turun mencapai US$9,17 juta atau minus 7,24 persen. Diikuti oleh golongan bahan kimia organik sebesar US$5,76 juta atay minus 9,52 persen.