Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahan Banting, Dagang Sembako Tetap Tumbuh Selama Pandemi

Pandemi Covid-19 telah menghantam dunia usaha, sebagian ada yang merugi hingga gulung tikar. Namun, ada pula sektor usaha yang tahan banting dan terus tumbuh selama masa pagebluk Covid-19.
Direktur CV Makin Jaya Nopri memeriksa armada truk angkutan sembako miliknya. /Bisnis-Dinda Wulandari
Direktur CV Makin Jaya Nopri memeriksa armada truk angkutan sembako miliknya. /Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, PALEMBANG – Pandemi Covid-19 telah menghantam dunia usaha, sebagian ada yang merugi hingga gulung tikar. Namun, ada pula sektor usaha yang tahan banting dan terus tumbuh selama masa pagebluk Covid-19.

Nopri, Direktur CV Makin Jaya, menjadi salah satu pelaku usaha di Kota Palembang yang mampu mengarungi badai Covid-19 hingga mencetak pertumbuhan bisnis selama masa pandemi.

Distributor kebutuhan pokok alias sembako itu justru mampu berekspansi lantaran tingginya permintaan dari daerah-daerah di Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel).

“Selama masa pandemi Covid-19, tepatnya tahun 2020, saya bisa menambah armada sebanyak 7 unit untuk melayani permintaan sembako di daerah yang meningkat,” katanya saat ditemui di gudangnya Jalan Macan Lindungan, Kota Palembang, beberapa waktu lalu.

Menurut Nopri, kebutuhan masyarakat di daerah, terutama pelosok, tak terpengaruh pandemi. Hal itu juga tercermin dari kinerja penjualan CV Makin Jaya pada tahun 2020 yang tumbuh sekitar 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Lini usaha sembako sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama di pelosok karena fasilitas di sana tidak sebanyak di kota besar,” katanya.

Oleh karena itu, bagi Nopri, usaha yang ia geluti sejak 2011 itu memiliki misi sosial. Nopri berupaya memastikan agar suplai kebutuhan pokok bisa tiba dengan aman hingga ke rantai pasok terakhir, yakni pasar tradisional hingga warung kelontong di pelosok Sumbagsel.

“Kunci utama usaha distributor ini adalah armada, makanya saya harus punya kendaraan yang andal apalagi kondisi jalan di daerah-daerah tak selalu mulus,” katanya.

Saat ini Nopri memiliki 19 unit armada dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari mobil pick up, mobil box, hingga truk ringan (light truck).

Dengan belasan armada tersebut, Nopri memasok sembako, seperti beras, tepung terigu, aneka minuman kemasan, dan produk lainnya ke 5 provinsi di Sumbagsel, yakni Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.

Sementara itu pertumbuhan penjualan juga dirasakan sektor otomotif, terutama kendaraan komersil, selama masa pandemi Covid-19.

Kepala Cabang Isuzu Palembang, Dimas Ariananta, mengatakan pihaknya mencatat penjualan naik lebih dari 100 persen.

“Tahun 2019 penjualan sempat drop tetapi sekarang malah terus meningkat hingga dua kali lipat,” katanya.

Dimas menilai peningkatan penjualan tidak terlepas dari kondisi dunia usaha di Sumsel. Menurutnya, permintaan kendaraan niaga dari sektor perdagangan dan ekspedisi mendominasi penjualan Isuzu.

“Kita tahu bahwa sekarang tren belanja online terus meningkat lantaran pandemi, sehingga perusahaan ekspedisi pun terus bermunculan dan ekspansi armada mereka,” katanya. 

Begitu pula sektor perdagangan, seperti distribusi sembako. Dimas menilai usaha seperti yang digeluti Nopri bisa tetap cemerlang dan tumbuh.

Dia memaparkan Isuzu kini telah menjual 57 unit – 60 unit kendaraan segmen komersil. Adapun serapan terbesar ada di Palembang, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu dan Musi Rawas.

Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Zulkipli, mengatakan pertumbuhan ekonomi yang tak lagi terkontraksi turut dipicu oleh sektor otomotif.

“Penjualan mobil wholesale (penjualan sampai tingkat diler) secara nasional telah naik hingga 758,68 persen (yoy),” katanya.

Dia menjelaskan Sumsel pada kuartal I/2021 mampu mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 5,71 persen. 

Salah satu penyebab tingginya angka pertumbuhan ekonomi itu tidak terlepas dari konsumsi rumah tangga yang membaik.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan hasil Survei Khusus Konsumsi Rumah Tangga meningkat sebesar 68,60 persen (yoy). 

Hal ini juga seiring dengan peningkatan permintaan akan komoditas impor barang-barang konsumsi makanan dan minuman, antara lain: minuman sebesar 80,88%, sayuran sebesar 61,03%, dan buah-buahan sebesar 11,51%, serta peningkatan pengeluaran berbagai konsumsi rumah tangga lainnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper