Bisnis.com, PALEMBANG -- Sejumlah petani di Desa Simpang Heran, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, mulai menggarap pertanian organik.
Ketua Kelompok Tani Wono Tirto, Sugeng Riyanto, mengatakan dirinya tergugah menerapkan pertanian organik lantaran kondisi lahan yang terdegradasi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Lahan sudah tidak subur [sering terbakar], jadi saya pikir harus dikembalikan dulu dengan cara pertanian organik,” katanya saat acara Obrolan Pelepas Lelah Season 2 yang digelar Balitbang LHK Palembang dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Komisaris Daerah Sumsel, di Palembang, Rabu (30/6/2021).
Sugeng menjelaskan pertanian organik diterapkan di lahan 2 hektare (ha) sejak satu tahun lalu. Sugeng mengaku dapat menekan penggunaan pupuk kimia.
Dia pun mampu memproduksi sekitar 4 ton gabah kering giling (GKG) per ha, seperti halnya pertanian konvensional di daerahnya.
Lantaran dapat menekan biaya produksi, sejumlah petani di daerahnya pun mulai tertarik mengikuti jejaknya walau awalnya enggan karena tak mau ribet.
“Saat ini setidaknya ada 10 petani yang mulai tanam secara organik,” kata dia.
Demi semakin menekan biaya, Sugeng menginisiasi membuat pupuk kompos bersama sehingga dapat memastikan ketersediaan pupuk organik.
Dia mengatakan para petani tersebut pun telah menjadi binaan perusahaan hutan tanaman industri (HTI), PT Bumi Andalas Permai (BAP) yang merupakan mitra pemasok APP Sinar Mas, dalam penerapan pertanian organik.
Perusahaan, kata dia, memberikan bantuan alat pertanian hand tractor sehingga petani setempat tidak membuka lahan dengan cara membakar.
“Saat ini bisa dikatakan tidak ada lagi petani yang buka lahan dengan cara membakar di tempat kami,” ujarnya
Direktur Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, R Basar Manullang, mengatakan karhutla hingga kini masih menjadi ancaman bagi pelestarian alam lingkungan hidup di Indonesia.
Pemerintah pun memiliki atensi pada kawasan gambut ini, salah satunya dengan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Sumsel dan Jambi selama 15 hari sejak 20 Juni 2020 untuk meningkatkan curah hujan demi meninggikan tinggi muka air gambut.
Pelaksanaan TMC ini dilakukan KLHK dengan menggandeng BPPT, BMKG, BPBD, TNI AU dan perusahaan mitra pemasok APP Sinar Mas.
“Upaya pengendalian karhutla harus dilakukan bersama dan butuh kerja keras. Perubahan mendasar yakni mengutamakan pencegahan daripada penanganan, dan pentingnya pelibatan masyarakat,” kata dia.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatra, Ferdian, mengatakan faktor manusia hingga kini menjadi penyebab utama terjadinya karhutla.
“Setiap tahun selalu terjadi kebakaran di lahan yang berada di sisi kanan dan kiri Jalan Tol Palembang -Indralaya, ini menunjukkan bahwa upaya membangkitkan kesadaran masyarakat menjadi sangat penting dengan beragam program pemberdayaan,” kata dia.
Diketahui, acara Obrolan Pelepas Lelah sejam Season 1 menjadi wadah informasi publik untuk isu-isu terkait lingkungan dengan menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya. Ke depan penyenggara akan mengusung tema-tema yang relevan dengan kondisi lingkungan saat ini.