Bisnis.com, PADANG - Bisnis pariwisata memang hal menggiurkan untuk dilakukan. Tapi tidak banyak orang yang memiliki sebuah konsep pariwisata yang mampu membuat wisatawan nusantara maupun asing untuk datang ke Indonesia ini, karena dinilai tak menarik.
Namun bagi seorang Ridwan Tulus, konsep sebuah pariwisata itu adalah melibatkan kearifan lokal serta memanfaatkan keasrian alam. Bicara wisata premium, yang menghadirkan tempat penginapan yang mewah dan fasilitas bak sultan, dapat dikatakan sebuah hal yang biasa.
"Seperti halnya kearifan lokal dan alam di Sumatra Barat ini. Sejatinya memiliki potensi yang besar untuk di konsep menjadi wisata yang diminati wisatawan asing. Saya punya alasan soal itu," kata Pimpinan PT Sumatra And Beyond Tours dan juga founder dari Green Tourism Institute ini, Jumat (26/2/2021).
Ridwan menyebutkan warga Indonesia banyak yang tak sadar bahwa Indonesia lebih indah dari negara manapun. Cobalah untuk mengelilingi negara-negara di dunia ini, setelah itu bandingkanlah, maka akan tahu, bahwa Indonesia itu indah.
Lihatlah ke alam Indonesia khususnya Sumbar. Indah pantainya, indah pegunungannya, indah hamparan pertanian dan perkebunannya, serta budaya yang begitu unik, dan tak kalah soal rasa kulinernya.
"Bagi saya wisata di Sumbar itu tidak harus mengubah kondisi yang telah ada. Kecuali alam yang gersang, kita ubah untuk jadi kawasan hijau, itu bagus. Saya telah melakukannya di Kota Pariaman," sebutnya.
Ridwan Tulus menjelaskan melalui teman-temannya yang tergabung dalam Tabuik Diving Club (TDC) di Kota Pariaman. Di sana dia menyulap lahan yang gersang menjadi World Class Green Tourism.
Tepat di lahan mangrove di Desa Apar Pariaman yang luasnya lebih kurang 10 hektar. Kawasan ini terletak di dua desa yakni Desa Apar dan Desa Ampalu. Statusnya tanah ulayat nagari yang kepemilikannya meliputi 4 desa yaitu Desa Apar, Desa Mangguang, Desa Ampalu dan Desa Tanjuang Saba.
Penguasaan lahan berada di bawah wewenang Kerapatan Adat Nagari (KAN). Tapi, dalam praktek di lapangan, ada beberapa masyarakat juga mengklaim itu lahan milik mereka.
Lahan itu meliputi pantai, hutan pinus, talao (talago), kawasan mangrove dan ada konservasi penyu. Lahan berbatas dengan laut, sungai Muaro Mangguang, areal persawahan dan pemukiman warga.
"Kawasan mangrove ini di bawah tahun 2010, kondisinya sangat kritis akibat ditebangi oleh warga sekitar. Batang mangrove diambil untuk kayu bakar dan kayu bangunan. Saya pun ide untuk mengubah lahan yang kritis itu," ungkapnya.
Ridwan Tulus menjelaskan untuk program rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan mangrove ini sebenarnya sudah dilaksanakan sejak lama oleh pemerintah. Areal banyak ditanami bibit mangrove. Namun bibit dan areal tak dipelihara dengan baik.
"Pada tahun 2010 saya menantang TDC bagaimana menyulap kawasan mangrove yang kritis ini menjadi kawasan wisata edukasi konservasi mangrove yang belakangan kami namai Pariaman Mangrove Edupark," ujar tour desainer ini.
Berbagai pendekatan yang dilakukan kepada pemilik lahan dan semua pihak, termasuk kepada warga sekitar, yang menggerakkan adalah adik-adik anggota TDC yang kebetulan warga nagari setempat.
Sejak adanya pelaksanaan paket wisata edukasi konservasi tersebut dan didukung oleh seluruh elemen masyarakat setempat, proses rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan mangrove lebih masif dilakukan.
Penanaman bibit mangrove dilaksanakan hampir tiap pekan dengan melibatkan berbagai kelompok wisatawan maupun anak-anak sekolah yang kebetulan berkunjung ke konservasi penyu dan berkegiatan di kawasan mangrove.
Bibit yang ditanam dijaga dan dirawat. Monitoring dilaksanakan secara berkala. Pendataan juga terus dilakukan. Semua melibatkan adik-adik anggota TDC yang sebagian besar anak-anak muda kampung nelayan.
"Jadi mereka berpartisipasi sambil belajar. Saya sangat senang adanya hal itu," ungkapnya.
Beberapa tahun setelah itu, bibit yang ditanam tumbuh bagus. Kawasan ini berubah total menjadi areal tanaman mangrove yang hijau dan lumayan luas.
Sementara upaya penanaman di lahan-lahan potensial masih terus dilakukan melalui program edukasi.
Lahan yang dulu kritis, berubah jadi hijau. Beberapa habitat/biota kawasan mangrove yang dulu sempat tak ditemukan lagi di kawasan ini, setelah mangrove tumbuh bagus, habitat itu muncul kembali, termasuk habitat burung.
Sembari terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada tamu wisatawan yang datang ke konservasi penyu, kepada masyarakat sekitar akan arti penting kawasan mangrove, supaya pohon dalam areal mangrove tak lagi ditebangi.
"Untuk saya juga terus mengajak anak-anak muda sekitar kawasan bergabung melaksanakan misi penyelamatan mangrove Apar ini," sebutnya.
Dia bersyukur seiring perjalanan waktu, semakin banyak pemuda warga desa sekitar kawasan yang mau bergabung dengan TDC, ikut dalam gerakan-gerakan penyelamatan mangrove, konservasi penyu dan juga terumbu karang.
Pemuda kampung nelayan ini diikutkan berbagai pelatihan. Mulai dari pelatihan dan sertifikasi selam, pelatihan dan sertifikasi pengelola kawasan konservasi, termasuk pelatihan di bidang pariwisata.
"Sebagian dari mereka kini bekerja di Konservasi Penyu Pariaman milik DKP Provinsi Sumbar yang dulu di bawah Pemko Pariaman," ucap sang inspirator pariwisata ini.
Memberi Warna Buat Pariaman
Dikatakannya cukup sedih melihat Pariaman. Daerah yang kaya akan seni budaya dan keindahan alamnya tapi tidak berhasil membawa kunjungan wisatawan dunia kecuali lokal.
Semenjak kehadiran Konservasi Penyu di Pariaman dia mulai memberikan perhatian khusus buat Pariaman. Sekaligus ingin membantu eksistensi dari konservasi tersebut.
"Nah di sana saya mulai melakukan Green Action dengan aktivitas Marine Conservation program dengan komunitas yang ada disana yaitu Tabuik Diving Club," tegas dia.
Program Memandikan Penyu
Salah satu program yang langsung melejit yang berhasil mendatangkan tamu yang cukup banyak pada saat itu adalah Memandikan Penyu.
Program ini saya adopsi dari konservasi gajah di Tangkahan Kabupaten Langkat Sumut yang akhirnya bisa membawa tamu yg cukup banyak dan pendapatan income yang luar biasa buat konservasi tersebut.
"Ide saya untuk konservasi tersebut dalam program memandikan Gajah bisa dijual Rp 250.000 per orangnya. Dan justru membuat ringan kerja orang yang kerja di konservasi tersebut karena sebelumnya yang memandikan gajah mereka," jelasnya.
Selain itu Ridwan Tulus dan TDC juga mengajak setiap tamu kami untuk ikut penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang.
TDC is a Green Warrior and Green Friend of Indonesia
Panjang cerita suka duka yang dilalui TDC dalam upaya menyelamatkan kawasan mangrove Apar yang sedikit ini. Singkatnya, apa yang diupayakan bertahap membuahkan hasil. Misi penyelamatan sudah mulai tampak.
Perubahan kawasan sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dari dulu kritis, kini sebagian sudah hijau.
"Yang membanggakan, dari kawasan mangrove Apar yang sedikit ini, telah banyak sarjana yang dilahirkan," sebut Ridwan Tulus.
Menurutnya kawasan tersebut sampai sekarang menjadi pusat studi bagi mahasiswa dari berbagai kampus di Sumbar, luar Sumbar bahkan beberapa universitas dari Asia Tenggara, Jepang bahkan Amerika.
"Niat besar kami bersama TDC bekerjasama bagaimana menjadikan kawasan mangrove Apar dan perkampungan nelayan di sekitarnya sebagai destinasi wisata konservasi/ramah lingkungan yang berbasis sosio kultur masyarakat pesisir (Community Based Tourism)," cerita Ridwan.
Dimana untuk visi misi TDC yang konsisten di konservasi pesisir sangat klop dengan misi Green Tourism Institute yakni 'Protect the culture, Protect the nature, Empowering and Bring Benefit for Local People and Support Conservation'.
"Alhamdulillah sekarang saya sangat bangga dengan mereka atas segala perjuangan saudara - saudara saya di TDC yang luar biasa yang akhirnya bisa mewujudkan," katanya.
Hal ini terlihat karena TDC akhirnya sudah mempunyai taman mangrove yang indah, dan juga taman bawah laut yang indah, yang lebih luar biasa lagi mereka telah melahirkan banyak sarjana.
"Dan alhamdulillah dari awal kami di sana dan tidak pernah menggunakan dana pemerintah. Serta alhamdulillah pemerintah sudah mulai memberikan apresiasi. Minimal dengan memberikan penghargaan Kalpataru," tegasnya.
Jual Keindahan Indonesia ke Luar Negeri
Serta hingga kini, PT Sumatra And Beyond Tours yang dipimpin langsung oleh Ridwan Tulus itu, terhitung tanggal 19 Februari 2021 telah resmi sebagai Promo & Representative Office di Belanda
Kesempatan itu diakui Ridwan sebuah hal yang sangat menggembirakan, karena mereka telah mau untuk berempati dan mau berjuang bersama dirinya dalam mempromosikan dan wujudkan Sumbar dan Indonesia sebagai Green Tourism Destination (protect the cultures, protect the natures, empower and bring benefit for local people and support conservation) yang insyaallah menjadi solusi pariwisata dunia.
Selain di Belanda, perusahaan yang dipimpin Ridwan ini juga telah melalang buana di Australia, Dubai, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat.
Wisata yang ditawarkan adalah wisata yang dapat menjadi bagian dari pengalaman hidup mereka. Lokasi wisata juga bukanlah wisata yang populer, melainkan menikmati alam dan berbaur dengan kehidupan masyarakat pribumi.
"Bicara soal kesulitan akses jalan yang tidak mendukung. Bagi saya itu malah sebaliknya, lebih baik. Karena bisa memberikan sensasi berwisata asri di perkampungan," ungkap sang tour desainer ini.
Artinya, hal-hal semacam itulah yang dibangun atau di konsepnya selama ini, sehingga membuat Indonesia populer di internasional. Melalui ide-idenya itu, Ridwan Tulus menjadi inspirator banyak orang untuk menghadirkan wisata-wisata yang luar biasa.
"Saya sangat senang, pariwisata di Indonesia terus tumbuh. Rata-rata lahir dari ide anak muda. Dan yang membuat saya lebih senang, dari mereka itu mengaku bahwa semua itu dilakukannya, karena terinspirasi dari apa yang telah saya lakukan selama ini," tutupnya.