Bisnis.com, PEKANBARU – Asian Agri menargetkan penaikan tingkat produktivitas kebun kelapa sawit plasma binaannya dari rata-rata 15 ton per ha per tahun menjadi 25 ton dengan penggunaan bibit sawit Topaz yang diproduksi oleh Tim R&D Asian Agri.
Konglomerasi perkebunan kelapa sawit milik Sukanto Tanoto ini mengharapkan kesejahteraan petani kebun kelapa sawit terus meningkat seiring dengan peningkatkan produktivitas kebun yang dimiliki oleh 30.000 petani mitranya yang mengelola 60.000 ha kebun sawit di Riau, Sumut dan Jambi.
Rudi Rismanto, Pimpinan Hubungan Kemitraan Asian Agri, mengatakan pihaknya mengupayakan peningkatan produktivitas kebun petani mitra dengan jalan program peremajaan kebun kelapa sawit yang sudah mulai tua dan menunrunkan hasil panennya, dimana luasnya mencapai 60.000 ha.
"Secara bertahap kami terus mendorong peremajaan kebun petani yang jadi mitra kami. Kami sudah membina mereka sejak 30 tahun lalu. Petani juga diarahkan mengembangkan kebun yang berkelanjutan dengan kualitas sawit yang bisa diterima oleh pasar nasional dan internasional. Sekarang ada dua KUD kebun tani dengan anggota ribuan petani yang sudah melakukan peremajaan dan sudah mulai panen," ujarnya dalam acara Webinar dengan kelompok tani dan KUD kelapa sawit dari Riau dan Jambi, Kamis (24/9/2020).
KUD Mulus Rahayu, mitra binaan Asia Agri sudah melakukan peremajaan sejak 2016 dengan produktivitas panen mereka setahun lalu mencapai 15 ton dengan target meningkat pada tahun ini mencapai 25 ton per ha. Adapula KUD Bina Usaha yang ditargetkan bisa panen pada tahun ini hingga 21 ton per ha.
Menurut Rudi, secara bertahap kebun-kebun tua milik petani yang sudah dibina perseroan sejak 30 tahun yang lalu itu akan dibantu melakukan peremajaan kebunnya sehingga kebun mitra petani bisa tinggi produktivitasnya mengikuti tingkat produktifitas yang dihasilkan oleh kebun milik Asian Agri sendiri.
Baca Juga
Lebih jauh, lanjutnya, petani mitra tidak hanya didorong untuk melakukan peremajaan kebun, tetapi juga dibina untuk mengembangkan usaha sampingan untuk mendapatkan income alternatif dengan cara mengembangkan memaksimalkan lahan kebun untuk usaha ternak sapi, kambing, lele hingga budidaya madu lebah.
Sementara itu, Ang Boon Beng, ahli pembibitan sawit gen Topaz, menambahkan pihaknya tengah berupaya meningkatkan kemampuan produksi panen dengan target minimal 12 ton CPO per ton dan pertumbuhan produktifitas hingga mencapai 50 ton CPO per ha. "Ini kami lakukan dengan terus melakukan Inovasi bibit sawit Topaz untuk kebutuhan tana bagi Asian Agri dan mitra petani," katanya.
Menurut dia, petani rakyat harus disiplin menggunakan bibit bersertifikat yang sudah terbukti kualitasnya supaya hasil kebun mereka bisa lebih produktif.
Ketua KUD Mulus Rahayu Warsito Saring mengatakan teknologi pembibitan telah membantu petani untuk meningkatkan produktivitas kebunnya, dimana sekarang masa panen sawit sudah bisa dilakukan dalam jangka waktu 28 bulan saja dengan produktivitas bisa mencapai 20-an ton per ha.
"Kami panen perdana kami dari target 4 tahun, ternyata bisa 28 bulan dengan angka panen sudah 18 ton per ha. Kami yakin tahun ini sudah bisa naik di atas 20 ton per ha. Ini dapat dicapai karena kami melakukan peremajaan kebun yang usia sawitnya sudah di atas 25 tahunan, lalu kami menggunakan bibit unggul dari hasil pembibitan yang baik dari perusahaan pembina kami," ujarnya.
Menurut dia, petani kebun kelapa sawit harus berani melakukan peremajaan kebun karena sudah banyak petani yang masih merawat pohon sawit dengan umur 25-30 tahun yang semestinya sudah harus diremajakan.
Pemerintah menargetkan program peremajaan sawit rakyat (PSR) menyasar 500.000 hektare (ha) kebun sawit petani dalam tiga tahun ke depan (2020-2022) dengan harapan bisa menaikan produktivitas kebun sawit petani.
Sedangkan hasil program itu pada periode 2016 hingga 2019 telah berhasil meremajakan kebun sawit rakyat seluas 98.869 ha dengan bantuan dana yang disalurkan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebesar Rp2,47 triliun.