Bisnis.com, PALEMBANG – Sumatra Selatan tercatat mengalami deflasi pada Juli 2020, yakni sebesar 0,28 persen lantaran turunnya harga sejumlah komoditas serta masih rendahnya daya beli masyarakat di provinsi itu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Endang Tri Wahyuningsih, mengatakan inflasi berkaitan dengan permintaan dan penawaran (supply and demand).
“Memang pandemi Covid-19 tentu membuat daya beli [demand] masyarakat terganggu,” katanya, Senin (3/7/2020).
Endang memaparkan deflasi di Sumsel berdasarkan penghitungan laju indeks harga konsumen (IHK) di dua kota, yakni Palembang dan Lubuklinggau.
Untuk Kota Palembang, deflasi terbentuk lantaran penurunan harga di kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok rekreasi, olahraga dan budaya. Perubahan harga di 2 kelompok tersebut lah yang menekan Palembang hingga deflasi, meskipun 9 kelompok pengeluaran lainnya inflasi.
“Salah satunya harga daging ayam ras, bawang merah dan jeruk yang turun di Kota Palembang,” katanya.
Menurut Endang, terpaan virus Corona telah membuat tren inflasi Sumsel berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Juli 2019, Sumsel masih inflasi sebesar 0,4 persen sementara sekarang deflasi 0,28 persen,” katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumsel telah memproyeksi inflasi pada bulan Juli bakal lebih rendah dibanding bulan sebelumnya.
“Laju inflasi diperkirakan tertahan oleh terjaganya pasokan beras di gudang Bulog selama 6-7 bulan ke depan dan tercukupinya pasokan gula pasir yang dipenuhi dar impor luar negeri,” kata Kepala BI Perwakilan Sumsel Hari Widodo.
Hari melanjutkan, melihat perkembangan inflasi hingga Juni 2020, inflasi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 diperkirakan terkendali pada rentang 3,01% dengan kecenderungan bias ke bawah.