Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Lebaran 2020 di Sumut Lebih Rendah dari Tahun 2019

Sumatra Utara mengalami inflasi 0,43% selama Mei 2020, bersamaan dengan periode Ramadan dan Lebaran. Angka inflasi itu lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pedagang bawang putih beraktifitas di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pedagang bawang putih beraktifitas di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, MEDAN - Sumatra Utara (Sumut) mengalami inflasi 0,43 persen selama Mei 2020, bersamaan dengan periode Ramadan dan Lebaran. Angka inflasi itu lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

Kepala BPS Sumut Syekh Suhaimi mengatakan inflasi Sumut pada periode Ramadan dan Lebaran tahun lalu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini. Pada periode Ramadan dan Lebaran tahun lalu, Sumut mengalami inflasi berturut-turut, yaitu April 1,23 persen, Mei 1,19 persen, dan Juni 1,63 persen.

"Tahun lalu, [inflasi] puasa dan lebaran lebih tinggi. April 1,23 persen, Mei 1,19 persen, Juni 1,63 persen," katanya kepada Bisnis pada Selasa (2/6/2020).

Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatra Utara Gunawan Benjamin mengatakan jika dibandingkan April 2020, daya beli masyarakat Sumut pada Mei jelas lebih baik. Sebagai informasi, Sumut mengalami deflasi berturut-turut yaitu Maret 0,16% dan April 0,29%.

Namun, jika dibandingkan periode Ramadan dan Lebaran pada tahun lalu, daya beli masyarakat Sumut pada periode Ramadan dan Lebaran tahun ini jelas terpukul. Peningkatan daya beli pada Mei didorong oleh penyaluran bantuan sosial yang bertepatan dengan Ramadan dan Idul Fitri.

"Inflasi memang terjadi di Sumut, tetapi lebih karena sisi suplai yang mengalami gangguan, baik daging ayam maupun bawang merah. Sehingga jangan disimpulkan inflasi Sumut berarti ekonomi sudah pulih," katanya kepada Bisnis pada Selasa (2/6/2020).

Gunawan menilai inflasi Sumut selama Mei 2020 bukan berarti menunjukkan pemulihan daya beli. Inflasi yang terjadi lebih dikarenakan faktor persediaan yang mengalami gangguan.

Misalnya, bawang merah mengalami gangguan distribusi karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa guna mencegah penyebaran virus corona. Tren perkembangan harga bawang merah di Jawa sekitar Rp30.000-Rp35.000 per kg, sedangkan di Sumut sekitar Rp50.000-Rp55.000 per kg.

Begitu pula, kenaikan harga daging ayam dipicu oleh banyaknya peternak ayam mandiri yang lebih memilih menutup usahanya sementara. Diketahui, pandemi Covid-19 sempat membuat harga daging ayam terpuruk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper