Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atasi Impor Kedelai, RI Bisa Gunakan Lahan Sawit untuk Pacu Produksi Kedelai

Rendahnya produksi kacang kedelai dalam negeri sementara kebutuhan terus meningkat menjadi faktor utama derasnya impor komoditas kacang-kacangan ini.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, PEKANBARU—Rendahnya produksi kacang kedelai dalam negeri sementara kebutuhan terus meningkat menjadi faktor utama derasnya impor komoditas kacang-kacangan ini.

Untuk menggenjot produksi dan membuat harga kedelai lokal kompetitif, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, mulai dari menanam kedelai menggunakan sistem tumpang sisip hingga mendorong promosi kedelai lokal yang memiliki kandungan protein tinggi ke segmen khusus.

Terbaru, mahasiswa program Master Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau Aang Ananda Suherman lewat peneilitan thesis berjudul Komponen Keragaman dan Adaptasi Beberapa Genotipe Kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada Dua Kondisi Naungan Sesuai Umur Tanaman Kelapa Sawit menunjukkan bahwa beberapa varietas kedelai dapat menjadi tanaman sela di lahan replating kelapa sawit berumur 3 tahun, yaitu sebelum cabang dan daun lebar sawit menutupi tanah.

Adapun, luasnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia dinilai berpotensi untuk ditanami kacang kedelai, khususnya di areal yang harus dilakukan peremajaan.

“Jika total luas peremajaan dapat direalisasikan 50% setiap tahun, artinya ada sekitar 72.117 ha lahan yang punya potensi untuk ditanami kacang kedelai menjelang tanaman sawit menghasilkan,” tulis Aang mengutip data Dinas Perkebunan Riau 2017, seperti dikutip dari ringkasan thesis-nya pada Rabu (15/1/2020).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2018 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia seluas 14,32 juta ha. Aang melajutkan, dari luas itu seharusnya perkebunan kelapa sawit sudah harus dilakukan peremajaan sekitar 144.234 ha.

Adapun Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas mencapai 2,73 juta hektar disebutnya berpeluang dijadikan tempat perluasan penanaman kedelai sehingga produksi regional dan nasional bisa digenjot.

Pada 2020 ini Kementerian Pertanian hanya menargetkan produksi kedelai sebesar 1,12 juta ton, jauh di bawah target pada 2019 yang sebanyak 2,8 juta ton.

Target konservatif itu dibuat mengacu pada realisasi produksi kedelai sepanjang Januari—Oktober 2019 yang hanya 480.000 ton atau baru mencapai 16,4% dari target.

Adapun, pengembangan area penanaman kedelai juga masih jauh dari target pemerintah yang dipatok pada angka 616.105 hektare (ha). Per Oktober 2019, area pengembangan baru mencakup lahan seluas 115.318 ha.

Sampai dengan akhir 2018, Badan Pusat Statistik mencatat impor kedelai cukup tinggi sebesar 2,58 juta ton. Sementara, produksi dalam negeri hanya berkisar 982.598 ton.

Tingginya impor dan rendahnya produksi kedelai itu membuat harga kedelai lokal sulit terangkat. Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengatakan kedelai lokal harus bersaing dengan kedelai impor.

Dengan ukuran yang telah terstandardisasi, harga kedelai impor disebutnya berada di kisaran RpRp6.000—6.500 kg. "Benih juga sulit dicari. Ditambah harga yang tak menarik minat pun rendah," tambah Aip.

Data yang dirilis oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) pada awal 2019 lalu menunjukkan potensi peningkatan impor seiring belum mencukupinya pasokan dalam negeri.

Impor kedelai diperkirakan mencapai 2,75 juta ton pada 2019. Pada periode Oktober 2017/2018, impor kedelai mencapai 2,5 juta ton.

POTENSI LAHAN

Mengingat pemerintah menargetkan replanting kebun sawit mencapai 2,49 juta hektar selama periode 2017-2021, luasan areal tersebut pun bisa dioptimalkan untuk menanam komoditas kedelai.

Aang menunjukkan dari 3 varietas kacang kedelai yang dapat tumbuh dan beradaptasi dengan naungan tanaman kelapa sawit umur 3 tahun, diperkirakan hasil total produksi bisa mencapai 3,55 ton per ha. Dengan demikian, sampai 2021 produksi kacang kedelai bisa terangkat hingga 8,83 juta ton.

“Jika dibandingkan dengan potensi hasil per hektar dengan deskripsi varietas yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian Kacang dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang, hasil per ha masih dibawah rata-rata, diduga ini karena perbedaan lingkungan tumbuh. Potensi hasil bisa menyamai rata-rata jika dilakukan penelitian lanjutan untuk sedikit memodifikasi lingkungannya,” jelas Aang yang juga merupakan karyawan Bisnis Indonesia perwakilan Riau.

Adapun, kendala menanam kedelai sebagai tanaman sela juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya rendah karena adanya naungan kanopi milik tanaman utama.

Naungan tersebut mengurangi intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman sela sehingga mempengaruhi berbagai aktivitas fisiologi tanaman kedelai.

 

 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper