Peningkatan Akses Keuangan: Ketika Asuransi Jadi Andalan Peternak Sapi

Nasib naas pernah dialami Junaidi, peternak sapi asal Kabupaten Musi Banyuasin, empat tahun silam di mana dua ekor sapi yang nilainya setara dengan uang kuliah anaknya raib dicuri maling di kandang sendiri. 
Pekerja memerah sapi di pusat peternakan sapi di Kuningan, Jakarta./Antara
Pekerja memerah sapi di pusat peternakan sapi di Kuningan, Jakarta./Antara

Bisnis.com, PALEMBANG - Nasib naas pernah dialami Junaidi, peternak sapi asal Kabupaten Musi Banyuasin, empat tahun silam di mana dua ekor sapi yang nilainya setara dengan uang kuliah anaknya raib dicuri maling di kandang sendiri. 

 

“Harga satu sapi sama dengan biaya kuliah anak per tahun, kalau sapi hilang artinya sumber untuk membiayai anak sekolah juga hilang,” kata peternak berusia 50 tahun itu kepada Bisnis.

 

Kehilangan ternak merupakan risiko yang acapkali menjadi momok bagi peternak sapi, tak terkecuali bagi para peternak di Desa Babat Banyuasin, Kecamatan Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel. 

 

Junaidi mengatakan dirinya bahkan sudah dua kali mengalami angonannya hilang digondol pencuri. Oleh karena itu, kata dia, ungkapan peternak tidur sekandang dengan sapi bukanlah lelucon belaka. 

 

“Iya ada teman saya yang sampai membuat kandang persis di samping kamar tidurnya karena takut sapinya hilang,” katanya.

 

Kekhawatiran peternak di Desa Babat Banyuasin mulai sirna setelah mereka mengenal Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) yang dikeluarkan pemerintah. Bagaimana tidak, peternak yang membeli produk asuransi itu tak akan merugi manakala sapinya hilang akibat pencurian karena akan mendapat pertanggungan.

 

“Peternak di sini seringkali mentok mau usaha ternak sapi karena ada hambatan seperti kecurian, akhirnya putus asa dan tidak lanjut lagi, atau kalau pun beternak dengan rasa was-was terus,” katanya.

 

Bapak lima orang anak itu mengatakan tertarik mengikuti AUTS dari Kementerian Pertanian itu sejak program itu disosialisasikan pada 2017 lalu. Kala itu, Junaidi bahkan menyambangi kantor PT Asuransi Jasindo di Kota Palembang, yang berjarak sekitar 80 kilometer dari desanya, untuk mendaftarkan 9 ekor sapinya sebagai peserta asuransi yang preminya disubsidi oleh pemerintah tersebut.

 

Junaidi juga mengajak 26 peternak di kampungnya untuk bergabung dan membentuk Kelompok Peternak Sentosa. Diketahui, kelembagaan peternak juga menjadi salah satu syarat untuk mengikuti program AUTS.

 

Pada periode pertama, terdapat 76 ekor sapi yang didaftarkan untuk AUTS. Besaran premi yang ringan, manfaat perlindungan yang sesuai ternyata menarik minat peternak lain di Babat Banyuasin, sehingga pada tahun kedua AUTS berjalan, jumlah ternak yang terdaftar melonjak jadi 220 ekor. 

 

“Karena ternak yang mengalami kematian akibat sakit dan kecelakaan juga ditanggung dalam asuransi itu,” katanya.

 

Manfaat dari AUTS telah dirasakan Supriyadi, peternak asal Desa Muara Harapan, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim. 

 

Sapi yang dipelihara Supriyadi mengalami kecelakaan hingga mati saat melintasi di rel kereta api tak jauh dari rumahnya. 

 

“Alhamdulilah karena sapi saya terdaftar di produk AUTS, begitu mati saya lapor ke Jasindo untuk klaim pertanggungan dan diganti senilai Rp10 juta,” katanya.

 

Supriyadi mengaku awalnya peternak di Muara Enim masih ragu terhadap asuransi ternak sapi tersebut. Pasalnya, mereka pernah mendapatkan pengalaman buruk dalam berasuransi. Kala itu, masyarakat di desa tersebut ditawari asuransi bodong.

 

“Ada warga yang ikut asuransi, sudah bayar premi bulan pas mau klaim ternyata orang asuransinya kabur,” katanya. 

 

Namun setelah mendapat sosialisasi menyeluruh dari Asuransi Jasindo dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 7 Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel) terkait AUTS, peternak pun tertarik dan merasa yakin.

 

Apalagi, kata dia, premi asuransi tersebut sangat rendah dan terjangkau, yakni hanya Rp40.000 per ekor per tahun. 

 

Diketahui, Asuransi Jasindo, perusahaan asuransi pelat merah, ditunjuk pemerintah sebagai operator untuk program AUTS. Pemerintah sendiri mengguyur subsidi hingga 80% untuk premi asuransi atau senilai Rp180.000 per ekor dari total Rp200.000 per ekor.

 

Pengenalan asuransi usaha ternak sapi tidak terlepas dari  kolaborasi  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD).

 

Kolaborasi OJK dan TPAKD

 

OJK Kantor Regional 7 Sumbagsel menilai AUTS adalah salah satu program yang mendapat concern penuh dari otoritas dan TPAKD Sumsel.

 

Kepala Kantor OJK Regional 7 Sumbagsel, Panca Hadi Suryatno, mengatakan produk jasa keuangan berupa asuransi tersebut untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan daerah, salah satunya sapi.

 

“Apalagi rata-rata peternak sapi di beberapa daerah di Sumsel ini belum terjangkau lembaga jasa keuangan,” katanya.

 

Panca mengatakan sebetulnya potensi penggunaan asuransi sapi oleh peternak di Sumsel sangat tinggi. Saat ini pihaknya mengaku baru dapat sosialisasi ke tiga dari delapan daerah yang menjadi sentra, salah satunya di Musi Banyuasin.

 

“Kami ingin menyebarkan kepada peternak apa keuntungan mengikuti AUTS. Mereka belum banyak yang tertarik karena tidak tahu manfaat asuransi itu seperti apa,” katanya.

 

Oleh karena itu, kata dia, sosialiasi secara terus-menerus dan menyeluruh menjadi langkah awal yang ditempuh OJK bersama lembaga jasa keuangan, yakni Asuransi Jasindo dalam mengenalkan produk asuransi.

 

Dia mengatakan pihaknya bersama TPAKD telah memotret bahwa Sumsel memiliki komoditas unggulan, berupa sapi, padi dan kopi di sektor pertanian. 

 

“Kami tertarik mengembangkan sapi karena selama ini program tersebut dari pemerintah daerah belum digabung dengan lembaga jasa keuangan,” katanya.

 

Padahal, Panca menilai, jika pengembangan komoditas unggulan dilakukan bersama lembaga jasa keuangan maka dampaknya akan berlipat ganda. Selain menjaga stabilitas ketahanan pangan, juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

 

Panca menambahkan, sejak TPAKD terbentuk pada 2016 lalu, OJK bersama anggota yang bergabung di dalamnya telah fokus memperluas akses keuangan di remote area. Kini program pengembangan komoditi dengan dukungan jasa keuangan diharapkan juga dapat sejalan dengan misi OJK, yakni meningkatkan inklusi keuangan.

 

Bahkan, otoritas ingin menyandingkan program asuransi tersebut dengan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) bagi para peternak. Sehingga, kendala permodalan yang kerap menghambat pengembangan usaha peternak bisa teratasi.

 

Sementara itu, Kepala Unit Pemasaran Asuransi Jasindo Cabang Palembang, Riko Romanto, mengatakan pihaknya telah merealisasikan sekitar 2.400 ekor sapi untuk program asuransi tersebut.

 

“Target kami hingga akhir tahun ini 3.500 ekor sapi. Potensi di Sumsel sebetulnya sangat tinggi karena populasi sapi di sini bisa sampai ratusan ribu ekor, target kami ini mungkin baru 10% dari potensi,” jelasnya.

 

Riko menjelaskan dengan adanya asuransi itu, peternak dapat lebih maksimal dalam berusaha di sektor peternakan karena risiko-risiko yang dikhawatirkan dapat dilindungi asuransi.

 

“Salah satunya kematian ternak, akibat kecelakaan, kematian akibat penyakit tertentu, melahirkan bagi sapi betina dan risiko pencurian ternak juga dijamin,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Herdiyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper