Bisnis.com, MEDAN – Demi menarik minat wisatawan, segala kebutuhan mereka perlu disiapkan. Terkait wisatawan dari negara yang pendudunya beragama Islam maka wisata halal pun menjadi kebutuhan.
Wisata halal bukanlah menghilangkan budaya yang sudah ada di daerah tempat wisata. Hal tersebut perlu dilakukan lantaran banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Danau Toba.
Apalagi, wisatawan mancanegara yang paling banyak datang berasal dari Malaysia dan sekitarnya, yang penduduknya mayoritas Muslim. Untuk itu segala keperluan wisatawan tersebut harus disiapkan.
“Menyiapkan fasilitias adalah salah satu konsep penting dalam pariwisata,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Ria Novida Telaumbanua, dikutip Minggu (1/9/2019).
Ria menjelaskan konsep 3A, yaitu atraksi, aksebilitas, dan amenitas yang menjadi hal penting dalam pariwisata.
Danau Toba dari aspek atraksi sudah memenuhi syarat. Danau Toba memiliki pemandangan, budaya, dan alam yang luar biasa.
Dari segi amenitas, menurut Ria, Danau Toba masih perlu dibenahi. Amenitas adalah penyediaan fasilitas pendukung yang diinginkan oleh wisatawan berupa tempat ibadah, rumah makan, tempat peristirahatan dan lain sebagainya.
Untuk itu, semua keperluan pendukung untuk berbagai masyarakat yang datang harus ada. Apalagi Danau Toba sudah dijadikan destinasi utama oleh pemerintah pusat. “Jangan sampai orang yang rencananya datang 3 hari jadi 1 hari,” ujar Ria.
Konsep ke 3 adalah aksesbilitas. Konsep ini berarti Danau Toba harus mudah dicapai. Sarana dan prasarana menuju Danau Toba haruslah memudahkan wisatawan yang akan datang ke sana. Saat ini pemeritah sedang membangun jalan tol Tebing Tinggi – Parapat. Tidak hanya itu, bandara Silangit pun sekarang sedang diperpanjang landasannya guna menampung pesawat yang lebih besar.
“ Jadi, tiga konsep tersebut sangat penting untuk mendatangkan wisatawan ke Danau Toba,” ujar Ria.
Senada , Asisten Administrasi Umum dan Aset Provsu M Fitriyus menyebut penerbangan ke Danau Toba kebanyakan dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Untuk itu fasilitas pendukung wisatawan dari negara tersebut sangat diperlukan. Tidak hanya untuk wisatawan Muslim, fasilitas pendukung seluruh masyarakat harus ada.
Wisata halal bukanlah menghilangkan budaya yang sudah ada di satu tempat wisata. Di negara-negara lain sudah ada yang menyiapkan fasilitas pendukung untuk wisatawan Muslim, misalnya Jepang, Korea Selatan dan lain-lain. Hal itu dilakukan semata dilakukan untuk meningkatkan ceruk pasar pariwisata.
Fitriyus melanjutkan, jika ada budaya yang selama ini belum terekspos, maka perlu ditingkatkan lagi. Label halal tidak akan mengganggu budaya yang sudah ada. Halal yang dimaksud adalah menyiapkan sarana dan prasarana terkait hal itu.