Bisnis.com, MEDAN – Volume ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Sumatra Utara pada periode Januari - Februari 2019 mencapai 667.489 ton.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut menunjukkan realisasi ekspor CPO pada Januari hingga Februari 2019 menyentuh 667.489 ton. Adapun, pada periode yang sama 2018, realisasinya lebih rendah yakni 502.185 ton.
Perinciannya, pada Januari 2019, volume ekspor terealisasi 470.106 ton atau naik dari 244.102 ton pada Januari 2018. Sementara itu, volume ekspor pada Februari 2019 mencapai 197.383 ton atau turun dari 258.083 ton pada Februari 2018.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemprov Sumut Parlindungan Lubis mengatakan produk CPO masih berkontribusi cukup besar, tetapi pihaknya menggenjot hasil olahan CPO untuk meningkatkan nilai tambah.
Sikap Uni Eropa dan Amerika Serikat yang masih belum ramah dengan CPO tetap menjadi alasan utama terbatasnya ruang gerak ekspor produk sawit.
"CPO bukan lagi produk utama, tetapi turunannya yang diekspor sekarang sehingga nilai tambah produk tersebut menjadi tinggi," ujarnya pada Kamis (28/3/2019).
Secara terpisah, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Sumut Agus Tripriyono mengatakan pihaknya harus menjaga citra produk dari kelapa sawit karena Sumut menghasilkan CPO 18,6 juta ton dari lahan 1,2 juta hektare pada 2018.
Setidaknya, terdapat beberapa isu yang menghambat ekspor CPO Sumut. Pertama, pembukaan lahan di area hutan. Kedua, upah murah pekerja di perkebunan sawit. Terakhir, pekerja di bawah umur.
“Jadi, ketiga isu ini harus diantisipasi agar jangan melekat pada produk sawit nasional khususnya yang akan diekspor ke pasar internasional,” kata Agus.