Bisnis.com, SIBOLGA--Konstruksi fisik pengembangan Pelabuhan Sibolga telah selesai sehingga pelabuhan siap melayani lalu lintas peti kemas dan penumpang.
Senior Vice President Corporate Communication PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), M Eriansyah mengatakan pengerjaan fisik pengembangan Pelabuhan Sibolga mencakup pengembangan dermaga multifungsi dengan panjang total 153 meter dan perluasan dermaga untuk kapal ferry 400 m2.
Selain itu, fasilitas seperti container yard, trestle, breasting dolpin dan pemasangan crane dermaga atau fix crane telah selesai. Adapun, pengerjaan tersisa yakni dari sisi penataan akhir ruang khusus penumpang yang ditarget rampung pada pekan kedua Februari.
"[Pengerjaan fisik untuk] kontainernya hari ini mencapai progres 100%. Sementara itu, untuk ferinya, untuk penumpangnya 97%," ujarnya saat melakukan kunjungan ke Pelabuhan Sibolga, Kamis (7/2/2019).
Menurutnya, peran Pelabuhan Sibolga sebagai pelabuhan pengumpul akan semakin penting seiring dengan terus naiknya trafik muatan barang dan penumpang.
Sebagai gambaran, jumlah barang peti kemas selama 2018 mencapai 7.105 TEUs atau naik 5,4% dibandingkan dengan jumlah barang peti kemas pada 2017 yakni 6.739 TEUs. Dari sisi angkutan penumpang, selama 2018, terdapat 73.085 penumpang yang menggunakan jasa kepelabuhanan di Sibolga atau naik 34,£% dibandingkan tahun 2017 dengan 54.215 penumpang.
Adapun, dengan tambahan kapasitas yakni panjang tambatan menjadi 296 meter dan luas lapangan penumpukan 6.000 m2, daya tampung peti kemas bisa mencapai 20.000 TEUs pertahun. Dia berharap naiknya kapasitas pelabuhan bisa membantu menekan biaya logistik. Utamanya, wilayah distribusi di sekitar Sibolga mulai dari Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara hingga Nias.
"Dengan pengembangan Pelabuhan Sibolga ini mampu menekan biaya logistik di mana arus barang yang melewati Pelabuhan Sibolga semakin meningkat," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Manager Bisnis dan Teknis Pelabuhan Sibolga, Irvan Afandi mengatakan sebelumnya, luas dermaga hanya mampu menampung empat kapal berukuran 2.000 GT hingga 3.000 GT. Namun, setelah revitalisasi, jumlah kapal yang bersandar dengan ukuran besar bisa tertampung hingga enam unit.
"Enam kapal yang besar kapasitas 2.000 GT sampai 3.000 GT bisa tertampung. Sebelumnya cuma empat kapal," katanya.
Irvan berujar Pelabuhan Sibolga awalnya hanya untuk mengangkut hasil tambang. Namun, seiring dengan pertumbuhan kota dan kabupaten di sekitarnya, kebutuhan pengangkutan meningkat hingga akhirnya biaya logistik kurang efisien. Sebagai gambaran, dia menyebut logistik dari Jakarta kerap kali dikirim ke Belawan kemudian diteruskan dengan jalur darat untuk mencapai kota dan kabupaten di sekitar Sibolga.
Adapun, pada awal masa pengoperasian Pelabuhan Sibolga ketika masih dalam tahap revitalisasi, telah dilakukan bongkar muat peti kemas dari beberapa kapal seperti Kapal KM. Lumoso Bahagia, milik PT Tanto Intim Lines yang melakukan bongkar muat 342 box petikemas, yang terdiri dari barang tambang, semen, hingga konsumsi rumah tangga.
Nantinya, dia berharap kapal-kapal seperti kapal pesiar juga turut bersandar sehingga minat wisata terbangun. Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan agar pelabuhan penumpang bisa memberikan fasilitas sekelas bandara dengan dua lantai yang bisa menampung penumpang dan satu lantai untuk area komersial.
"Di lantai kedua untuk ruang tunggu penumpang. Jadi penumpang tinggal lewat jembatan untuk masuk ke kapal. Untuk lantai ketiga, memang untuk komersial," katanya.
Selain Pelabuhan Sibolga, perusahaan mengelola 16 cabang pelabuhan lain di Aceh, Riau dan Kepulauan Riau. Lalu, perusahaan mengelola 11 kawasan pelabuhan/ perwakilan dari enam usaha yakni PT Terminal Petikemas Indonesia (TPI), PT Prima Terminal Petikemas (PTP), PT Prima Multi Terminal (PMT), PT Prima Indonesia Logistik (PIL), PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) dan PT Prima Husada Cipta Medan (PHCM).