Bisnis.com, PADANG—Ekonomi Sumatra Barat sepanjang 2018 lalu tumbuh melambat atau hanya 5,14% lebih rendah dari pencapaian tahun sebelumnya yang masih tumbuh 5,29%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun lalu merupakan yang terendah sejak 2012, bahkan laju pertumbuhannya di bawah angka nasional 5,17%.
“Angka [pertumbuhan] ini juga yang terendah sejak 2012 dan berada di bawah angka nasional yang mencapai 5,17%,” ujarnya, Rabu (6/2/2019).
Padahal biasanya, ekonomi Sumbar selalu tumbuh di atas rerata angka pertumbuhan ekonomi nasional.
Meski begitu, dia menyebutkan dari sisi produksi, beberapa sektor yang menjadi unggulan Sumbar masih menunjukan pertumbuhan yang menjanjikan di masa mendatang. Pertanian misalnya, yang kontribusinya paling tinggi terhadap ekonomi Sumbar masih tumbuh 3,46%.
Kemudian, dari sisi pengeluaran kinerja pemerintah yang tahun 2017 lalu mengalami pertumbuhan minus 0,50%, kini kembali membaik dengan tumbuh 4,63%.
Namun, konsumsi rumah tangga yang menyumbang kontribusi paling besar belum menunjukkan pertumbuhan signifikan, meski masih tumbuh 4,70%.
Dan tentu saja, yang paling mengkhawatirkan kinerja ekspor yang jeblok mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah itu.
Ekspor luar negeri Sumbar minus 14,05%, dan net ekspor antar daerah bahkan jauh lebih parah dengan minus 127%.
Meski pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, tetapi BPS mencatat produk domestik regional bruto (PDRB) daerah itu sudah menyentuh Rp230,53 triliun dengan PDRB per kapita sebesar Rp42,57 juta.