Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja MARK Diprediksi Kinclong, Ini Alasannya

Kinerja PT Mark Dynamics Indonesia Tbk., emiten produsen cetakan sarung tangan karet yang berbasis di Sumatera Utara, diyakini akan semakin positif dalam jangka panjang didorong beberapa sentimen internal dan eksternal.
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI/Bisnis/Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, MEDAN – Kinerja PT Mark Dynamics Indonesia Tbk., emiten produsen cetakan sarung tangan karet yang berbasis di Sumatera Utara, diyakini akan semakin positif dalam jangka panjang didorong beberapa sentimen internal dan eksternal. 

Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) menilai emiten dengan kode saham MARK itu mampu mencetak pertumbuhan pendapatan yang konsisten. Kendati pendapatan pada kuartal III/2018 mengalami sedikit kontraksi yakni 6,9% secara year-on-year (yoy) atau sebesar Rp77 miliar, tapi kondisi tersebut dinilai hanya sementara.

“Dalam jangka panjang, pendapatan MARK akan tumbuh secara konsisten dengan adanya eskalasi produksi cetakan sarung tangan,” papar AAEI dalam laporannya yang dikutip Bisnis, Selasa (27/11/2018).

Manajemen MARK menargetkan produksi cetakan sarung tangan dapat mencapai 6,4 juta unit sepanjang 2018. Utilisasi dimaksimalkan sesuai kapasitas terpasang yakni 540.000 unit per bulan.

Sepanjang sembilan bulan pertama 2018, total pendapatan MARK mencapai Rp240,5 miliar atau sebesar 80,2% dari target akhir tahun. Jumlah cetakan sarung tangan yang terjual mencapai 4,8 juta unit atau naik 28,5% yoy, di mana sebanyak 95% terjual di pasar ekspor.

MARK juga dinilai mampu bekerja efisien sejalan dengan peningkatan output produksi sehingga margin bunga bersih dan rasio Return on Equity (ROE) dapat terjaga di atas 20%.

Pada kuartal III/2018, laba bersih yang dihimpun perseroan mencapai Rp18,5 miliar, naik 24,9% yoy, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya.

“Hal ini menunjukkan MARK dapat meningkatkan efisiensinya sejalan dengan peningkatan hasil produksi," lanjut laporan tersebut.

Saat ini, perseroan juga tengah memperluas bisnisnya dengan merambah pengolahan limbah produksi menjadi produk sanitasi berbahan porselen. MARK juga telah mengakuisisi lahan seluas 10 hektare (ha) di Tanjung Morawa, Sumatra Utara, yang akan digunakan untuk membangun pabrik.

Pembangunan pabrik tersebut ditargetkan rampung pada 2020 dengan nilai investasi yang disiapkan sebesar Rp150 miliar. Adapun total kapasitas terpasang diharapkan mencapai 80.000 unit per bulan dengan volume penjualan mencapai 30.000 unit per bulan.

Produk MARK diketahui digunakan untuk berbagai keperluan seperti operasi, kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain.

Dalam kesempatan terpisah, Panin Sekuritas sebelumnya juga menyampaikan laporan senada yang menyebutkan perbaikan kinerja MARK didorong pertumbuhan volume penjualan serta efisiensi biaya produksi dari pencapaian skala ekonomis.

Panin Sekuritas memprediksi kinerja MARK akan terdongkrak oleh empat faktor utama, yakni membaiknya sektor kesehatan di mana permintaan sarung tangan global diprediksi tumbuh 15% per tahun, penambahan kapasitas produksi secara bertahap yang ditargetkan mencapai 1 juta unit per bulan hingga 2022, ekspansi bisnis ke produk sanitari berbahan dasar porselen, serta penjualan ekspor yang diuntungkan dari depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

“Kami berharap kinerja MARK sepanjang 2018-2019 akan diuntungkan oleh depresiasi rupiah terhadap dolar AS dengan penjualan ekspor berkontribusi sebesar 95%-97% dengan Malaysia sebagai tujuan utama ekspor utama cetakan sarung tangan. Penambahan dua konsumen baru yaitu Kossan International dan Sri Tang Group diharapkan menyokong keberlanjutan pertumbuhan permintaan cetakan sarung tangan di masa mendatang," tutur Panin Sekuritas.

Marjin laba bersih juga diproyeksi membaik ke level 24%-31%, didorong penurunan biaya produksi per unit yang dicapai melalui skala ekonomis serta adanya inovasi divisi riset dan pengembangan untuk mengurangi biaya bahan bakar gas. Gas merupakan bahan baku utama produksi dan berkontribusi 13%-15% dari total biaya produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper