Bisnis.com, PALEMBANG -- Sudah tiga tahun belakangan ini Susilawati tak lagi terjun ke sawah di belakang rumahnya. Bagi ibu dua anak itu, sawah pasang-surut yang hanya panen satu kali dalam setahun tak bisa lagi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Capek, panas-panasan. Hasil panen juga cuma biar enggak beli beras lagi saja untuk makan. Bertani sekarang susah,” katanya saat ditemui Bisnis di kediamannya di Kampung Pedado, Jln. H Syarkowi, Kelurahan Keramasan, Kecamatan Kertapati, Palembang, Selasa (6/11/2018).
Kampung Pedado terletak di pinggiran Palembang, akses menuju ke kawasan yang dihuni 400 kepala keluarga itu kurang layak karena masih jalan tanah dan berlubang. Di kiri-kanan jalan membentang sawah yang terendam air, sebagian gabah hasil panen dibiarkan menumpuk di salah satu rumah warga.
Saat musim hujan, tentu warga kesulitan menjemur padi yang telah dipanen.
Susilawati meninjau bag log jamur tiram di Rumah Jamur Sungai Pedado, Palembang./Bisnis-Dinda Wulandari
Susilawati menuturkan mayoritas warga Pedado bekerja sebagai petani dan buruh bangunan dengan penghasilan tak menentu.
Kondisi sawah pasang-surut di tepian Sungai Musi itu memang sulit produktif, biasanya warga mulai menanam padi pada saat air surut pada Mei dan panen tiba sekitar Oktober. Selanjutnya, petak sawah warga terendam air pasang karena musim penghujan tiba, seperti saat ini.
Perempuan berusia 32 tahun itu merasa beruntung karena tak lama dari memutuskan untuk pensiun sebagai petani, dia bersama 11 ibu rumah tangga lainnya di kampung itu berkecimpung memproduksi makanan ringan jamur crispy.
“Lumayan untuk tambahan uang belanja, kami bisa menghasilkan sekitar Rp4,5 juta per bulan kalau produksi lagi banyak,” ungkap Susilawati.
Jamur crispy dengan merek Mac-Mur itu merupakan produk akhir dari budidaya jamur tiram yang dikembangkan masyarakat Pedado sejak dua tahun lalu.
Saat ini, dia dan kelompoknya memproduksi jamur crispy tiga kali dalam sepekan di mana setiap produksi bisa menghasilkan 15 kilogram (kg) hingga 20 kg cemilan olahan jamur itu.
“Dulu kampung kami ini tidak ada yang kenal, cuma kampung biasa. Tapi, semenjak ada budidaya jamur banyak yang ke sini, bahkan wakil walikota Palembang sudah melirik usaha kami. Sebentar lagi kami juga akan membuka rumah produksi lengkap dengan display produk,” terang Susilawati.
Kelompoknya juga tak repot mencari bahan baku jamur. Pasalnya, bapak-bapak warga Pedado pun melakukan pembibitan dengan membangun rumah jamur yang jaraknya hanya selemparan batu dari rumah Susilawati.
Cek Ujang, 50 tahun, ketua pembibitan jamur yang selama ini juga mencari nafkah dengan bercocok sawah, mengatakan pihaknya bisa menghasilkan 500—600 bungkus bibit jamur.
“Kami bisa melakukan pembibitan sebanyak tiga kali dalam sepekan. Nantinya, bibit tersebut ditanam dan bisa panen setelah tiga bulan,” tuturnya.
Jamur crispy Mac-Mur./Instagram @macmur.pedado
Selain hasilnya langsung diserap ibu-ibu untuk diolah jadi jamur crispy, pembeli juga dapat membeli jamur tiram mentah hasil panen.
Ujang melanjutkan olahan jamur menjadi penting karena jamur yang dihasilkan bisa mencapai 50 kg per hari. Jika tidak diolah, warga justru bingung akan menjualnya ke mana.
Ide budidaya jamur muncul dari para relawan di Komunitas Belajar Ceria (RBC) yang menyambangi Pedado untuk aktivitas belajar-mengajar bagi anak-anak di kampung itu.
Mardhotilla, relawan RBC, menyatakan pihaknya tergerak untuk mencari peluang usaha bagi masyarakat Pedado karena melihat kondisi mereka yang minim pendapatan dari bertani.
“Lahan di sini cuma bisa dimanfaatkan sekali dalam setahun. Bagaimana caranya mereka bisa punya pendapatan yang rutin dan mengalir ide untuk budidaya jamur, karena mudah,” terangnya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Saat ini, terdapat sekitar 120 relawan yang aktif berkecimpung di RBC. Selain mengembangkan budidaya jamur dan kegiatan pendidikan, komunitas itu juga mencoba budidaya tanaman hidroponik.
Mardho menjelaskan budidaya jamur tiram hanya memanfaatkan limbah potongan kayu sebagai media tanam.
Tak hanya melibatkan ibu-ibu di Kampung Pedado, relawan juga mengajak para kepala rumah tangga di daerah itu untuk melakukan pembibitan jamur. Awalnya, mereka mulai membangun rumah jamur yang hanya berukuran 4x6 meter.
Bermula dari hanya melibatkan 5 warga, saat ini sudah ada sekitar 20 warga yang bergabung dalam kelompok budidaya jamur tiram.
Jamur tiram./Istimewa
Menurutnya, pemberdayaan ekonomi warga tak bisa dilakukan sendiri. Perlu dukungan dari pihak lain agar usaha yang dikembangkan berkelanjutan.
“Tentu supaya usaha jamur ini berkembang, kami butuh dukungan dari yang lain bisa pemerintah maupun swasta. Masyarakat butuh support karena jika mengandalkan modal sendiri bakal lama,” ucap Mardho.
Libatkan CSR
Para relawan RBC akhirnya mengetuk pintu PT Pertamina (Persero) Region Sumatra Bagian Selatan untuk menawarkan budidaya jamur menjadi pilihan program tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) perseroan. Gayung pun bersambut.
Region Manager Communication & CSR Sumbagsel Rifky Rahman Yusuf mengatakan pihaknya tertarik menjadikan budidaya jamur Pedado sebagai bagian dari CSR karena usaha itu telah berkembang.
“CSR itu mengembangkan apa yang sudah ada di suatu daerah, jangan kembangkan apa yang belum karena itu sulit,” ujarnya.
Perseroan tercatat telah mengucurkan bantuan senilai Rp120 juta untuk pengembangan budidaya jamur maupun hidroponik bagi masyarakat Pedado.
Kelompok Binaan Jamur Pedado ini mulai dibina sejak 2017 oleh Pertamina Marketing Operation Region (MOR) II Sumbagsel melalui Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Kertapati.
Setahun setelah pendampingan oleh TBBM Kertapati, Jamur Pedado sudah menjual bag log jamur ke luar dan memiliki pembeli tetap, Hasil rumah jamur pun sudah memiliki pembeli tetap.
Susilawati di depan Rumah Jamur Sungai Pedado, Palembang./Bisnis-Dinda Wulandari
“Dengan adanya usaha Jamur Pedado yang setidaknya dalam satu hari bisa menghasilkan panen minimal sebanyak 10 kg, masyarakat bisa mendapatkan penghasilan yang lebih pasti,” tutur Rifky.
Dia menambahkan kelompok Jamur Pedado dengan segala varian produk dan inovasinya sekarang menjadi penanda keberhasilan dalam mengelola program kemitraan yang diberikan pihaknya. Hal ini bakal terus dipertahankan, bahkan digenjot, agar kelompok tersebut bisa tetap bersaing dan potensi pasarnya berkembang.
Hendra, salah satu pengurus Jamur Pedado, memaparkan saat ini, Jamur Pedado memiliki tiga produk utama, yakni Bag Log Jamur yang dihargai Rp3.500 per buah, jamur Rp20.000 per kg, dan Jamur Crispy Mac-Mur seharga Rp15.000 per bungkus.
Upaya yang dilakukan relawan RBC yang disokong Pertamina tersebut menunjukkan bahwa melalui sinergi, pemberdayaan ekonomi warga dapat berkembang. Bahkan, tak menutup kemungkinan kelak kelompok binaan tersebut bisa menjalankan roda usahanya secara mandiri.